31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Peternak Minta Tambahan Anggaran

MEDAN- Sumatera Utara (Sumut) dipastikan bebas dari penyakit menular, yang kerap menyerang sapi yakni Anthraks dan sapi gila. Penegasan itu dikemukakan Kepala Dinas (Kadis) Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumut, Teti Erlina Lubis, pada acara bulan bakti peternakan dan kesehatan hewan, di  Lantai II, Grand Antares, Rabu (26/9).

“Baik sapi, kerbau dan ayam di Sumut aman. Untuk penyakit hewan yang strategis di Sumut adalah penyakit morro dan penyakit konsilosi. Tapi itu tidak menular pada manusia,” ujarnya.
Ditambahkannya, saat ini Sumut masih sedikit dalam pembudidayaan sapi dan kerbau. Maka dari itu, pihaknya menjadikan daging ayam sebagai alternatif menggantikan protein yang dibutuhkan masyarakat dari daging sapi dan kerbau. “Ada tujuh stok pembibitan daging ayam. Kita memang masih kekurangan daging sapi. Untuk mengantisipasi kekurangan itu  dengan daging ayam,” cetusnya.

Untuk pengawasan kesehatan hewan, dikatakan Teti, pihaknya telah mempersiapkan tim yang terdiri dari sejumlah dokter hewan, untuk selalu berjaga-jaga. “Kita punya dokter hewan di setiap kabupaten/kota, serta posko kesehatan. Tugasnya untuk mengontrol kesehatan masyarakat ventiliner. Untuk saat ini, Sumut sudah bebas dari penyakit hewan menular,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang peternak asal Langkat, Herman, pada kesempatan itu, meminta adanya bantuan pembudidayaan ternak. Selama ini, Herman, mengaku mendapat anggaran dari pemerintah sekitar Rp300 juta. Dari bantuan itu, Herman membelikannya sapi sebanyak 35 ekor.

“Kalau bisa bantuannya ditambah, supaya bisa lebih produktif hasilnya. Dari 35 ekor sapi, sekarang sudah 45 ekor dan yang masih bunting ada sekitar 20 ekor lagi,” ungkap Herman.
Menyikapi permintaan itu, Staf Ahli Menteri Pertanian (Mentan) bidang kemitraan dan hubungan kelembagaan, Khaidir Eldin, menjelaskan mekanisme anggaran untuk pembudidayaan sapi digelontarkan pusat berdasarkan permintaan daerah. “Jadi, pusat tidak boleh langsung memberikan anggaran tanpa pemberitahuan dari daerah,” kata Khaidir. Makanya, lanjut Khaidir, pihaknya tidak bisa mengeluarkan anggaran bila tidak ada permintaan dari daerah.

Sebelumnya, di kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Gatot Pujo Nugroho, menyatakan Sumut berpotensi menjadi provinsi yang mampu berswasembada daging pada tahun 2014 mendatang. Alasannya, populasi daging sapi dan kerbau masih lebih tinggi alias surplus, jika dibandingkan jumlah yang dikonsumsi masyarakat yang han sebesar 0.36 kilogram per kapita per tahun. “Makanya kita yakin di 2014 kita bisa swasembada daging,” ujarnya.(ari)

MEDAN- Sumatera Utara (Sumut) dipastikan bebas dari penyakit menular, yang kerap menyerang sapi yakni Anthraks dan sapi gila. Penegasan itu dikemukakan Kepala Dinas (Kadis) Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumut, Teti Erlina Lubis, pada acara bulan bakti peternakan dan kesehatan hewan, di  Lantai II, Grand Antares, Rabu (26/9).

“Baik sapi, kerbau dan ayam di Sumut aman. Untuk penyakit hewan yang strategis di Sumut adalah penyakit morro dan penyakit konsilosi. Tapi itu tidak menular pada manusia,” ujarnya.
Ditambahkannya, saat ini Sumut masih sedikit dalam pembudidayaan sapi dan kerbau. Maka dari itu, pihaknya menjadikan daging ayam sebagai alternatif menggantikan protein yang dibutuhkan masyarakat dari daging sapi dan kerbau. “Ada tujuh stok pembibitan daging ayam. Kita memang masih kekurangan daging sapi. Untuk mengantisipasi kekurangan itu  dengan daging ayam,” cetusnya.

Untuk pengawasan kesehatan hewan, dikatakan Teti, pihaknya telah mempersiapkan tim yang terdiri dari sejumlah dokter hewan, untuk selalu berjaga-jaga. “Kita punya dokter hewan di setiap kabupaten/kota, serta posko kesehatan. Tugasnya untuk mengontrol kesehatan masyarakat ventiliner. Untuk saat ini, Sumut sudah bebas dari penyakit hewan menular,” ungkapnya.

Sementara itu, salah seorang peternak asal Langkat, Herman, pada kesempatan itu, meminta adanya bantuan pembudidayaan ternak. Selama ini, Herman, mengaku mendapat anggaran dari pemerintah sekitar Rp300 juta. Dari bantuan itu, Herman membelikannya sapi sebanyak 35 ekor.

“Kalau bisa bantuannya ditambah, supaya bisa lebih produktif hasilnya. Dari 35 ekor sapi, sekarang sudah 45 ekor dan yang masih bunting ada sekitar 20 ekor lagi,” ungkap Herman.
Menyikapi permintaan itu, Staf Ahli Menteri Pertanian (Mentan) bidang kemitraan dan hubungan kelembagaan, Khaidir Eldin, menjelaskan mekanisme anggaran untuk pembudidayaan sapi digelontarkan pusat berdasarkan permintaan daerah. “Jadi, pusat tidak boleh langsung memberikan anggaran tanpa pemberitahuan dari daerah,” kata Khaidir. Makanya, lanjut Khaidir, pihaknya tidak bisa mengeluarkan anggaran bila tidak ada permintaan dari daerah.

Sebelumnya, di kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Gatot Pujo Nugroho, menyatakan Sumut berpotensi menjadi provinsi yang mampu berswasembada daging pada tahun 2014 mendatang. Alasannya, populasi daging sapi dan kerbau masih lebih tinggi alias surplus, jika dibandingkan jumlah yang dikonsumsi masyarakat yang han sebesar 0.36 kilogram per kapita per tahun. “Makanya kita yakin di 2014 kita bisa swasembada daging,” ujarnya.(ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/