Site icon SumutPos

Sebelumnya Korban Menjabat sebagai Ketua PP

Foto: Well/PM Satia Gunawan, ketua SPSI saat dirawat di RSU Pirngadi Medan.
Foto: Well/PM
Satia Gunawan, ketua SPSI saat dirawat di RSU Pirngadi Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus Penculikan, perampokan dan penganiayaan yang menimpa Ketua SPSI Jl. Salak, Satia Gunawan (29) dan sepupunya Desi Afriani (20), masih dalam penanganan Polsek Medan Kota. Namun hingga berita ini dilansir, polisi belum berhasil menangkap ketiga pelaku berpistol mengendarai minibus Xenia hitam itu. Polisi kesulitan mengungkap kasus, apalagi korban mengaku tak pernah punya musuh selama ini.

Sementara itu, saat kru koran ini menyambangi sekitar Jl. Salak, Kel. Pusat Pasar, Kec. Medan Kota, diperoleh info jika Satia dikenal sebagai sosok pemuda pekerja keras dan baik. Sebelum menjabat sebagai Ketua SPSI, ternyata Satia pernah juga menjabat sebagai Ketua Pemuda Pancasila Jl. Salak. Sikap Satia yang suka membantu itulah membuatnya dipercaya menjadi Ketua SPSI. Saat ini, ayah tiga anak itu ada menguasai beberapa lahan parkir di kawasan Jl. Merbau dan beberapa lokasi lain di sekitar Jl. Salak.

Banyak pihak yang mengecam tindakan para pelaku yang dinilai sadis dan tak bermoral. Hal ini diamini beberapa rekan-rekan korban. “Kata ketua itu percayakan pengusutannya sama polisi, ya kami anggota ikut sajalah bang. Kalau katanya mau main, kami siaplah. Mana terima kami ketua kami diperlakukan gitu bang. Baik dia itu akh,” kata seorang anggota korban yang ditemui di lokasi.

Satia sendiri hingga kini tak mau berandai-andai soal pelaku. Namun diakuinya, sebelum kasus ini terjadi, ia memang sudah berkali-kali dicegat orang tak dikenal, namun ia berhasil meloloskan diri.

“Kalau aku bang, sudah capeknya dicegat di jalan ini. Tapi yang kemarin itu memang aku akui down kalilah. Mereka itu beraksi cepat kali,” katanya. Disinggung apakah penculikan itu ada kaitannya dengan lahan parkir yang saat ini ia kuasai, atau terlibat ricuh dengan sesama pengurus dimana ia menjabat sebagai ketua.

Ayah dari Rafi (6), Munawarah (4) dan Zaky (2) ini tak berkomentar banyak. “Ya kalau ribut-ribut gitu biasalah ya bang, namanya kita dipasaran. Kalau cek-cok wajar ajanya, cuma kalau sampai ke aksi seperti ini ya aku pun tak tau siapa pelaku nya,” katanya.

Terpisah, saat ditemui di sekitar Jl. Pandu Medan, Desi Afriani, sepupu Satia yang ikut jadi korban masih tampak syok dan trauma. Semula ia menolak bercerita banyak lantaran takut nyawanya terancam jika suatu saat pelaku kembali menculiknya.

“Aku tak berani bang, takut aku masih,” katanya. Namun setelah meyakinkan Desi bahwa dirinya hanya jadi korban, akhirnya ia pun bersedia menceritakan peristiwa naas yang terjadi pagi dini hari itu. Dikatakannya, pagi itu ia sempat ditelanjangi pelaku dan diancam akan diperkosa. Di dalam mobil, ia pun mengatakan jika ia diperlakukan kasar dan kerap dimaki dengan bahasa-bahasa melecehkan.

“Aku sempat ditelanjangi bang di mobil, mau diperkosa. Aku diikat dan mulutku ditutup lakban. Aku hanya bisa nangis waktu itu. Diejek orang itu aku, katanya aku ‘gendak’ bang Satia. Padahal aku ini adiknya,” lirih korban yang bagian kepalanya terlihat membiru itu.

Masih menurutnya, pagi itu ia dicampakkan di kawasan gelap setelah sebelumnya Satia dibuang di kawasan jembatan layang tak jauh dari kampus Unimed. “Pertama bang Satia dibuang, kata orang itu sudah mati. Makanya aku sempat terkejut disitu. Terus tak lama aku diturunkan di lokasi sepi juga. Jadi aku minta tolong diantar ke kantor polisi sama warga terdekat,” kenangnya.

Oleh warga, Desi dibawa ke Polsek Percut Sei Tuan. Sempat ditanyai petugas, akhirnya Desi diantarkan ke Polsek Medan Kota untuk membuat laporan. “Dibawa aku sama polisi dari Percut ke Medan Kota bang,” katanya. Saat ini, untuk keamanan dan keselamatan jiwanya, Desi mengaku akan tinggal di kawasan Belawan bersama keluarganya. “Aku mau ke Belawan bang, sampai aman dululah,” tandasnya. (wel/deo)

Exit mobile version