31 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Solusinya, Ciptakan Pasar Baru

MEDAN- Kebijakan China menolak produk buah Indonesia seperti salak dan manggis dan jeruk, tidak berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Pasalnya, pasar dalam negeri masih terbuka lebar dan Negara tujuan impor lain masih banyak. Demikian dikatakan pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan (Unimed) M Ishak kepada Sumut Pos, Selasa (28/5).

Kondisi ini pun harusnya disiasati dan disikapi dengan bijak, seperti menciptakan pasar-pasar untuk mengcover persediaan buah dari lokal khususnya salak dan manggis. “Pemerintah harus menciptakan pasar-pasar, menjalin kerja sama dengan petani lokal untuk menciptakan pasar-pasar lokal khusus untuk mengcover buah lokal,”tukas Ishak.

Terkait pembatasan impor buah jeruk dari China, Ishak pun memandangnya sebagai peluang yang terbuka lebar. Peluang ini menjadi kesempatan bagi petani lokal untuk memenuhi cerug pasar yang kosong ‘ditinggal’ buah impor. Dia menilai, jeruk China tidak  ada bedanya dengan jeruk lokal.
“Saya lihat ini hanya masalah pola konsumsi saja, konsumen lokal harus diedukasi untuk mengkonsumsi buah jeruk lokal,” jelas Ishak.
Ketua Komisi C DPRD Medan, A Hie turut menyarankan pemerintah, pedagang maupun petani buah lokal menciptakan pasar sendiri tanpa harus tergantung dari pasar China.

Sumut sendiri merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya berbagai jenis buah, terutama jeruk. Jadi, penghentian impor buah jeruk dari China harusnya bisa dicover dengan buah jeruk lokal.

“Harusnya (momen) ini betul-betul dimanfaatkan pemerintah dan petani lokal untuk menjadikan buah jeruk Berastagi untuk memenuhi buah jeruk didalam negeri, tidak harus tergantung dari China,” ungkapnya.

Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Sumatera Utara Khairul Mahalli, mengatakan permintaan buah impor di Sumut pada Maret 2013 turun sekitar 65,71 persen dibanding bulan yang sama tahun 2012 lalu (year on year) yang berjumlah 4.903 ton.
Dia juga menambahkan, dampak penurunan permintaan buah impor menyebabkan harga buah impor terdongkrak.
Khairul Mahalli  pun sepakat menyebutkan kalau inilah waktu yang tepat untuk petani lokal meningkatkan kualitas produksi buah mereka mengingat masyarakat sekarang makin sadar dan peduli terhadap produk lokal. (mag-9)

MEDAN- Kebijakan China menolak produk buah Indonesia seperti salak dan manggis dan jeruk, tidak berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Pasalnya, pasar dalam negeri masih terbuka lebar dan Negara tujuan impor lain masih banyak. Demikian dikatakan pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Medan (Unimed) M Ishak kepada Sumut Pos, Selasa (28/5).

Kondisi ini pun harusnya disiasati dan disikapi dengan bijak, seperti menciptakan pasar-pasar untuk mengcover persediaan buah dari lokal khususnya salak dan manggis. “Pemerintah harus menciptakan pasar-pasar, menjalin kerja sama dengan petani lokal untuk menciptakan pasar-pasar lokal khusus untuk mengcover buah lokal,”tukas Ishak.

Terkait pembatasan impor buah jeruk dari China, Ishak pun memandangnya sebagai peluang yang terbuka lebar. Peluang ini menjadi kesempatan bagi petani lokal untuk memenuhi cerug pasar yang kosong ‘ditinggal’ buah impor. Dia menilai, jeruk China tidak  ada bedanya dengan jeruk lokal.
“Saya lihat ini hanya masalah pola konsumsi saja, konsumen lokal harus diedukasi untuk mengkonsumsi buah jeruk lokal,” jelas Ishak.
Ketua Komisi C DPRD Medan, A Hie turut menyarankan pemerintah, pedagang maupun petani buah lokal menciptakan pasar sendiri tanpa harus tergantung dari pasar China.

Sumut sendiri merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya berbagai jenis buah, terutama jeruk. Jadi, penghentian impor buah jeruk dari China harusnya bisa dicover dengan buah jeruk lokal.

“Harusnya (momen) ini betul-betul dimanfaatkan pemerintah dan petani lokal untuk menjadikan buah jeruk Berastagi untuk memenuhi buah jeruk didalam negeri, tidak harus tergantung dari China,” ungkapnya.

Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Sumatera Utara Khairul Mahalli, mengatakan permintaan buah impor di Sumut pada Maret 2013 turun sekitar 65,71 persen dibanding bulan yang sama tahun 2012 lalu (year on year) yang berjumlah 4.903 ton.
Dia juga menambahkan, dampak penurunan permintaan buah impor menyebabkan harga buah impor terdongkrak.
Khairul Mahalli  pun sepakat menyebutkan kalau inilah waktu yang tepat untuk petani lokal meningkatkan kualitas produksi buah mereka mengingat masyarakat sekarang makin sadar dan peduli terhadap produk lokal. (mag-9)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/