28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Aipda Polisi Terkapar Dihajar 5 Preman

Foto: Gatha Ginting/PM Aipda Dudi Efni, korban penganiayaan preman di belakang Medan Plaza, Senin (31/3).
Foto: Gatha Ginting/PM
Aipda Dudi Efni, korban penganiayaan preman di belakang Medan Plaza, Senin (31/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aipda Dudi Efni (40) jadi korban penganiayaan preman, Minggu (30/3) malam. Personel Polsek Lubuk Pakam, Deliserdang itu dikeroyok 5 preman berseragam salah satu OKP di pelataran parkir Medan Plaza Jalan Iskandar Muda, pakai batu hingga kepalanya pecah dan terkapar.

Peristiwa penganiayaan tersebut bermula saat Aipda Dudi berpamitan pulang usai menemui rekannya di Jl. Gajahmada. Ketika itu, mobil Nissan Evalia silver BK 1711 IK miliknya terparkir di pinggir Jalan Gajah Mada. Saat akan menaiki mobil, ia melihat seorang pria sedang bertengkar dengan seorang wanita, tepat di sebelah mobil miliknya. Melihat itu, korban pun permisi lantaran ingin mengambil mobil miliknya.

Hal itu membuat pria yang diketahui berisial PP berang dan emosi. Sempat terjadi cek-cok mulut, korban digiring paksa ke kawasan Medan Plaza menggunakan sepeda motor.

Saat di pelataran parkir Medan Plaza, korban langsung dipegangi 4 pria, sementara pelaku PP memukuli dirinya. Korban yang menanyakan apa salahnya, justru membuat pelaku kian beringas. Bahkan pemukulan kali ini menggunakan batu di bagian kepala dan dada hingga tersungkur ke tanah.

“Sebenarnya aku tak tahu apa masalahnya. Aku mau ambil mobil di Jalan Gajah Mada, tapi dia lagi berantam sama cewek di dekat mobil ku itu. Ya aku pamitan mau masuk mobil tapi dia emosi, dikira aku mencampuri urusan mereka. Di situ dipaksalah aku ikut ke Medan Plaza, dikawal sama 2 motor,” kata korban saat ditemui di RS Bhayangkara, Ruang Tanah Karo.

Masih menurut korban, pria berinisial PP ketika itu mengenakan seragam OKP dan kerap mengaku sebagai petinggi OKP. “Dia pakai baju OKP lah, dia bangga-banggakan itu. Katanya dia petinggi OKP. Aku terus dipukulin sampai aku tak bisa melawan lagi,” terangnya.

Bahkan pelaku sempat mengatakan akan menghabisi nyawa anggota polisi itu. “Ini, kalau bukan polisi mungkin polisi militer (PM). Jadi kita matikan sajalah ini,” kata Aipda Dudi, menirukan ucapan pelaku di malam naas itu.

Aksi pelaku baru terhenti lantaran korban sudah tak berdaya. Para pelaku pun meninggalkan lokasi kejadian, bahkan korban melihat PP meninggalkan lokasi dengan sepeda motor jenis Harley Davidson. Saat itu juga, korban menghubungi rekannya dan langsung membuat laporan ke Polresta Medan dengan Nomor: STTLP/792/K/III/2014/Resta Medan.

“Malam itu juga aku langsung melapor ke Polresta Medan diantar kawan. Dan setelah kutelusuri, dia itu katanya cuma bawa-bawa nama OKP saja. Makanya mudah-mudahan bisa segera terungkaplah,” harap Aipda Dudi.

Setelah itu, usai membuat laporan korban bersama rekannya mendatangi lokasi kejadian. Dari situ pula, ia mendapat informasi jika pelaku penganiayaan terhadapnya berinisial PP, yang mengaku dari salah satu OKP.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Jean Calvijn Simanjuntak, SIK mengatakan jika laporan korban sudah diterima dan pihaknya telah memeriksa satu orang saksi. “Laporan sudah kita terima, satu orang saksi juga sudah kita mintai keterangan. Akan kita proses,” katanya.

Kanit Jahtanras Polresta Medan, AKP Daniel Marunduri menegaskan tak akan pandang bulu terhadap pelaku kejahatan. “Meskipun pelakunya anggota OKP atau apapun, kalau menyalahi hukum akan kami tindak. Ya, nantilah bagaimana laporan anggota dulu,”pungkas mantan Kasat Reskrim Polres Siantar itu.

 

DENDAM MASYARAKAT

Kriminolog, Prof DR Maidin Gultom SH MHum menilai tindakan penganiayaan sekelompok pemuda terhadap personel Polsek Lubuk Pakam Aipda Dudi Efni mungkin ungkapan mereka yang menganggap polisi tidak perlu dihormati lagi.

“Seperti ada dendam masyarakat akibat prilaku-prilaku kepolisian yang kurang

mendidik atau kurang benar selama ini,” ucapnya.

Tetapi, lanjut Dosen Kriminolog UNIKA St Thomas itu, masyarakat juga harus menganggap bahwa tidak semua polisi yang berprilaku seperti itu. “Jadi, jangan lihat polisi langsung dendam. Tidak boleh seperti itu. Seharusnya lihat orangnya. Pasalnya, tidak semua polisi melakukan hal yang tidak benar,” pungkasnya.

