JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dampak buruk keputusan pemerintah yang menahan PT Pertamina (Persero) agar tidak menaikkan harga jual premium sesuai keekonomian bisa makin panjang bagi BUMN energi itu. Sebab, pemerintah kembali memutuskan untuk tidak mengoreksi harga jual bahan bakar minyak (BBM) beroktan 88 itu untuk September.
Itu artinya, harga jual premium di Jawa, Madura, dan Bali yang saat ini dilepas Rp7.400 per liter masih di bawah keekonomian. Billing penggantian kerugian dipastikan terus berjalan karena defisit Pertamina membengkak jadi Rp14 triliun. “Seharusnya, harga di atas Rp 8 ribu per liter,” ujarnya kemarin.
Seperti diketahui, pada Januari sampai Juli, Pertamina rugi Rp 12,5 triliun karena dilarang menaikkan harga premium. Lantaran bensin itu sudah tidak disubsidi, dan yang menjadi area penugasan hanya di luar Jawa, Madura, dan Bali, Pertamina boleh menentukan harga setelah diskusi dengan pemerintah.
Menteri Sudirman Said sendiri sudah memastikan kesanggupannya untuk mengganti kerugian itu. Namun, sejak Agustus dan September ternyata harga premium masih di jual di bawah harga keekonomian. “Dengan posisi harga sekarang yang beli (minyak) Juli, Rp7.400 per liter, masih belum (untung),” imbuh Dwi.
Kondisi bisa makin di penjualan Oktober maupun November buruk karena dolar Amerika (USD) saat ini terus menguat. Pertamina sendiri terus melakukan impor karena produksi dalam negeri tidak mencukupi. Transaksi pembelian minyak mentah atau produk jadi sendiri menggunakan USD.
Dwi belum bisa memastikan apakah defisit di Pertamina gara-gara jualan premium terus membengkak. Yang jelas, pihaknya masih menunggu kebijakan harga premium dalam satu atau dua bulan ke depan. Ketika minyak yang dibeli bulan ini mulai dijual ke masyarakat.
“Kalau perhitungan kami di bawah angka (harga jual yang ditetapkan pemerintah nanti), tentu saja Pertamina welcome,” tuturnya. Mantan Dirut PT Semen Indonesia itu mengatakan hanya bisnis premium yang buruk. Sementara solar disebutnya sudah mulai membaik meski dia tidak menyebut berapa yang diperoleh Pertamina.
Meski demikian, dia menyerahkan sepenuhnya kebijakan premium kepada pemerintah. Dia menyebut Pertamina siap menjalankan perintah pemerintah. Yang penting, Pertamina perlu tetap diposisi bisa berinvestasi supaya terus berkembang. “Defisit memang Rp12-14 triliun. Tetapi, keuntungan kami saat ini sekitar USD 750 juta,” ungkapnya.
Terpisah, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja mengumumkan tidak berubahnya harga premium untuk September. Itu dia sampaikan melalui website Kementerian ESDM pada pukul 10.50. Salah satu alasannya, untuk emengurangi beban kerugian yang dialami Pertamina.
“Selama beberapa periode sebelumnya, badan usaha tersebut harus menjual BBM, khususnya bensin premium di bawah harga keekonomian,”kata Wirat. Jadinya, harga premium di luar Jawa, Madura, Bali tetap Rp7.300 per liter. Begitu juga solar di Rp 6.900 dan minyak tanah Rp 2.500.
Selain itu, Wirat juga menyebut ada pertimbangan menjaga stabilitas ekonomi, pengelolaan harga dan logistik dibalik keputusan pemerintah itu. Dia memastikan keputusan itu tepat karena sudah melakukan berbagai perhitungan. Termasuk, simulasi perhitungan harga BBM dalam rentan 3, 4 dan 6 bulanan.
“Dari perhitungan rata-rata harga minyak bumi yang menunjukkan tren penurunan sebagai dampak perlambatan ekonomi dunia dan simulasi tersebut, maka Harga jual eceran BBM secara umum tidak naik,” tegasnya. (dim/rpg/rbb)