Di tengah dunia 4G yang bergerak cepat, teknologi dan media jejaring sosial menimbulkan dampak dramatis yang terus meningkat terhadap dinamika kehidupan keluarga. Hampir 70 persen keluarga di dunia setuju bahwa teknologi membantu anggota-angggota keluarga mereka untuk dapat terus saling terhubung, namun terdapat konsekuensi yang harus dirasakan.
Saat menghabiskan waktu bersama-sama sebagai satu keluarga, hampir setengah dari jumlah orang tua mengatakan bahwa perhatian keluarga mereka teralihkan oleh teknologi.
Tidak ada kelompok keluarga yang mengalami hal ini, kecuali keluarga dengan kedua orang tua yang bekerja, dimana lebih dari setengah jumlah mereka mengaku bahwa dengan adanya perangkat mobile dan teknologi komputer mereka menjadi selalu “siaga” terhubung dengan pekerjaan meski saat meluangkan waktu bersama keluarga di rumah atau ketika di jalan.
Bagi anak-anak masa kini yang tumbuh bersama teknologi, kehadiran teknologi ini mempengaruhi bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama orang tua dan keluarga. Sekitar seperempat dari jumlah orang tua di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka lebih banyak berkomunikasi dengan anak-anak mereka melalui teknologi daripada secara langsung.
Di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Cina dan India, dimana riset membuktikan bahwa teknologi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, intensitas komunikasi melalui teknologi ini menembus angka 50 persen dan 42 persen di masing-masing negara tersebut.
Terlepas dari tekanan-tekanan dan gangguan-gangguan yang mempengaruhi waktu dan kualitas kebersamaan keluarga dan kenyataan akan situasi anak-anak masa kini, bagaimana pun juga masih terdapat harapan.
Bahkan, hampir 90 persen berkomitmen untuk memastikan bahwa anak-anak mereka tidak melewatkan masa anak-anak dan umumnya menginginkan diri mereka sendiri menjadi lebih riang gembira.
Menyinggung soal pengaruh teknologi terhadap perkembangan anak, Saurma MGP Siahaan yang menjabat sebagai Ketua Forum P5A (Pemerhati Penulis Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak) mengatakan, anak tetap perlu dibimbing dalam mengenal teknologi. Dia sendiri, terhadap kedua anaknya tetap mengenalkan dunia tekhnologi untuk kemajuan pendidikannya.
“Memang tekhnologi juga berperan dalam pola perilaku anak. Untuk itu jangan sampai lost control. Ajarkan anak untuk belajar dari tekhnologi dan memperluasan wawasannya. Tekhnologi dimanfaatkan sebagai kemajuan si anak. Saya sering menyuruh anak saya untuk mencari tugas-tugas di internet. Selain itu, kita juga harus memandu anak untuk melakukan hal-hal positif dari tekhnologi. Jadi semuanya juga tergantung pengawasan dari orangtua,” jelasnya. (mag-11/pdc)