JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Sempat terkendala pengadaan lahan, namun secara umum pembangunan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Danau Toba cukup positif, dan akan segera dilakukan ground breaking. Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Bali Baru Kementerian Pariwisata dan Ketua Kelompok Kerja Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Hiramsyah Sambudhy Thaib mengatakan, ground breaking akan dilakukan pada 10 Oktober mendatang.
Menurut Hiramsyah, hingga September 2019, terdapat tujuh investor atau Penanam Modal Asing (PMA) dan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berinvetasi di Danau Toba. PMA tersebut berasal dari berbagai negara di Asia, terutama China, Jepang, dan Korea Selatan.
Total nilai investasi dari ketujuh PMDN dan PMA yang masuk tersebut sebesar Rp6,1 triliun dengan fokus pengembangan pada fasilitas akomodasi atau hotel. “Masuknya mereka, mendorong kami untuk mempercepat pembangunan destinasi wisata super prioritas Danau Toba,” kata Hiramsyah, Minggu (29/9).
Selain Danau Toba, juga akan dilakukan groundbreaking untuk destinasi lainnya seperti Borobudur yang akan dilakukan pada akhir tahun, dan lainnya seperti Lombok, Labuan Bajo, dan Manado-Bitung-Likupang pada kuartal I-2020. Dengan mulai siapnya destinasi super prioritas ini, Hiramsyah mengharapkan, pada 2020 dan ke depannya pertumbuhan sektor pariwisata dapat bertahan di level dua digit namun dengan angka lebih besar, sekitar 20 persen.
Investasi yang terus tumbuh target tersebut bukan tanpa alasan, jika bertolak dari pencapaian yang tetap menunjukkan tren positif. Hiramsyah mengungkapkan, pada 2017, terjadi pertumbuhan investasi sebesar 32 persen. Angka ini mengungguli pertumbuhan total investasi keseluruhan sektor yang hanya sebesar 13 persen. Pertumbuhan investasi pariwisata tersebut terdiri dari PMDN yang melonjak 188 persen dan PMA yang meningkat 32 persen.
Sementara tahun 2018, pertumbuhan investasi sektor pariwisata menurun 10 persen. Namun, penurunan ini masih di atas angka pertumbuhan total investasi keseluruhan sektor yang mencapai 4,1 persen. “Pertumbuhan investasi pariwisata tersebut terdiri dari PMDN yang meningkat 42 persen dan PMA yang turun sebesar 28 persen,” urai Hiramsyah.
Kontribusi terbesar berasal dari modal asing yakni senilai 952,95 juta dollar AS atau ekuivalen Rp13,5 triliun. Sementara modal dalam negeri sekitar 655,7 juta dollar AS atau setara Rp9,3 triliun.
Adapun jumlah proyek yang terealisasi sebanyak 2.668 proyek dari PMA dan 586 proyek dari PMDN.
Percepatan pembangunan lima destinasi wisata super prioritas ini juga didukung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui kucuran anggaran senilai Rp7,1 triliun pada tahun depan. Anggaran tersebut melonjak signifikan bila dibandingkan tahun 2019, yang hanya sebesar Rp1,7 triliun.
Dari anggaran Rp7,1 triliun tersebut, anggaran terbesar dialokasikan untuk kawasan Danau Toba senilai Rp2,5 triliun untuk unit organisasi Sumber Daya Air (SDA), Bina Marga, Cipta Karya, dan Penyediaan Perumahan.
Selain itu, untuk kawasan Mandalika yakni senilai Rp 1,7 triliun dan Borobudur sebesar Rp1,3 triliun. “Yang besar Borobudur, Lombok (Mandalika), dan Toba, karena areanya luas,” ujar Kepala Badan Pengembangan Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hadi Sucahyono, Minggu, 29 September 2019.
Sementara itu, kawasan Labuan Bajo mendapatkan alokasi anggaran Rp 1 triliun. Sisanya untuk kawasan Likupang Rp563,8 miliar. Likupang belakangan masuk ke dalam daftar kawasan superprioritas karena untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus Bitung.
Hadi mengatakan, potensi infrastruktur menuju Likupang sudah ada, yakni jalan tol Manado-Bitung yang dijadwalkan beroperasi tahun depan. “Sentuhan sedikit, bisa mendatangkan turis banyak. Apalagi orang yang transit mau ke Bunaken misalnya, kami geser dulu ke sana (Likupang) sebelum ke Bunaken,” ujarnya.
Alasan itulah yang membuat Presiden Joko Widodo mendorong destinasi wisata di Kabupaten Minahasa Utara itu masuk ke dalam daftar destinasi superprioritas. Sebelumnya, hanya ada empat destinasi superprioritas, yakni Candi Borobudur, Danau Toba, Lombok, dan Labuan Bajo. Keempatnya menunjukkan tren kenaikan kunjungan wisatawan dalam beberapa tahun terakhir.
Hadi mengatakan, potensi menghidupkan KEK Bitung membuat Likupang layak masuk destinasi superprioritas kendati jumlah wisatawan masih rendah. Dari anggaran dukungan infrastruktur PUPR untuk Likupang pada 2020 sebesar Rp 563,8 miliar, anggaran unit organisasi Sumber Daya Air dialokasikan Rp22 miliar, Bina Marga Rp108,7 miliar, Cipta Karya Rp345,2 miliar, dan Penyediaan Perumahan Rp87,9 miliar.(kpc/bbs)