31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Wanita Harus Punya Sikap

Seorang wanita itu harus punya sikap tapi juga tak lupa untuk menjaga dirinya dalam bersikap. Begitulah kata Sri Wahyuni, Manager Eksternal Relationship PGN Pusat. “Dalam segala aspek kehidupan, wanita itu harus punya sikap, tapi jangan lupa untuk menjaga sikap,” ujar wanita kelahiran Kediri, 14 November 1965 silam ini.

Begitu juga dalam mencapai tujuan cita-cita, lanjutnya, wanita jangan sampai kalah dengan pria. Makanya wanita sangat perlu mengambil sikap untuk meraih mimpi yang diwujudkan dalam dunia nyata. “Aku selalu punya sikap dalam meraih mimpi. Walau terlahir dari keluarga sederhana, tapi aku bertekad belajar dengan baik demi mendapatkan beasiswa kala itu. Alhamdulillah, sikapku untuk memutuskan belajar dengan baik membuatku mendapat beasiswa di bangku kuliah,” ujarnya mengenang.

Padahal, kata dia, ketika dirinya duduk di bangku SMA tidak pernah terpikir untuk kuliah karena tidak mempunyai biaya. “Tapi saya bertekad dengan mengandalkan otak agar saya bisa kuliah. Tuhan baik sama saya hingga akhirnya saya mendapat beasiswa kuliah,” ujarnya.

Berkeinginan dan mengambil sikap untuk maju, memang sudah ditanamkan dalam benaknya. Meski saat masih berkuliah dulu ia tinggal bersama sang tante karena ibunda meninggal dunia, tapi tak membuatnya putus asa. “Waktu itu, untuk menyambung hidup saya mencari uang dengan bekerja sebagai guru les private. Saya mengajar anak-anak di sekitar tempat tinggal saya. Setidaknya dengan upah yang saya dapat, saya bisa mandiri waktu itu,” kata Yuni bercerita.

Masih cerita wanita yang akrab disapa Yuni ini, saat Kuliah Kerja Nyata (KKN), ia mengambil tempat di Perusahaan Ngas Negara (PGN). Nah saat sedang KKN dan menyusun skripsi, kebetulan PGN membuka lowongan kerja. “Dengan semangat saya menjatuhkan lamaran. Alhamdulillah saya diterima di PNG hingga sampai saat ini,” kata Yuni.
Itu cerita Yuni dulu. Sekarang dirinya sudah menikah dan memiliki dua anak, Amalia Zhafira Fildzah dan Nito Fathur Rahman.  Selama menjalani perkawinannya, Yuni selalu mencoba memahami segala aspek dan sisi dalam pernikahannya.

Meski ia tahu betul dan menyadari kekurangannya sebagai wanita karir yang bersuami dan memiliki anak, harus menerima konsekuensi untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya. “Suami maunya saya bekerja, bahkan suami lebih suka melihat saya bekerja dari pada di rumah saja. Alasan suami saya, kalau memiliki istri yang bekerja berbeda dengan istri rumahan, kalau istri bekerja lebih mudah diajak berkomunikasi,” akunya.

Untuk itu, demi keluarga dan buah hatinya, ia selalu meluangkan waktu di hari Sabtu, Minggu maupun hari libur lainnya. Meski tak punya banyak waktu, namun suaminya mengajarkannya untuk tidak menjadikannya beban. “Sebaliknya, suami mengajarkan bahwa menjadi seorang wanita, istri, dan ibu harus pintar. Semua hal dalam hidup harus menjadi prioritas. Pekerjaan, suami, dan anak-anak menjadi tujuan hidup saya,” bilangnya.

Untuk persoalan penampilan, Yuni juga memiliki sikap. Baginya, sebagai Manajer Hubungan Ekternal PNG, menjaga penampilan sangat penting. Hal ini karena ia selalu keluar dari kantor untuk menemui klien dan menghadapi masyarakat.

