MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengamat Ekonomi Sumut, Benjamin Gunawan memprediksi Sumatera Utara akan mengalami deflasi di bulan Juli 2020. Hal ini dikarenakan daya beli masyarakat yang berkurang padahal beberapa harga bahan pokok mengalami penurunan.
“Deflasi yang terjadi di wilayah Sumut ini menunjukan bahwa daya beli masyarakat masih bermasalah. Sementara dari sisi harga meskipun sempat bertahan mahal diawal bulan. Namun sejumlah kenutuhan pokok yang naik tersebut pada pekan terakhir cenderung mengalami penurunan. Sehingga sejak kebijakan new normal dibelakukan, harga kebutuhan pokok tak kunjung mendapatkan dorongan dari konsumsi masyarakat,” ungkap Gunawan, Senin (29/6).
Gunawan menjelaskan sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat di bulan juni ini ada yang mengalami kenaikan. Beberapa diantaraya beras kualitas bawah, daging dan telur ayam. Untuk kenaikan harga beras dikisaran 2% hingga 4%. Sementara daging ayam melonjak sebanyak 24% dan telur ayam naik sekitar 6%.
“Meskipun dalam 10 hari terakhir di bulan juni, harga daging ayam mengalami penurunan. Namun di 20 pekan pertama harga daging ayam masih bertahan sangat mahal,” tutur Gunawan.
Daging ayam sempat bertengger dikisaran Rp42 ribu hingga Rp45 ribu sebelum akhirnya turun dikisaran Rp33 ribuan per kg. Selebihnya harga daging sapi mengalami penurunan rata rata sebesar 2% di bulan ini.
Kemudian, harga daging sapi turun saat setelah lebaran yang memicu rata rata penurunan meskipun tidak terlalu besar. Komoditas pangan yang mengalami penurunan selanjutnya adalah bawang merah turun 21% dan bawang putih turun sekitar 23%.
Sementara itu cabai merah dan cabai rawit turun dalam rentang 1% hingga 3%. Harga minyak goreng juga mengalami penurunan sebesar 3%. Dan gula pasir mengalami penurunan sekitar 16%.
“Disisi lain, kenaikan harga beras yang mencapai 4% ini bisa saja tidak memberikan kontribusi inflasi. Karena belum tentu semua pedagang serentak menaikkan harga,” kata Gunawan.
Terlebih mayoritas masyarakat banyak mengkonsumsi beras medium keatas. Sehingga kenaikan harga beras murah ini bisa saja tidak masuk dalam hitungan kontribusi inflasi. Nah, ia mengungkapkan berdasarkan pergerakan sejumlah kebutuhan pokok tersebut.
“Saya memperkirakan Sumut akan mengalami deflasi sebesar 0.15% hingga 0.25%. Namun jika kontribusi beras masuk kedalam komponen inflasi maka deflasi yang tercipta di Sumut berkisar 0.1% hingga 0.2% saja,” jelas Gunawan.
Gunawan mengatakan tren deflasi ini bukanlah berita yang menggembirakan, dikarenakan ada banyak sentiment negative pelemahan daya beli masyarakat. Dengan itu, Pemerintah harus melakukan upaya serius untuk memperbaiki daya beli tersebut. Program bantuan pemerintah baik daerah maupun pusat sebaiknya segera dicairkan. Karena skema new normal yang diharakan belum berjalan maksimal.
Ia menambahkan tren deflasi bisa saja terjadi di bulan depan, mengingat harga daging ayam, dan telur ayam masih bertahan mahal dan sedikit diatas harga keekonomiannya. Demikian juga dnegan harga beras nantinya.
“Jika di bulan Juli aktifitas ekonomi masyarakat tak kunjung berbalik menguat, maka deflasi akan tetap menghantui. Meskipun perkiraan saya sampai hari ini, juli Sumut akan inflasi,” kata Gunawan.
Akan tetapi penyebaran corona yang masih memakan korban dengan angka yang cenderung meningkat tetap menyisahkan masalah bagi ekonomi Sumut. Ia mengatakan Jangan sampai di bulan Juli justru pengusaha belum sepenuhnya membuka usaha. “Bantuan ke masyarakat terkendala, dan daya beli terpuruk. Ini yang harus segera dihindari,” tandas Gunawan. (gus/ram)