30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tangani Penderita Autis Sejak Dini

FMPA Sumut Adakan Seminar dan Workshop

MEDAN- Jika ditangani dengan cepat, maka peluang anak-anak yang menderita autis untuk dapat hidup normal juga sangat tinggi. Bahkan penderita autis memiliki banyak potensi yang bisa digali dan diarahkan dalam kegiatan positif. Hal itu disampaikan para sosialita yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Autis (FMPA) Sumut, Sabtu (18/2) di Medan.

Sekretaris FMPA Sumut, Vita Lestari Nasution mengatakan saat ini ada sekitar 268 anak penderita autis di 14 sekolah yang bergerak di bidang penanganan penderita autis dan telah bergabung dengan FMPA Sumut. Namun, sering kali anak autis terabaikan dan tidak mendapat perawatan dengan baik sehingga mereka tumbuh tanpa memiliki keterampilan bahkan jauh dari pergaulan.

“Anak adalah anugerah dari Tuhan. Bagaimanapun kondisinya harus kita syukuri dengan memberikan kasih sayang dan kepedulian. Sangat disayangkan masih banyak orangtua yang malu mengakui kalau anaknya autis. Sehingga berusaha menutup-nutupi kekurangan anaknya sehingga mengakibatkan anak yang menjadi korban,” kata Vita.

Bukan itu saja, bahkan perhatian dari pemerintah terhadap anak-anak autis juga dinilai masih kurang. Padahal penanganan anak-anak penderita autis bukan hal mudah. Karena dibutuhkan waktu lama dan teknik tersendiri dalam menanganinya.

“FMPA Sumut pernah mengusulkan ke kementerian pendidikan untuk mendirikan sekolah autis di Sumut,’’ungkapnya.
Namun, karena persyaratan yang diajukan Kementerian Pendidikan berupa adanya pertapakan tanah tidak dapat dipenuhi Pemprov, akhirnya dana tersebut dialihkan ke Sumatera Barat. “Ini masalah yang serius, Pemprov terkesan tidak peduli dengan anak-anak autis yang harus mendapatkan penanganan khusus sehingga dana nya jatuh ke Sumatera Barat karena mereka lebih siap,” tegasnya.

Ketua Bidang Kesehatan FMPA Sumut, Natalie Hutabarat mengatakan autis adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak dan membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunia nya sendiri. “Gejala yang timbul biasanya sebelum anak berusia 3 tahun, tapi kadang gejala itu sudah ada sejak lahir. Jadi orangtua harus cermat, jika memang autis dapat segera ditangani,” jelasnya.

Pengarah FMPA, Damai Yona Nainggolan juga menyampaikan hal yang sama. Jika anak-anak menunjukkan gejala autis, maka diharapkan orangtua segera melakukan terapi terhadap anak nya. “Jangan malu jika anak menderita autis, jika masih ada yang belum terdata, kita harap orangtua segera membawa ke FMPA Sumut dan anak bisa diarahkan untuk lebih baik lagi,” ucap Damai Yona yang juga Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Kota Medan itu.
Sementara, Pengarah FMPA Sumut, Saurma MGP Siahaan yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Pemerhati & Penulis Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (Forum P5A) Sumut, menambahkan FMPA Sumut yang dibentuk pada Juni 2010 ini beranggotakan sekitar 20 orang dari berbagai praktisi dan pembina sekolah-sekolah autis dengan diketuai Hj. Fatimah Habibi Syamsul Arifin. Diharapkan keberadaannya dapat membawa perubahan khususnya terhadap anak-anak penderita autis agar mendapat penanganan lebih baik lagi.

Pimpinan Sakai Morison, Wiliana Lee, menambahkan, dalam waktu dekat, Sabtu 25 Februari mendatang, FMPA Sumut akan melaksanakan Seminar dan workshop Pengaruh Koordinasi Motorik terhadap Kemampuan Akademik Anak di Medan Club Jalan Kartini Medan. Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dan mengikuti kegiatan tersebut demi perkembangan terbaik bagi kemampuan dan prestasi anak-anak kedepan.
“Perkembangan motorik adalah jantung kehidupan. 1 dari 20 anak usia sekolah diketahui mengalami masalah koordinasi motorik yang mengganggu prestasi akademik dan personal sosialnya,” bebernya. (mag-11)

FMPA Sumut Adakan Seminar dan Workshop

MEDAN- Jika ditangani dengan cepat, maka peluang anak-anak yang menderita autis untuk dapat hidup normal juga sangat tinggi. Bahkan penderita autis memiliki banyak potensi yang bisa digali dan diarahkan dalam kegiatan positif. Hal itu disampaikan para sosialita yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Autis (FMPA) Sumut, Sabtu (18/2) di Medan.

