32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Narkoba di Kalangan Siswa Memprihatinkan

Dunia pendidikan di negeri ini sedang menghadapi sebuah ancaman besar, yakni jeratan narkoba yang setiap saat siap menghancurkan masa depan anak bangsa ini.

nilah yang mengkhawatirkan   Dra Hj Mulyana, Wakil Kepala   Sekolah Bidang Kesiswaan SMA   Eria Medan ini. “Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini saya rasa meningkat. Kami sebagai guru sangat khawatir dengan kondisi ini,” kata wanita kelahiran 14 Januari 1961 ini.

Kekhawatirannya memang tepat. Pasalnya, dari sekitar tiga juta orang pengguna obat terlarang (Napza) di Indonesia, sekitar 75 persen di antaranya adalah kalangan remaja sebagai akibat kurangnya kegiatan pembinaan serta terbatasnya jumlah dan ragam wadah penyaluran minat dan bakat pemuda sehingga mereka terjerumus dalam berbagai tindakan kekerasan dan kesesatan. Begitulah data dari Badan Narkotika Nasional.

Menurut wanita jebolan dari fakultas Tata Busana dan Tata Kecantikan Kulit dan Rambut dari Jogya ini bilang, pihak sekolahnya sendiri sangat aktif memberikan sosialisasi bahaya narkoba hingga melakukan razia kepada siswa setiap harinya.

“Kami juga beberapa kali mendatangkan BNN untuk memberikan sosialisasi bahaya narkoba. Kami juga memproteck siswa dengan kegiatan iman seperti pesantren kilat dan kegiatan lainnya. Kami juga memantau perkembangan jiwa anak didik kami karena kami mengetahui bagaimana bila anak jadi pecandu narkoba. Tapi alhamdulillah, anak didik kami belum ada yang seperti itu,” kata wanita yang sudah singel parent ini.

Kata Mulyana, ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu pelajar jadi pengguna narkoba. Yakni, hilangnya makna hidup. Para pelajar yang masih dalam masa transisi, seringkali menderita perasaan khawatir, takut dan cemas yang tak beralasan. “Mereka ingin selalu dianggap eksis di tengah pergaulan, sehingga seringkali mengikuti trend serta gaya hidup lingkungan tempat mereka bergaul. Nah, kalau salah pergaulan, maka hancurlah jadinya,” kata wanita yang pernah terjun di dunia modelling ini.

Alasan lainnya, sambung Mulyana, keringnya hubungan interpersonal, baik di dalam keluarga, maupun di tengah masyarakat sekitar. Ekses negatif dari hubungan antarmanusia yang tidak harmonis ini melahirkan rasa sepi, sendiri, meski mereka berada di tengah keramaian.

Ibu dari Faradika dan Iqbal ini bilang, masih banyak penyebab lainnya anak terjerus narkoba.  Untuk itu sebagai solusinya adalah melakukan pendekatan agama untuk menggugah jiwa mereka kembali ke jalan yang benar.
Kemudian, lanjutnya, dilakukan pendekatan psikologis. Tujuannya mampu menanamkan kesadaran dari dalam hati mereka untuk menjauhi dunia narkoba.  Lalu, dilakukan pendekatan sosial. Baik bagi mereka yang belum, maupun yang sudah masuk narkoba. Melalui pendekatan ini disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya.

“Dengan penanaman sikap seperti ini, maka mereka merasa bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting,” paparnya.

Maka itu, kata Mulyana, upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba.

“Mari kita jaga dan awasi anak didik kita dari bahaya narkoba sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik,” harapnya.
Kemudian,kata dia,  pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang harus tetap dilakukan. Paling terpenting, Mulyana mengharapkan peranan orangtua sebagai pilar utama untuk mengawasi anak-anaknya dari narkoba maupun vidio mesum di internet yang banyak disediakan di warnet. Karena kedua hal ini merusak jiwa anak,” pungkasnya. (laila azizah)

Dunia pendidikan di negeri ini sedang menghadapi sebuah ancaman besar, yakni jeratan narkoba yang setiap saat siap menghancurkan masa depan anak bangsa ini.

nilah yang mengkhawatirkan   Dra Hj Mulyana, Wakil Kepala   Sekolah Bidang Kesiswaan SMA   Eria Medan ini. “Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini saya rasa meningkat. Kami sebagai guru sangat khawatir dengan kondisi ini,” kata wanita kelahiran 14 Januari 1961 ini.

