Selain dipersiapkan mengambil alih saham PT Freeport Indonesia, INALUM mendapat tugas untuk menjadi induk holding BUMN industri pertambangan di Indonesia, yang terdiri dari PT Antam (Persero) Tbk., PT Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Timah (Persero) Tbk, dan nantinya PT Freeport Indonesia.
“Secara strategis utamanya diinginkan perluasan tambang-tambang dan cadangan mineral bernilai efek besar seperti batubara, emas, nikel, dan bauksit sehingga dibutuhkan eksplorasi dan akuisisi yang bernilai besar pula. Makanya dibutuhkan pembentukan Holding”, sebut Dirut Inalum, Budi Gunadi.
“Inalum juga diberikan tugas untuk melakukan hilirisasi industri pertambangan bukan hanya pada industri Aluminium namun juga seluruh industri pertambangan yang ada disamping juga harus melakukan ekspansi menuju world class company,” tambahnya.
Sementara itu, dalam paparannya, S.S. Sijabat menyampaikan beberapa strategi pengembangan bisnis INALUM yang diharapkan mampu membawa tidak hanya INALUM namun industrypertambangan Indonesia kearah pertumbuhan yang dinamis dan bernilai manfaat bagi negara.
Beberapa proyek strategis tersebut antara lain ekspansi Smelter Aluminium dari 260 ribu ton per tahun menjadi 500 ribu ton per tahun pada tahun 2021, pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery antara INALUM dan Antam.
Joint venture pembangunan fasilitas pengolahan wire rod dengan investor dari Malaysia dan fasilitas produksi slab dengan grup Maspion, serta pembangunan Smelter Aluminium baru berkapasitas 500 ribu ton per tahun di KIPI Tanah Kuning – Kalimantan Utara yang ditargetkan selesai pada tahun 2024. (don/ril)