26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Home Scooling, Belajar Lebih Cerdas, Kreatif dan Ceria

Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Kerapkali hal-hal tersebut tidak ditemukan para orangtua di sekolah umum. Oleh karena itu muncullah ide orangtua untuk menyekolahkan  anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (homeschooling).

Di homeschooling,  orang tua mengharapkan anaknya  tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menampilkan bakat dan minat si anak.

‘’Pilihan orangtua untuk pendidikan anak  bisa berupa homeschooling, dengan kualitas pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan si anak,”ujar Koordinator SD, Homeschooling Kak Seto Medan yang terletak di Jalan Sei Bekala Medan, Metalina.

Disebutkannya, saat ini banyak orang tua mengikuti tren dengan menyekolahkan anaknya di sekolah yang berstandar internasional, dengan jam sekolah mulai dari pagi hingga sore hari. “Secara tidak langsung, ini merampas hak asasi anak. Karena hak anak adalah bermain. Jadi, bila sekolah dari pagi hingga sore, kapan lagi si anak bermain?,” sebut Metalina.

Karena itu, untuk mengembalikan hak anak ini, salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah homeschooling yang memiliki beberapa metode pengajaran. “Pertama anak datang ke sekolah kita, kedua kumpulkan anak di sebuah tempat, kemudian kita datang untuk mengajar, dan distance learning (DL),” ujar wanita ini. Dalam DL, metode pengajaran akan diberikan pada si orangtua, dan orangtua akan mengajarkan si anak. “Tetapi, saat ujian anak harus kemari,” tambahnya.

Homeschooling ini juga bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Dengan masa 3 kali dalam seminggu dengan waktu pemberian pelajaran 3 jam per hari. “Dengan waktu pembelajaran ini, anak masih memiliki hak nya untuk bermain,” tambahnya. Bukan hanya itu, anak juga memiliki waktu lebih banyak untuk dekat dengan keluarga.

Mata pelajaran yang diberikan juga dipadati. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan anak. Seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn. Bukan hanya itu, dalam Homeschooling juga akan menimbulkan bakat dan minat anak di berbagai bisang seperti bidang seni.  ‘’Kecebdrungannya bisa lebih cepat dibandingkan dengan sekolah umum. “Setiap Jum’at kita ada project class, disini berbagai bidang akan diperlihatkan, mulai dari art class, musik, dan lainnya,” tambahnya.

Meski begitu, masih ada  orangtua yang  ragu  menyekolahkan buah hatinya ke homeschooling. Alasannya takut  anaknya tidak memiliki izajah. “Kita memiliki ijazah dari Diknas (Dinas Pendidikan Nasional), dan jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Jadi tidak perlu takut,” ungkapnya. Masa pendidikan juga  bisa dipercepat  dengan syarat anak harus memiliki IQ minimal 130. “Standar IQ ini sesuai dengan permintaan Diknas,” ujar Meta.

Sosialisasi anak terhadap lingkungannya , lanjutnya  juga tidak  terganggu. “ Homeschooling akan memudahkan anak untuk sosialisasi. Karena   anak memiliki banyak waktu, baik untuk belajar maupun bermain,” lanjutnya. (ram)

Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Kerapkali hal-hal tersebut tidak ditemukan para orangtua di sekolah umum. Oleh karena itu muncullah ide orangtua untuk menyekolahkan  anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (homeschooling).

Di homeschooling,  orang tua mengharapkan anaknya  tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menampilkan bakat dan minat si anak.

‘’Pilihan orangtua untuk pendidikan anak  bisa berupa homeschooling, dengan kualitas pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan si anak,”ujar Koordinator SD, Homeschooling Kak Seto Medan yang terletak di Jalan Sei Bekala Medan, Metalina.

Disebutkannya, saat ini banyak orang tua mengikuti tren dengan menyekolahkan anaknya di sekolah yang berstandar internasional, dengan jam sekolah mulai dari pagi hingga sore hari. “Secara tidak langsung, ini merampas hak asasi anak. Karena hak anak adalah bermain. Jadi, bila sekolah dari pagi hingga sore, kapan lagi si anak bermain?,” sebut Metalina.

Karena itu, untuk mengembalikan hak anak ini, salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah homeschooling yang memiliki beberapa metode pengajaran. “Pertama anak datang ke sekolah kita, kedua kumpulkan anak di sebuah tempat, kemudian kita datang untuk mengajar, dan distance learning (DL),” ujar wanita ini. Dalam DL, metode pengajaran akan diberikan pada si orangtua, dan orangtua akan mengajarkan si anak. “Tetapi, saat ujian anak harus kemari,” tambahnya.

Homeschooling ini juga bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Dengan masa 3 kali dalam seminggu dengan waktu pemberian pelajaran 3 jam per hari. “Dengan waktu pembelajaran ini, anak masih memiliki hak nya untuk bermain,” tambahnya. Bukan hanya itu, anak juga memiliki waktu lebih banyak untuk dekat dengan keluarga.

Mata pelajaran yang diberikan juga dipadati. Sesuai dengan kebutuhan pendidikan anak. Seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn. Bukan hanya itu, dalam Homeschooling juga akan menimbulkan bakat dan minat anak di berbagai bisang seperti bidang seni.  ‘’Kecebdrungannya bisa lebih cepat dibandingkan dengan sekolah umum. “Setiap Jum’at kita ada project class, disini berbagai bidang akan diperlihatkan, mulai dari art class, musik, dan lainnya,” tambahnya.

Meski begitu, masih ada  orangtua yang  ragu  menyekolahkan buah hatinya ke homeschooling. Alasannya takut  anaknya tidak memiliki izajah. “Kita memiliki ijazah dari Diknas (Dinas Pendidikan Nasional), dan jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Jadi tidak perlu takut,” ungkapnya. Masa pendidikan juga  bisa dipercepat  dengan syarat anak harus memiliki IQ minimal 130. “Standar IQ ini sesuai dengan permintaan Diknas,” ujar Meta.

Sosialisasi anak terhadap lingkungannya , lanjutnya  juga tidak  terganggu. “ Homeschooling akan memudahkan anak untuk sosialisasi. Karena   anak memiliki banyak waktu, baik untuk belajar maupun bermain,” lanjutnya. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/