“Penampilan penting. Tapi tak perlu norak. Bagi saya menjaga penampilan itu dengan menjaga kebersihan dan kerapian penampilan. Sebab, kalau kita bersih dan rapi, akan memancarkan aura wanita yang elegan,” pungkasnya. (juli ramadhani rambe)

Seorang wanita itu harus punya sikap tapi juga tak lupa untuk menjaga dirinya dalam bersikap. Begitulah kata Sri Wahyuni, Manager Eksternal Relationship PGN Pusat. “Dalam segala aspek kehidupan, wanita itu harus punya sikap, tapi jangan lupa untuk menjaga sikap,” ujar wanita kelahiran Kediri, 14 November 1965 silam ini.

Begitu juga dalam mencapai tujuan cita-cita, lanjutnya, wanita jangan sampai kalah dengan pria. Makanya wanita sangat perlu mengambil sikap untuk meraih mimpi yang diwujudkan dalam dunia nyata. “Aku selalu punya sikap dalam meraih mimpi. Walau terlahir dari keluarga sederhana, tapi aku bertekad belajar dengan baik demi mendapatkan beasiswa kala itu. Alhamdulillah, sikapku untuk memutuskan belajar dengan baik membuatku mendapat beasiswa di bangku kuliah,” ujarnya mengenang.

Padahal, kata dia, ketika dirinya duduk di bangku SMA tidak pernah terpikir untuk kuliah karena tidak mempunyai biaya. “Tapi saya bertekad dengan mengandalkan otak agar saya bisa kuliah. Tuhan baik sama saya hingga akhirnya saya mendapat beasiswa kuliah,” ujarnya.

Berkeinginan dan mengambil sikap untuk maju, memang sudah ditanamkan dalam benaknya. Meski saat masih berkuliah dulu ia tinggal bersama sang tante karena ibunda meninggal dunia, tapi tak membuatnya putus asa. “Waktu itu, untuk menyambung hidup saya mencari uang dengan bekerja sebagai guru les private. Saya mengajar anak-anak di sekitar tempat tinggal saya. Setidaknya dengan upah yang saya dapat, saya bisa mandiri waktu itu,” kata Yuni bercerita.

Masih cerita wanita yang akrab disapa Yuni ini, saat Kuliah Kerja Nyata (KKN), ia mengambil tempat di Perusahaan Ngas Negara (PGN). Nah saat sedang KKN dan menyusun skripsi, kebetulan PGN membuka lowongan kerja. “Dengan semangat saya menjatuhkan lamaran. Alhamdulillah saya diterima di PNG hingga sampai saat ini,” kata Yuni.
Itu cerita Yuni dulu. Sekarang dirinya sudah menikah dan memiliki dua anak, Amalia Zhafira Fildzah dan Nito Fathur Rahman.  Selama menjalani perkawinannya, Yuni selalu mencoba memahami segala aspek dan sisi dalam pernikahannya.

Meski ia tahu betul dan menyadari kekurangannya sebagai wanita karir yang bersuami dan memiliki anak, harus menerima konsekuensi untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarganya. “Suami maunya saya bekerja, bahkan suami lebih suka melihat saya bekerja dari pada di rumah saja. Alasan suami saya, kalau memiliki istri yang bekerja berbeda dengan istri rumahan, kalau istri bekerja lebih mudah diajak berkomunikasi,” akunya.

Untuk itu, demi keluarga dan buah hatinya, ia selalu meluangkan waktu di hari Sabtu, Minggu maupun hari libur lainnya. Meski tak punya banyak waktu, namun suaminya mengajarkannya untuk tidak menjadikannya beban. “Sebaliknya, suami mengajarkan bahwa menjadi seorang wanita, istri, dan ibu harus pintar. Semua hal dalam hidup harus menjadi prioritas. Pekerjaan, suami, dan anak-anak menjadi tujuan hidup saya,” bilangnya.

Untuk persoalan penampilan, Yuni juga memiliki sikap. Baginya, sebagai Manajer Hubungan Ekternal PNG, menjaga penampilan sangat penting. Hal ini karena ia selalu keluar dari kantor untuk menemui klien dan menghadapi masyarakat.

“Penampilan penting. Tapi tak perlu norak. Bagi saya menjaga penampilan itu dengan menjaga kebersihan dan kerapian penampilan. Sebab, kalau kita bersih dan rapi, akan memancarkan aura wanita yang elegan,” pungkasnya. (juli ramadhani rambe)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/