28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Orang Tua Jadi Tempat Curhat

Kompleksnya masalah yang dihadapi remaja di era globalisasi, tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi remaja saat ini tidak sungkan lagi melakukan hubungan seksual.

arena itu, diperlukan penanganan khusus. Berbagai pendekatan harus dilakukan. Antara lain, pendekatan melalui sekolah dan terpenting pendekatan yang dilakukan orangtua anak itu sendiri. “Agar anak tidak jatuh kedalam pergaulan bebas, khususnya seks bebas, si anak harus dibimbing sejak dini. Karena itu anak butuh tempat curhat. Peran orangtualah yang sangat diperlukan sebagai tempat curhat anak,” begitulah kata Dekan Fakultas Hukum UISU Medan, Dr Dra Hj Laily Washliati SH Mhum saat ditemui wartawan koran ini, Jumat (13/5).

Menurut wanita kelahiran Labuhan Batu, 14 Februari 1959 silam ini, biasanya sahabat atau teman dekat bahkan orang lain yang baru dikenal malah dijadikan sebagai tempat curhat si anak yang baru tumbuh remaja. “Padahal, tidak sedikit orang yang dipercaya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan,” kata ibu dari tiga anak ini, Balkis, Wardah dan Nadia.

Menurutnya, hubungan emosional antara anak dan orangtua sudah seharusnya dibangun sejak dini. Orangtua harus mampu menempatkan diri tak hanya sebagai orangtua, tapi juga sebagai teman atau sahabat sehingga hubungan emosional antara anak dan orangtua bisa terbangun. “Orangtua jangan terlalu egois dengan mementingkan kesibukannya sendiri, tanpa memperhatikan pribadi anak,” kita Hj Laily Washliati yang akrab disapa Umi ini.
Laily menuturkan, penyebab anak-anak sekarang kebanyakan terjerumus ke dalam pergaulan seks bebas karena kurangnya perhatian orang tua. Bahkan, si anak terlalu diberikan kebebasan tanpa dikontrol dan tanpa dibekali pendidikan agama . “Saya melihat, penyebab utama si anak menjadi terjerumus ke dalam pergaulan seks karena anak sekarang selalu mencari pelarian alternatif untuk bisa membahagiakan hatinya dari problem yang dihadapi. Akhirnya si anak jadi bebas bergaul, bebas melakukan hubungan seks,” tuturnya.

Namun Laily tidak menampik kalau pergaulan bebas anak-anak jaman sekarang tak terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi, sehingga anak menjadi sangat mudah mengakses situs porno. “Bukan rahasia umum lagi kalau anak remaja sekarang lebih suka ke warnet untuk main game bahkan nonton film porno dari internet. Tapi, hal ini tak terjadi kalau anak dibentengi agama yang kuat,” kata wanita yang murah senyum ini.

Solusinya, lanjut dia, orangtua harus lebih sering membangun komunikasi dengan anak. Tidak hanya itu, kepada guru dan dosen selaku orangtua pengganti anak-anak juga harus peka terhadap prilaku anak didiknya dan selalu memantau perkembangan mereka.

Bagi Laily yang padat aktivitasnya sebagai pengajar sekaligus Dekan Fakultas Hukum UISU, ia selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya walau sesibuk apapun demi membangun komunikasi terbuka dengan anaknya.
“Anak itu merupakan titipan Allah SWT, jadi harus kita jaga dan berikan pendidikan agama dan pendidikan moral yang kuat. Tidak ada yang kekal dan abadi di bumi ini. Maka dari itu kita haruslah lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan jangan sampai melanggar semua perintahnya. Jika kita bentengi anak dengan agama yang kuat, Insya Allah anak kita tidak melakukan hal-hal negatif yang merugikan dirinya,” pungkas dia.(jon)

Kompleksnya masalah yang dihadapi remaja di era globalisasi, tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi remaja saat ini tidak sungkan lagi melakukan hubungan seksual.

arena itu, diperlukan penanganan khusus. Berbagai pendekatan harus dilakukan. Antara lain, pendekatan melalui sekolah dan terpenting pendekatan yang dilakukan orangtua anak itu sendiri. “Agar anak tidak jatuh kedalam pergaulan bebas, khususnya seks bebas, si anak harus dibimbing sejak dini. Karena itu anak butuh tempat curhat. Peran orangtualah yang sangat diperlukan sebagai tempat curhat anak,” begitulah kata Dekan Fakultas Hukum UISU Medan, Dr Dra Hj Laily Washliati SH Mhum saat ditemui wartawan koran ini, Jumat (13/5).

Menurut wanita kelahiran Labuhan Batu, 14 Februari 1959 silam ini, biasanya sahabat atau teman dekat bahkan orang lain yang baru dikenal malah dijadikan sebagai tempat curhat si anak yang baru tumbuh remaja. “Padahal, tidak sedikit orang yang dipercaya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan,” kata ibu dari tiga anak ini, Balkis, Wardah dan Nadia.

Menurutnya, hubungan emosional antara anak dan orangtua sudah seharusnya dibangun sejak dini. Orangtua harus mampu menempatkan diri tak hanya sebagai orangtua, tapi juga sebagai teman atau sahabat sehingga hubungan emosional antara anak dan orangtua bisa terbangun. “Orangtua jangan terlalu egois dengan mementingkan kesibukannya sendiri, tanpa memperhatikan pribadi anak,” kita Hj Laily Washliati yang akrab disapa Umi ini.
Laily menuturkan, penyebab anak-anak sekarang kebanyakan terjerumus ke dalam pergaulan seks bebas karena kurangnya perhatian orang tua. Bahkan, si anak terlalu diberikan kebebasan tanpa dikontrol dan tanpa dibekali pendidikan agama . “Saya melihat, penyebab utama si anak menjadi terjerumus ke dalam pergaulan seks karena anak sekarang selalu mencari pelarian alternatif untuk bisa membahagiakan hatinya dari problem yang dihadapi. Akhirnya si anak jadi bebas bergaul, bebas melakukan hubungan seks,” tuturnya.

Namun Laily tidak menampik kalau pergaulan bebas anak-anak jaman sekarang tak terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi, sehingga anak menjadi sangat mudah mengakses situs porno. “Bukan rahasia umum lagi kalau anak remaja sekarang lebih suka ke warnet untuk main game bahkan nonton film porno dari internet. Tapi, hal ini tak terjadi kalau anak dibentengi agama yang kuat,” kata wanita yang murah senyum ini.

Solusinya, lanjut dia, orangtua harus lebih sering membangun komunikasi dengan anak. Tidak hanya itu, kepada guru dan dosen selaku orangtua pengganti anak-anak juga harus peka terhadap prilaku anak didiknya dan selalu memantau perkembangan mereka.

Bagi Laily yang padat aktivitasnya sebagai pengajar sekaligus Dekan Fakultas Hukum UISU, ia selalu meluangkan waktu untuk anak-anaknya walau sesibuk apapun demi membangun komunikasi terbuka dengan anaknya.
“Anak itu merupakan titipan Allah SWT, jadi harus kita jaga dan berikan pendidikan agama dan pendidikan moral yang kuat. Tidak ada yang kekal dan abadi di bumi ini. Maka dari itu kita haruslah lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan jangan sampai melanggar semua perintahnya. Jika kita bentengi anak dengan agama yang kuat, Insya Allah anak kita tidak melakukan hal-hal negatif yang merugikan dirinya,” pungkas dia.(jon)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/