JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Virus COVID-19 telah banyak memakan korban. Seperti yang dialami Santi, seorang ibu dengan dua anak, yang kehilangan suami belum lama ini karena virus Covid 19.
Ia sebelumnya tidak pernah membayangkan kehilangan suami karena Covid-19 dan harus membesarkan kedua anaknya. Sedih, namun hidup harus tetap berlanjut.
Ibu Santi bersyukur, karena almarhum suaminya melindungi diri untuk masa depan keluarganya dengan memiliki asuransi jiwa.
Ibu Santi menerima sejumlah Uang Pertanggungan (UP) atas kehilangan suaminya.
Ibu Santi justru menyisihkan UP yang ia terima untuk membeli asuransi jiwa bersama Manulife yaitu Primajaga 100.
Terinspirasi dengan kisah Ibu Santi, Manulife Indonesia memberikan apresiasi kepada Ibu Santi berupa keringanan pembayaran premi selama 1 tahun.
“Memang UP tidak membuat almarhum kembali, tapi setidaknya peninggalan ini akan membantu membuka jalan bagi seorang ibu menjalani kehidupannya bersama kedua anaknya,” kata Director & Chief Marketing Officer Manulife Indonesia Novita Rumangun dalam keterangan persnya, Jumat (27/11/2020).Â
Itu adalah sekelumit kisah keluarga yang mendapatkan layanan penyedia solusi keuangan dari Manulife Indonesia dengan membantu para nasabah menjalani hari semakin baik.
Manulife Indonesia sendiri selama Covid-19, sudah membayar klaim terkait Covid-19 sejumlah Rp 54,5 miliar per 9 November 2020.
Salah satu keluarga penerima manfaat datang dari Nana dan keluarga yang sempat tidak percaya dengan asuransi.
Ketika ayahnya, yang juga nasabah Manulife, meninggal di tahun 2019, mereka bingung bagaimana caranya klaim.
Nana lalu menghubungi teman kecilnya, yang bekerja di Manulife untuk membantu pengajuan klaim dan mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan sehingga mereka menerima klaim.
Menurut Novita Rumngangun, Manulife Indonesia telah mengembalikan kepercayaan Nana dan ibunya yang pernah trauma dengan asuransi.
Mereka sadar, berasuransi membantu menjadikan hari demi hari lebih baik dari berbagai risiko tak terduga.
Nona, begitu Novita Rumngangun akrab disapa menuturkan, Covid-19 memberikan tantangan tersendiri bagi Manulife Indonesia, terutama bagaimana tetap terkoneksi dengan nasabah.
“Manulife Indonesia semakin menggalakkan digitalisasi dan memastikan para tenaga pemasar untuk tetap memberikan layanan melalui non-Face to Face. Begitu pula dengan layanan Customer Service yang tetap berupaya melakukan pelayanan kepada nasabah dengan cara yang berbeda, bahkan ketika tanpa harus bertatap muka,” jelasnya.
Kerja sama yang kuat antar tim Manulife Indonesia, baik karyawan maupun tenaga pemasar, membuat upaya memenuhi kebutuhan nasabah dan bisnis tetap berjalan dengan baik meskipun dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.
“Mendengarkan saran maupun kritik dari para nasabah adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan bisnis perusahaan,” tegas Novita.
Novita bilang, secara berkala, Manulife Indonesia mengadakan pertemuan secara virtual dengan para nasabah dan mendengarkan keluhan-keluhan mereka untuk menjadikan layanan perusahaan semakin hari semakin baik ke depannya.
Selain itu, survei Manulife Asia Care juga menunjukkan jika 300 responden di Indonesia sejak pandemi beralih dari belanja secara offline ke online (65%), menggunakan layanan online seperti pembayaran, belanja dan pengiriman makanan (71%) dan khususnya menggunakan media online untuk mencari berita dan bersosialisasi (keduanya sebesar 69%).
COVID-19 telah mempercepat tren yang sudah ada terutama digitalisasi dalam gaya hidup. Oleh sebab itu, insurtech (insurance technology), bisa menjadi salah satu yang dimanfaatkan untuk peningkatkan inklusi dan bisnis asuransi.
Sebagai upaya Manulife Indonesia untuk memberikan layanan yang lebih optimal, terutama di era pandemi, perusahaan memaksimalkan langkah-langkah efektif seperti:
- Memanfaatkan layanan non face to face untuk nasabah.
- Memperluas aplikasi digital untuk nasabah untuk memudahkan mereka dalam mengakses layanan kami, seperti submit klaim, cek polis melalui MiAccount.
- Bekerjasama dengan platform untuk memperluas jangkauan nasabah seperti dengan Halodoc.
Nasabah korporasi Manulife dapat memanfaatkan layanan ini untuk cek kondisi kesehatan mereka di aplikasi tersebut.
Di sisi lain, Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) 2019 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, inklusi perasuransian sebesar 6,18 persen, jauh dibawah perbankan yang mencapai 73,88 persen.
Inklusi asuransi yang rendah menunjukkan ruang untuk industri ini berkembang masih sangat besar.
“Ke depannya, Manulife Indonesia berharap lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mulai sadar akan pentingnya asuransi. Karena saat ini kami melindungi lebih dari 2 juta nasabah di seluruh Indonesia,” pungkas Novita. (rel)