MEDAN- Harga bawang merah cukup tinggi membuat hampir 50 persen petani bawang yang sempat menanam tanaman lain selain bawang merah, kembali menanam bawang merah di beberapa lahan Sumut, yakni Simalungun, Kabanjahe, Berastagi, Samosir dan lainnya.
Kepala UPT Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut (UPT BPTPH), Baharudin Siregar mengatakan, harga bawang yang sempat turun drastis hingga Rp8.000 per kilonya pada tahun lalu, menyebabkan sebagian besar petani bawang beralih menanam sayur. “Tetapi sejak melonjaknya harga bawang beberapa waktu lalu mengembalikan rasa percaya diri petani bawang Sumut untuk menanam kembali bawang,” ujar Baharudin ketika dijumpai Sumut Pos, di kantornya Jalan AH Nasution, kemarin.
Dia menjelaskannya, dengan masa panen sekitar 85 hari bawang yang ditanam oleh petani Sumut, akan menghasilkan 12 ribu kilogram bawang per hektarnya. “Saat ini lahan yang akan dipotensialkan sekitar 35 hektar. Jadi kalikan saja 35 dikali 12 ton bawang untuk satu kali masa panen. Saya kira jumlah itu sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut,” paparnya.
Diakuinya, kendala yang dihadapi para petani memang masih masalah SDM dan harga. Untuk SDM, masih kurangnya pemahaman cara merawat tanaman bawang karena bawang ini sifatnya sangat sensitif sehingga butuh perawatan yang lebih. Untuk masalah harga, harga bawang harus mempunyai subsidi harga jual dari pemerintah. Harga jual yang pantas sekitar Rp15 hingga Rp20 ribuan per kilo. (mag-9)