Sekretaris FMPA Sumut, Vita Lestari Nasution mengatakan saat ini ada sekitar 268 anak penderita autis di 14 sekolah yang bergerak di bidang penanganan penderita autis dan telah bergabung dengan FMPA Sumut. Namun, sering kali anak autis terabaikan dan tidak mendapat perawatan dengan baik sehingga mereka tumbuh tanpa memiliki keterampilan bahkan jauh dari pergaulan.

“Anak adalah anugerah dari Tuhan. Bagaimanapun kondisinya harus kita syukuri dengan memberikan kasih sayang dan kepedulian. Sangat disayangkan masih banyak orangtua yang malu mengakui kalau anaknya autis. Sehingga berusaha menutup-nutupi kekurangan anaknya sehingga mengakibatkan anak yang menjadi korban,” kata Vita.

Bukan itu saja, bahkan perhatian dari pemerintah terhadap anak-anak autis juga dinilai masih kurang. Padahal penanganan anak-anak penderita autis bukan hal mudah. Karena dibutuhkan waktu lama dan teknik tersendiri dalam menanganinya.

“FMPA Sumut pernah mengusulkan ke kementerian pendidikan untuk mendirikan sekolah autis di Sumut,’’ungkapnya.
Namun, karena persyaratan yang diajukan Kementerian Pendidikan berupa adanya pertapakan tanah tidak dapat dipenuhi Pemprov, akhirnya dana tersebut dialihkan ke Sumatera Barat. “Ini masalah yang serius, Pemprov terkesan tidak peduli dengan anak-anak autis yang harus mendapatkan penanganan khusus sehingga dana nya jatuh ke Sumatera Barat karena mereka lebih siap,” tegasnya.

Ketua Bidang Kesehatan FMPA Sumut, Natalie Hutabarat mengatakan autis adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak dan membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunia nya sendiri. “Gejala yang timbul biasanya sebelum anak berusia 3 tahun, tapi kadang gejala itu sudah ada sejak lahir. Jadi orangtua harus cermat, jika memang autis dapat segera ditangani,” jelasnya.

Pengarah FMPA, Damai Yona Nainggolan juga menyampaikan hal yang sama. Jika anak-anak menunjukkan gejala autis, maka diharapkan orangtua segera melakukan terapi terhadap anak nya. “Jangan malu jika anak menderita autis, jika masih ada yang belum terdata, kita harap orangtua segera membawa ke FMPA Sumut dan anak bisa diarahkan untuk lebih baik lagi,” ucap Damai Yona yang juga Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Kota Medan itu.
Sementara, Pengarah FMPA Sumut, Saurma MGP Siahaan yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Pemerhati & Penulis Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (Forum P5A) Sumut, menambahkan FMPA Sumut yang dibentuk pada Juni 2010 ini beranggotakan sekitar 20 orang dari berbagai praktisi dan pembina sekolah-sekolah autis dengan diketuai Hj. Fatimah Habibi Syamsul Arifin. Diharapkan keberadaannya dapat membawa perubahan khususnya terhadap anak-anak penderita autis agar mendapat penanganan lebih baik lagi.

Pimpinan Sakai Morison, Wiliana Lee, menambahkan, dalam waktu dekat, Sabtu 25 Februari mendatang, FMPA Sumut akan melaksanakan Seminar dan workshop Pengaruh Koordinasi Motorik terhadap Kemampuan Akademik Anak di Medan Club Jalan Kartini Medan. Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dan mengikuti kegiatan tersebut demi perkembangan terbaik bagi kemampuan dan prestasi anak-anak kedepan.
“Perkembangan motorik adalah jantung kehidupan. 1 dari 20 anak usia sekolah diketahui mengalami masalah koordinasi motorik yang mengganggu prestasi akademik dan personal sosialnya,” bebernya. (mag-11)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/