Kekhawatirannya memang tepat. Pasalnya, dari sekitar tiga juta orang pengguna obat terlarang (Napza) di Indonesia, sekitar 75 persen di antaranya adalah kalangan remaja sebagai akibat kurangnya kegiatan pembinaan serta terbatasnya jumlah dan ragam wadah penyaluran minat dan bakat pemuda sehingga mereka terjerumus dalam berbagai tindakan kekerasan dan kesesatan. Begitulah data dari Badan Narkotika Nasional.

Menurut wanita jebolan dari fakultas Tata Busana dan Tata Kecantikan Kulit dan Rambut dari Jogya ini bilang, pihak sekolahnya sendiri sangat aktif memberikan sosialisasi bahaya narkoba hingga melakukan razia kepada siswa setiap harinya.

“Kami juga beberapa kali mendatangkan BNN untuk memberikan sosialisasi bahaya narkoba. Kami juga memproteck siswa dengan kegiatan iman seperti pesantren kilat dan kegiatan lainnya. Kami juga memantau perkembangan jiwa anak didik kami karena kami mengetahui bagaimana bila anak jadi pecandu narkoba. Tapi alhamdulillah, anak didik kami belum ada yang seperti itu,” kata wanita yang sudah singel parent ini.

Kata Mulyana, ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu pelajar jadi pengguna narkoba. Yakni, hilangnya makna hidup. Para pelajar yang masih dalam masa transisi, seringkali menderita perasaan khawatir, takut dan cemas yang tak beralasan. “Mereka ingin selalu dianggap eksis di tengah pergaulan, sehingga seringkali mengikuti trend serta gaya hidup lingkungan tempat mereka bergaul. Nah, kalau salah pergaulan, maka hancurlah jadinya,” kata wanita yang pernah terjun di dunia modelling ini.

Alasan lainnya, sambung Mulyana, keringnya hubungan interpersonal, baik di dalam keluarga, maupun di tengah masyarakat sekitar. Ekses negatif dari hubungan antarmanusia yang tidak harmonis ini melahirkan rasa sepi, sendiri, meski mereka berada di tengah keramaian.

Ibu dari Faradika dan Iqbal ini bilang, masih banyak penyebab lainnya anak terjerus narkoba.  Untuk itu sebagai solusinya adalah melakukan pendekatan agama untuk menggugah jiwa mereka kembali ke jalan yang benar.
Kemudian, lanjutnya, dilakukan pendekatan psikologis. Tujuannya mampu menanamkan kesadaran dari dalam hati mereka untuk menjauhi dunia narkoba.  Lalu, dilakukan pendekatan sosial. Baik bagi mereka yang belum, maupun yang sudah masuk narkoba. Melalui pendekatan ini disadarkan bahwa mereka merupakan bagian penting dalam keluarga dan lingkungannya.

“Dengan penanaman sikap seperti ini, maka mereka merasa bahwa kehadiran mereka di tengah keluarga dan masyarakat memiliki arti penting,” paparnya.

Maka itu, kata Mulyana, upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba.

“Mari kita jaga dan awasi anak didik kita dari bahaya narkoba sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik,” harapnya.
Kemudian,kata dia,  pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang harus tetap dilakukan. Paling terpenting, Mulyana mengharapkan peranan orangtua sebagai pilar utama untuk mengawasi anak-anaknya dari narkoba maupun vidio mesum di internet yang banyak disediakan di warnet. Karena kedua hal ini merusak jiwa anak,” pungkasnya. (laila azizah)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/