29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Ibu-ibu, Asap Dapur sama Bahayanya dengan Asap Rokok

Ketika partikel asap banyak terhirup, hal itu merangsang silia dalam saluran napas yang mengakibatkan respons batuk-batuk. ”Batuk sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh ketika ada partikel asing (asap) yang terhirup,” terang dokter dari RSUD Bhakti Dharma Husada, Surabaya, itu.

Pada seseorang dengan bakat alergi, iritasi kadar ringan saja bisa memicu kambuhnya alergi. Bukan sekadar iritasi, risiko berikutnya adalah infeksi saluran napas. ”Bila batuk disertai lendir dengan warna kuning kehijauan, itu merupakan tanda adanya infeksi pada saluran pernapasan. Biasanya, disertai panas badan dan sesak,” papar dokter yang mengambil spesialis THT-KL di Universitas Airlangga tersebut.

Asap dapur juga berpotensi menjadi salah satu faktor pemicu kanker nasofaring (kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut) serta kanker paru-paru. Meski memang penyebab kanker merupakan multiple factor. Genetik paling berperan, yang disusul gaya hidup dan lingkungan.

Bagaimana mencegahnya, padahal aktivitas memasak sulit dihindari? Yang bisa dilakukan adalah meminimalkan risikonya. Salah satunya kurangi memasak yang menimbulkan lebih banyak asap dan dalam waktu lama. Dengan kata lain, perbanyak rebus, kurangi menggoreng.

Perhatikan sirkulasi udara di dapur dan penggunaan cooker hood atau pengisap asap kompor. ”Sejak membangun rumah dan membuat dapur, sirkulasi harus benar-benar diperhatikan. Jangan dianggap remeh. Pastikan ada jendela terbuka sehingga aliran udara bisa keluar masuk. Begitu pun sinar matahari,” ucap dr Fadjar.

Dokter Lula Kamal yang juga dikenal sebagai pembawa acara menambahkan, sirkulasi yang buruk membuat asap terus berkutat di dalam rumah dan masuk ke dalam saluran penapasan penghuninya. ”Bahayanya sama besar dengan menyalakan seribu batang rokok. Kita, terutama para ibu, harus mewaspadai ini,” tuturnya. (nor/c6/c22/dos)

Ketika partikel asap banyak terhirup, hal itu merangsang silia dalam saluran napas yang mengakibatkan respons batuk-batuk. ”Batuk sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan tubuh ketika ada partikel asing (asap) yang terhirup,” terang dokter dari RSUD Bhakti Dharma Husada, Surabaya, itu.

Pada seseorang dengan bakat alergi, iritasi kadar ringan saja bisa memicu kambuhnya alergi. Bukan sekadar iritasi, risiko berikutnya adalah infeksi saluran napas. ”Bila batuk disertai lendir dengan warna kuning kehijauan, itu merupakan tanda adanya infeksi pada saluran pernapasan. Biasanya, disertai panas badan dan sesak,” papar dokter yang mengambil spesialis THT-KL di Universitas Airlangga tersebut.

Asap dapur juga berpotensi menjadi salah satu faktor pemicu kanker nasofaring (kanker yang berasal dari sel epitel nasofaring di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut) serta kanker paru-paru. Meski memang penyebab kanker merupakan multiple factor. Genetik paling berperan, yang disusul gaya hidup dan lingkungan.

Bagaimana mencegahnya, padahal aktivitas memasak sulit dihindari? Yang bisa dilakukan adalah meminimalkan risikonya. Salah satunya kurangi memasak yang menimbulkan lebih banyak asap dan dalam waktu lama. Dengan kata lain, perbanyak rebus, kurangi menggoreng.

Perhatikan sirkulasi udara di dapur dan penggunaan cooker hood atau pengisap asap kompor. ”Sejak membangun rumah dan membuat dapur, sirkulasi harus benar-benar diperhatikan. Jangan dianggap remeh. Pastikan ada jendela terbuka sehingga aliran udara bisa keluar masuk. Begitu pun sinar matahari,” ucap dr Fadjar.

Dokter Lula Kamal yang juga dikenal sebagai pembawa acara menambahkan, sirkulasi yang buruk membuat asap terus berkutat di dalam rumah dan masuk ke dalam saluran penapasan penghuninya. ”Bahayanya sama besar dengan menyalakan seribu batang rokok. Kita, terutama para ibu, harus mewaspadai ini,” tuturnya. (nor/c6/c22/dos)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/