26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pasutri Ditemukan Tewas Tergantung Leher Robek, Gigi Rontok

DILIHAT: Jenazah pasutri yang ditemukan tewas tergantung dilihat oleh pihak keluarga sesaat sebelum diautopsi oleh tim dokter RSUD Rantauprapat, Sabtu (2/11) sekira pukul 06.40 WIB.
IST/SUMUT POS
DILIHAT: Jenazah pasutri yang ditemukan tewas tergantung dilihat oleh pihak keluarga sesaat sebelum diautopsi oleh tim dokter RSUD Rantauprapat, Sabtu (2/11) sekira pukul 06.40 WIB. IST/SUMUT POS

Warga Desa Kampung Padang, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara dikejutkan penemuan mayat pasangan suami istri (Pasutri), Sabtu (2/11) sekira pukul 06.40 WIB.

Mayat pasutri ini dalam posisi leher terikat dengan tali nilon dan tergantung di samping jembatan Sungai Kalundang. Tepatnya di Dusun Aek Nauli, perbatasan antara lahan Toko Roma dengan PT Indospadan Jaya.

PASUTRI itu adalah Herman Ginting (58) dan Sarinah (56). Penemuan mayat itu bermula ketika Hendra Polo Sianturi dan Amo Nainggolan mendapat informasi dari warga yang melintas di jembatan tersebut.

“Kata warga ada mayat tergantung di jembatan Sei Kalundang,” kata kedua warga Perumahan PMKS PT Sepasan Jaya, Desa Kampung Padang itu.

Korban masih belum lama bekerja di perkebunan kelapa sawit milik warga Roma Panjaitan.

“Belum sampai dua bulan,” kata Pemilik kebun Roma Panjaitan di komplek RSUD Rantauprapat.

Namun dia kurang mengenal betul sosok kedua pasutri itu. Hanya saja, seorang rekannya Maju Hutasoit merekomendasikan pasutri tersebut sebagai tenaga kerja untuk kebun sawit miliknya.

“Saya mempekerjakan mereka karena diusulkan mandor,” katanya.

Pasutri ini mengaku kepada Roma Panjaitan akan bekerja sebaik mungkin. Maka ketika bernegosiasi dengannya, korban berjanji bekerja yang terbaik.

“Korban bilang takkan mengotori periuk makannya,” tambahnya.

Dia mengaku korban mendapat tempat tinggal di kawasan 30-an hektar kebun sawit miliknya. Selain itu, kata dia, lokasi penemuan jasad para korban di jembatan sekira 100 meter dari lokasi perkebunannya.

Namun, dia enggan dan tidak bersedia membayar biaya visum jasad kedua korban. Alasannya, kematian para korban bukan berada pada perkebunan miliknya.

Sementara, Maju Hutasoit mengaku memang mengusulkan para korban untuk bekerja di perkebuann sawit itu.

“Saya diperintahkan nyari pekerja. Saya rasa mereka baik, saya usulkan bekerja di perkebunan milik Roma,” kata Maju.

Dia juga mengaku jika korban dalam tiga hari terakhir mendapat ancaman dari sejumlah orang. Informasinya, karena tuduhan aksi kejahatan pencurian ternak ayam warga.

“Memang ada yang mengancam akan memenjarakan korban jika tak membayar uang ganti rugi pencurian ayam warga,” ujarnya.

Bahkan, dia mendapat informasi jika korban Herman Ginting juga sempat mendapat perlakuan kasar dari orang-orang yang mengancamnya.

Kematian pasangan suami ini kuat dugaan karena dibunuh. Sebab, pada leher kedua warga Dusun Tasik Dua, Desa Pasir Tuntung, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara itu terdapat luka robek.

Temuan itu terlihat saat tim dokter melakukan visum et repertum (VeR) oleh di RSUD Rantauprapat pada jasad kedua korban.

“Terdapat luka robek di leher sepanjang 4×15 cm. Kemungkinan karena benda tajam. Bisa karena pisau, parang. Kematiannya karena dibunuh. Kalau karena bunuh diri itu kemungkinan kecil,” ujar dokter.

Informasi dihimpun, kedua korban merupakan pekerja pada perkebunan kelapa sawit warga Roma Panjaitan. Pasutri ini masih belum lama bekerja di perkebunan itu.

“Masih jalan dua bulan mereka di sana,” kata salahseorang warga setempat, Syamsul Saragih ketika ditemui di komplek instalasi jenazah RSUD Rantauprapat.

Menurut dia, sejak awal ditemui sejumlah kejanggalan pada tubuh kedua korban. Sebab, ketika dievakuasi dari jembatan jasad korban bagian leher mengeluarkan darah.

“Sewaktu diangkat keluar darah. Jarang karena gantung diri berdarah,” ujarnya.

“Para korban lidahnya tak keluar,” bebernya seraya mengatakan gigi korban Herman Ginting juga diduga rontok karena mendapat perlakuan kasar.

Kapolsek Bilah Hilir Iptu Krisnat Indratno Napitupulu membenarkan pada leher korban terdapat luka robek.

“Hasil pemeriksaan luar oleh dokter, terdapat luka robek di leher korban,” jelasnya.

Untuk mengetahui penyebab luka luar dan luka robek pada jasad korban, pihaknya akan membawa kedua jenazah ke RS Djasamen Saragih Pematang Siantar.

