32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Warga Perumnas Mandala Tewas Dihakimi Massa

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketidakmampuan polisi memberi rasa aman dan nyaman belakangan ini diduga jadi pemicu masyarakat melakukan aksi main hakim sendiri. Selasa (4/3), sekira pukul 04.00 WIB, amarah kalayak ramai ini makan korban jiwa. Kali ini giliran Marisi Aritonang (23), warga Pajak Garuda, Perumnas Mandala yang jadi korban. Ia tewas dihajar warga yang memergokinya mencuri burung gelatik milik Roni Tobing (24), warga Jl. Taud, Kel. Sidorejo, Medan Tembung.

Kasus ini berawal saat korban dan 2 temannya mendatangi lokasi mengendarai Honda CRV warna hitam. Ketika itu, Marisi yang turun dari mobil lantas masuk ke halaman rumah korban. Detik berikutnya, ia mengambil burung gelatik berikut sangkarnya yang tergantung di samping rumah Roni. Tapi sial bagi Marisi. Aksi itu dipergoki si pemilik rumah yang kebetulan telah bangun. Tak pelak, Marisi pun diteriaki maling. Teriakan Roni sontak membuat pelaku panik dan berusaha kabur.

Naas baginya, karena massa keburu ramai, dua temannya yang sebelumnya menunggu di mobil langsung tancap gas meninggalkan lokasi. Marisi yang terkepung pun dihajar puluhan warga, hingga ia tewas di tempat.

Tak lama berselang, personel Polsek Percut Sei Tuan yang dapat kabar langsung memboyong jenazah pelaku yang jadi korban itu ke RS Pirngadi Medan. Dari lokasi, petugas juga menyita burung gelatik dalam sangkat, serta sebilah obeng yang dibawa pelaku sebagai barang bukti.

Roni yang ditemui kru koran ini mengatakan, semula ia curiga mendengar suara burung peliharaannya itu. Yakin ada sesuatu, korban pun memeriksanya. Kala itu, ia melihat pelaku berusaha membawa kabur burung seharga jutaan rupiah itu. “Pertama memang aku sudah lihat ada mobil CRV hitam datang. Tapi aku pikir tak ada apa-apa. Pas dengar suara berisik, aku keluar dan langsung teriak maling karena burung sama sangkarnya sudah mau dibawa. Pas itu juga yang di mobil itu langsung kabur tancap gas,” kenang korban yang telah melaporkan kejadian tersebut sesuai LP/679/III/SPKT PERCUT.

 

SUDAHLAH KAMI SUDAH IKHLAS…

Sementara itu, pihak keluarga pelaku enggan berkomantar banyak seputar kematian Marisi. Rudi Aritonang (38) abang kandung korban mengatakan jika pihaknya tak akan mempermasalahkan kejadian tersebut dan telah ikhlas atas kematian Marisi. Hal tersebut pun tertuang dalam surat pernyataan yang dibuat oleh pihak keluarga pelaku.

“Sudahlah itu, kami sudah ikhlas,” kata abang pelaku yang tak mau berkomentar banyak. Pihak keluarga pun menolak jenazah diotopsi. Beberapa jam di instalasi jenazah RS Pirngadi, akhirnya jasad korban dibawa ke rumah duka Jl. Tangguk Bongkar, sekitar Pasar Tradisional Garuda dimana Marisi biasa bekerja sebagai penjual daging bersama abangnya.

Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan AKP Zulkifli Harahap saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya telah memeriksa beberapa saksi, akan tetapi karena pihak keluarga menolak visum, jasad korban langsung dibawa. “Keluarga sudah buat pernyataan tak akan mempermasalahkan kematian Marisi. Dan mereka pun menolak visum dan langsung membawa jasadnya ke rumah duka,” katanya seraya mengimbau masyarakat tak main hakim sendiri. (wel/deo)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketidakmampuan polisi memberi rasa aman dan nyaman belakangan ini diduga jadi pemicu masyarakat melakukan aksi main hakim sendiri. Selasa (4/3), sekira pukul 04.00 WIB, amarah kalayak ramai ini makan korban jiwa. Kali ini giliran Marisi Aritonang (23), warga Pajak Garuda, Perumnas Mandala yang jadi korban. Ia tewas dihajar warga yang memergokinya mencuri burung gelatik milik Roni Tobing (24), warga Jl. Taud, Kel. Sidorejo, Medan Tembung.

Kasus ini berawal saat korban dan 2 temannya mendatangi lokasi mengendarai Honda CRV warna hitam. Ketika itu, Marisi yang turun dari mobil lantas masuk ke halaman rumah korban. Detik berikutnya, ia mengambil burung gelatik berikut sangkarnya yang tergantung di samping rumah Roni. Tapi sial bagi Marisi. Aksi itu dipergoki si pemilik rumah yang kebetulan telah bangun. Tak pelak, Marisi pun diteriaki maling. Teriakan Roni sontak membuat pelaku panik dan berusaha kabur.

Naas baginya, karena massa keburu ramai, dua temannya yang sebelumnya menunggu di mobil langsung tancap gas meninggalkan lokasi. Marisi yang terkepung pun dihajar puluhan warga, hingga ia tewas di tempat.

Tak lama berselang, personel Polsek Percut Sei Tuan yang dapat kabar langsung memboyong jenazah pelaku yang jadi korban itu ke RS Pirngadi Medan. Dari lokasi, petugas juga menyita burung gelatik dalam sangkat, serta sebilah obeng yang dibawa pelaku sebagai barang bukti.

Roni yang ditemui kru koran ini mengatakan, semula ia curiga mendengar suara burung peliharaannya itu. Yakin ada sesuatu, korban pun memeriksanya. Kala itu, ia melihat pelaku berusaha membawa kabur burung seharga jutaan rupiah itu. “Pertama memang aku sudah lihat ada mobil CRV hitam datang. Tapi aku pikir tak ada apa-apa. Pas dengar suara berisik, aku keluar dan langsung teriak maling karena burung sama sangkarnya sudah mau dibawa. Pas itu juga yang di mobil itu langsung kabur tancap gas,” kenang korban yang telah melaporkan kejadian tersebut sesuai LP/679/III/SPKT PERCUT.

 

SUDAHLAH KAMI SUDAH IKHLAS…

Sementara itu, pihak keluarga pelaku enggan berkomantar banyak seputar kematian Marisi. Rudi Aritonang (38) abang kandung korban mengatakan jika pihaknya tak akan mempermasalahkan kejadian tersebut dan telah ikhlas atas kematian Marisi. Hal tersebut pun tertuang dalam surat pernyataan yang dibuat oleh pihak keluarga pelaku.

“Sudahlah itu, kami sudah ikhlas,” kata abang pelaku yang tak mau berkomentar banyak. Pihak keluarga pun menolak jenazah diotopsi. Beberapa jam di instalasi jenazah RS Pirngadi, akhirnya jasad korban dibawa ke rumah duka Jl. Tangguk Bongkar, sekitar Pasar Tradisional Garuda dimana Marisi biasa bekerja sebagai penjual daging bersama abangnya.

Kanit Reskrim Polsek Percut Sei Tuan AKP Zulkifli Harahap saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya telah memeriksa beberapa saksi, akan tetapi karena pihak keluarga menolak visum, jasad korban langsung dibawa. “Keluarga sudah buat pernyataan tak akan mempermasalahkan kematian Marisi. Dan mereka pun menolak visum dan langsung membawa jasadnya ke rumah duka,” katanya seraya mengimbau masyarakat tak main hakim sendiri. (wel/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/