SUMUTPOS.CO – Uganda, negara yang terletak di Benua Afrika dikabarkan gagal bayar utang ke China. Dampaknya, negara ini harus menyerahkan infrastrukturnya yakni Bandara Internasional Entebbe. Peristiwa yang melanda Uganda bisa saja terjadi di Indonesia, karena banyak proyek besar di Indonesia yang dibiayai oleh negara ini.
“Sangat-sangat bisa, kurang kuat apa Turki dulu kan, Turki kan juga hal yang sama Uganda. Malaysia kalau nggak terlambat Mahathir kena juga. Negara-negara yang waspada segera mengakhiri kan, Indonesia masih berlanjut terus,” kata Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu kepada detikcom, Senin (29/11).
Dia mengatakan, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sebagai ‘jembatan’ utama. Jika itu gagal, China kemungkinan akan meminta kompensasi berupa proyek Kereta Jakarta-Surabaya dengan harga yang mahal. Kalau itu gagal, China akan minta akuisisi dan minta proyek-proyek lain.
“Kalau itu gagal maka dia akuisisi. Pada saat dia akuisisi maka dia menguasai betul. Kalau masih gagal bisa-bisa minta pelabuhan minta bandara, begitu caranya. Modus China selalu, itu perangkap adalah perangkap kerja sama ekonomi penjajahannya,” terangnya.
Said Didu sendiri tak yakin Kereta Cepat Jakarta Bandung akan berhasil dan balik modal.
“Nggak balik modal, yakin sekali. Dan itu menurut saya, masa kereta cepat sudah selesai, nggak ada negara maju pun yang membangun kereta api cepat itu, sudah rugi semua,” terangnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet menilai, banyak asumsi muncul dari disitanya bandara Uganda oleh China. Bisa saja, kata dia, masalah tersebut sudah disepakati keduanya.
“Pertama tentu klausul pinjaman tersebut, bisa saja klausul penyitaan memang termasuk di dalam pinjaman yang diberikan China di awal dan sudah disepakati kedua negara, asumsi saya seperti itu,” terangnya.
Namun, lanjut dia, jika melihat data pinjaman luar negeri, pinjaman dari China relatif kecil dan itu menunjukkan risikonya. “Dari situ sebenarnya kita bisa menilai sebenarnya potensi risikonya lebih kecil saya katakan demikian kalau lihat proporsi utang luar negeri yang diberikan Indonesia melalui China relatif kecil,” katanya.
Meski demikian, kata dia, hal yang terjadi di Uganda bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia.
“Saya tidak mengatakan bahwa kemudian proyek kereta cepat ini berpotensi juga. Tapi sekali lagi Uganda bisa menjadi semacam pelajaran lah bahwa jika kita bertransaksi atau menjalin kerja sama pinjaman dengan China ada risiko seperti itu,” terangnya. (dtc/ram)