“Kita akan otopsi. Kita bawa ke rumah sakit Djasamen Saragih,” jelasnya.(mag-13/ala)

DILIHAT: Jenazah pasutri yang ditemukan tewas tergantung dilihat oleh pihak keluarga sesaat sebelum diautopsi oleh tim dokter RSUD Rantauprapat, Sabtu (2/11) sekira pukul 06.40 WIB.
IST/SUMUT POS
DILIHAT: Jenazah pasutri yang ditemukan tewas tergantung dilihat oleh pihak keluarga sesaat sebelum diautopsi oleh tim dokter RSUD Rantauprapat, Sabtu (2/11) sekira pukul 06.40 WIB. IST/SUMUT POS

Warga Desa Kampung Padang, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara dikejutkan penemuan mayat pasangan suami istri (Pasutri), Sabtu (2/11) sekira pukul 06.40 WIB.

Mayat pasutri ini dalam posisi leher terikat dengan tali nilon dan tergantung di samping jembatan Sungai Kalundang. Tepatnya di Dusun Aek Nauli, perbatasan antara lahan Toko Roma dengan PT Indospadan Jaya.

PASUTRI itu adalah Herman Ginting (58) dan Sarinah (56). Penemuan mayat itu bermula ketika Hendra Polo Sianturi dan Amo Nainggolan mendapat informasi dari warga yang melintas di jembatan tersebut.

“Kata warga ada mayat tergantung di jembatan Sei Kalundang,” kata kedua warga Perumahan PMKS PT Sepasan Jaya, Desa Kampung Padang itu.

Korban masih belum lama bekerja di perkebunan kelapa sawit milik warga Roma Panjaitan.

“Belum sampai dua bulan,” kata Pemilik kebun Roma Panjaitan di komplek RSUD Rantauprapat.

Namun dia kurang mengenal betul sosok kedua pasutri itu. Hanya saja, seorang rekannya Maju Hutasoit merekomendasikan pasutri tersebut sebagai tenaga kerja untuk kebun sawit miliknya.

“Saya mempekerjakan mereka karena diusulkan mandor,” katanya.

Pasutri ini mengaku kepada Roma Panjaitan akan bekerja sebaik mungkin. Maka ketika bernegosiasi dengannya, korban berjanji bekerja yang terbaik.

“Korban bilang takkan mengotori periuk makannya,” tambahnya.

Dia mengaku korban mendapat tempat tinggal di kawasan 30-an hektar kebun sawit miliknya. Selain itu, kata dia, lokasi penemuan jasad para korban di jembatan sekira 100 meter dari lokasi perkebunannya.

Namun, dia enggan dan tidak bersedia membayar biaya visum jasad kedua korban. Alasannya, kematian para korban bukan berada pada perkebunan miliknya.

Sementara, Maju Hutasoit mengaku memang mengusulkan para korban untuk bekerja di perkebuann sawit itu.

“Saya diperintahkan nyari pekerja. Saya rasa mereka baik, saya usulkan bekerja di perkebunan milik Roma,” kata Maju.

Dia juga mengaku jika korban dalam tiga hari terakhir mendapat ancaman dari sejumlah orang. Informasinya, karena tuduhan aksi kejahatan pencurian ternak ayam warga.

“Memang ada yang mengancam akan memenjarakan korban jika tak membayar uang ganti rugi pencurian ayam warga,” ujarnya.

Bahkan, dia mendapat informasi jika korban Herman Ginting juga sempat mendapat perlakuan kasar dari orang-orang yang mengancamnya.

Kematian pasangan suami ini kuat dugaan karena dibunuh. Sebab, pada leher kedua warga Dusun Tasik Dua, Desa Pasir Tuntung, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara itu terdapat luka robek.

Temuan itu terlihat saat tim dokter melakukan visum et repertum (VeR) oleh di RSUD Rantauprapat pada jasad kedua korban.

“Terdapat luka robek di leher sepanjang 4×15 cm. Kemungkinan karena benda tajam. Bisa karena pisau, parang. Kematiannya karena dibunuh. Kalau karena bunuh diri itu kemungkinan kecil,” ujar dokter.

Informasi dihimpun, kedua korban merupakan pekerja pada perkebunan kelapa sawit warga Roma Panjaitan. Pasutri ini masih belum lama bekerja di perkebunan itu.

“Masih jalan dua bulan mereka di sana,” kata salahseorang warga setempat, Syamsul Saragih ketika ditemui di komplek instalasi jenazah RSUD Rantauprapat.

Menurut dia, sejak awal ditemui sejumlah kejanggalan pada tubuh kedua korban. Sebab, ketika dievakuasi dari jembatan jasad korban bagian leher mengeluarkan darah.

“Sewaktu diangkat keluar darah. Jarang karena gantung diri berdarah,” ujarnya.

“Para korban lidahnya tak keluar,” bebernya seraya mengatakan gigi korban Herman Ginting juga diduga rontok karena mendapat perlakuan kasar.

Kapolsek Bilah Hilir Iptu Krisnat Indratno Napitupulu membenarkan pada leher korban terdapat luka robek.

“Hasil pemeriksaan luar oleh dokter, terdapat luka robek di leher korban,” jelasnya.

Untuk mengetahui penyebab luka luar dan luka robek pada jasad korban, pihaknya akan membawa kedua jenazah ke RS Djasamen Saragih Pematang Siantar.

“Kita akan otopsi. Kita bawa ke rumah sakit Djasamen Saragih,” jelasnya.(mag-13/ala)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/