Namun, katanya, tindakan penganiayaan tersebut bisa juga dendam lama dari masyarakat terhadap kepolisian yang berprilaku tidak benar selama ini. “Maka itu, kita harus memilah-milahnya. Hanya gara-gara sedikit oknum polisi yang melakukan tindakan yang tidak benar, maka dicap semua polisi tidak benar. Mungkin itu yang ada di pikiran yang melakukan penganiayaan itu,” ucapnya. (wel/gib/ind/bd)

Foto: Gatha Ginting/PM Aipda Dudi Efni, korban penganiayaan preman di belakang Medan Plaza, Senin (31/3).
Foto: Gatha Ginting/PM
Aipda Dudi Efni, korban penganiayaan preman di belakang Medan Plaza, Senin (31/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aipda Dudi Efni (40) jadi korban penganiayaan preman, Minggu (30/3) malam. Personel Polsek Lubuk Pakam, Deliserdang itu dikeroyok 5 preman berseragam salah satu OKP di pelataran parkir Medan Plaza Jalan Iskandar Muda, pakai batu hingga kepalanya pecah dan terkapar.

Peristiwa penganiayaan tersebut bermula saat Aipda Dudi berpamitan pulang usai menemui rekannya di Jl. Gajahmada. Ketika itu, mobil Nissan Evalia silver BK 1711 IK miliknya terparkir di pinggir Jalan Gajah Mada. Saat akan menaiki mobil, ia melihat seorang pria sedang bertengkar dengan seorang wanita, tepat di sebelah mobil miliknya. Melihat itu, korban pun permisi lantaran ingin mengambil mobil miliknya.

Hal itu membuat pria yang diketahui berisial PP berang dan emosi. Sempat terjadi cek-cok mulut, korban digiring paksa ke kawasan Medan Plaza menggunakan sepeda motor.

Saat di pelataran parkir Medan Plaza, korban langsung dipegangi 4 pria, sementara pelaku PP memukuli dirinya. Korban yang menanyakan apa salahnya, justru membuat pelaku kian beringas. Bahkan pemukulan kali ini menggunakan batu di bagian kepala dan dada hingga tersungkur ke tanah.

“Sebenarnya aku tak tahu apa masalahnya. Aku mau ambil mobil di Jalan Gajah Mada, tapi dia lagi berantam sama cewek di dekat mobil ku itu. Ya aku pamitan mau masuk mobil tapi dia emosi, dikira aku mencampuri urusan mereka. Di situ dipaksalah aku ikut ke Medan Plaza, dikawal sama 2 motor,” kata korban saat ditemui di RS Bhayangkara, Ruang Tanah Karo.

Masih menurut korban, pria berinisial PP ketika itu mengenakan seragam OKP dan kerap mengaku sebagai petinggi OKP. “Dia pakai baju OKP lah, dia bangga-banggakan itu. Katanya dia petinggi OKP. Aku terus dipukulin sampai aku tak bisa melawan lagi,” terangnya.

Bahkan pelaku sempat mengatakan akan menghabisi nyawa anggota polisi itu. “Ini, kalau bukan polisi mungkin polisi militer (PM). Jadi kita matikan sajalah ini,” kata Aipda Dudi, menirukan ucapan pelaku di malam naas itu.

Aksi pelaku baru terhenti lantaran korban sudah tak berdaya. Para pelaku pun meninggalkan lokasi kejadian, bahkan korban melihat PP meninggalkan lokasi dengan sepeda motor jenis Harley Davidson. Saat itu juga, korban menghubungi rekannya dan langsung membuat laporan ke Polresta Medan dengan Nomor: STTLP/792/K/III/2014/Resta Medan.

“Malam itu juga aku langsung melapor ke Polresta Medan diantar kawan. Dan setelah kutelusuri, dia itu katanya cuma bawa-bawa nama OKP saja. Makanya mudah-mudahan bisa segera terungkaplah,” harap Aipda Dudi.

Setelah itu, usai membuat laporan korban bersama rekannya mendatangi lokasi kejadian. Dari situ pula, ia mendapat informasi jika pelaku penganiayaan terhadapnya berinisial PP, yang mengaku dari salah satu OKP.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Jean Calvijn Simanjuntak, SIK mengatakan jika laporan korban sudah diterima dan pihaknya telah memeriksa satu orang saksi. “Laporan sudah kita terima, satu orang saksi juga sudah kita mintai keterangan. Akan kita proses,” katanya.

Kanit Jahtanras Polresta Medan, AKP Daniel Marunduri menegaskan tak akan pandang bulu terhadap pelaku kejahatan. “Meskipun pelakunya anggota OKP atau apapun, kalau menyalahi hukum akan kami tindak. Ya, nantilah bagaimana laporan anggota dulu,”pungkas mantan Kasat Reskrim Polres Siantar itu.

 

DENDAM MASYARAKAT

Kriminolog, Prof DR Maidin Gultom SH MHum menilai tindakan penganiayaan sekelompok pemuda terhadap personel Polsek Lubuk Pakam Aipda Dudi Efni mungkin ungkapan mereka yang menganggap polisi tidak perlu dihormati lagi.

“Seperti ada dendam masyarakat akibat prilaku-prilaku kepolisian yang kurang

mendidik atau kurang benar selama ini,” ucapnya.

Tetapi, lanjut Dosen Kriminolog UNIKA St Thomas itu, masyarakat juga harus menganggap bahwa tidak semua polisi yang berprilaku seperti itu. “Jadi, jangan lihat polisi langsung dendam. Tidak boleh seperti itu. Seharusnya lihat orangnya. Pasalnya, tidak semua polisi melakukan hal yang tidak benar,” pungkasnya.

Namun, katanya, tindakan penganiayaan tersebut bisa juga dendam lama dari masyarakat terhadap kepolisian yang berprilaku tidak benar selama ini. “Maka itu, kita harus memilah-milahnya. Hanya gara-gara sedikit oknum polisi yang melakukan tindakan yang tidak benar, maka dicap semua polisi tidak benar. Mungkin itu yang ada di pikiran yang melakukan penganiayaan itu,” ucapnya. (wel/gib/ind/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/