26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Cewek WNI Dimutilasi Bankir di Hong Kong

Jesse Lorena, Sumarti Ningsih, dan Rurik Jutting
Jesse Lorena, Sumarti Ningsih, dan Rurik Jutting

HONGKONG, SUMUTPOS.CO – Belum lama pasca kabar mutilasi seorang warga negara Indonesia (WNI), Mayang Prasetyo di Australia. Kini kasus tersebut kembali terjadi pada WNI di Hong Kong.

Sumarti Ningsih (25) ditemukan tewas mengenaskan di sebuah apartemen di Distrik Wan Chai. Warga Cilacap Jawa Tengah yang bekerja sebagai PSK itu dimutilasi oleh Rurik Jutting (29), warga negara Inggris yang bekerja sebagai bankir di kawasan otonomi khusus China. Mirisnya, potongan jenazah korban dimasukkan ke dalam koper. Rurik sendiri ditangkap setelah ia menghubungi polisi. Hingga kini, polisi masih menyelidiki motif pembunuhan sadis itu.

Info yang dihimpun dari berbagai sumber, Rurik dikenal sebagai pria yang suka menggelar pesta seks dengan wanita penghibur. Hal ini terungkap atas penemuan 2.000 foto dan rekaman video di telepon selulernya serta mainan seks dan kokain di apartemennya. Beberapa foto memperlihatkan Rurik sedang bersama sejumlah perempuan asal Asia di apartemennya. Dalam sebuah surat elektronik dari akun Bank of America Merrill Lynch, tempat dia bekerja, Rurik menyebut dirinya seorang psikopat sinting.

Rurik sendiri dilaporkan menelepon polisi Sabtu (1/11) dini hari sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Awalnya polisi tiba di apartemennya di lantai 31 dan menemukan salah satu korban, Jesse Lorina (30), pelacur asal Filipina. Saat ditemukan Jesse masih hidup dalam keadaan leher dan bokongnya tersayat pisau. Tapi tak lama berselang Jesse yang kehabisan darah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Delapan jam kemudian saat polisi memeriksa seluruh apartemen, mereka menemukan sebuah koper berisi dua kaki manusia dan badan Sumiarti.

Menurut polisi, dua tangan dan kakinya diikat dan kepalanya hampir putus. Mayat Sumiarti diperkirakan sudah berada dalam koper selama lima hari. Selain menemukan mainan seks dan kokain, polisi juga menyita pisau sepanjang 25 sentimeter diduga dipakai buat membunuh kedua korban. Koran Hong Kong Ming Pao mengatakan pagi itu polisi juga menemukan pelaku sedang meracau (mabuk) saat mereka tiba. Sementara dari rekaman kamera pengawas di apartemen berlantai 40 itu memperlihatkan pelaku dan salah satu korban baru kembali ke apartemen sabtu dini hari.

Sedang penjaga apartemen mengaku, Rurik pernah punya pacar dan tinggal bareng dengan kekasihnya. Tapi tak lama keduanya malah putus. “Dia terlihat normal. Dia termasuk pendiam dan kalem,” katanya. Sementara rekan kerja pelaku mengaku, Rurik tak masuk kantor sejak sepekan lalu. Dia juga dilaporkan mengundurkan diri dari pekerjaannya beberapa hari sebelum berita pembunuhan itu muncul.

Sementara info dari tetangganya di Inggris, Rurik dikenal sebagai sosok penyendiri. Sebelum dia pindah ke Hong Kong Juli lalu, ia tinggal di sebuah apartemen di London saat bekerja di Bank of America Merrill Lynch. Seorang penjaga apartemen di London mengatakan Rurik adalah sosok pria yang tidak ramah dan kurang suka bicara. “Dia seorang lajang penyendiri. Dia tidak suka menyapa orang lain,” katanya.

Hingga berita ini dilansir, Kementerian Luar Negeri sedang berusaha menghubungi keluarga Sumiarti di Cilacap. Sejauh ini, alamat detail keluarga korban belum bisa diungkap. “Kemlu sedang berusaha memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga korban,” kata juru bicara Kemlu Michael Tene di Jakarta, Senin (3/11). Tene menjelaskan, Konsulat Jenderal RI di Hong Kong baru bisa memastikan kewarganegaraan Sumarti pada kepolisian setempat. Kemlu sekaligus membenarkan bahwa korban melanggar hukum imigrasi Hong Kong. Kendati di sana bekerja di pub, dia datang tanpa visa kerja. “Memang salah satu korban, masuk ke Hong Kong menggunakan visa turis, sedang yang satu lagi kita sedang mengkonfirmasikan,” tandasnya.

Informasi itu cukup mengejutkan, pasalnya dari penelusuran Jawa Pos (grup SUMUTPOS.CO), dari data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), perempuan asal Cilacap itu masih terdaftar sebagai Tenaga kerja Indonesia (TKI) di sana. Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa Sumarti sebelumnya memang berkeja sebagai TKI. Namun, ia melarikan diri dari majikannya dan kembali ke tanah air. Usai pulang, ia kembali lagi ke negara bekas pesemakmuran Inggris itu dengan menggunakan visa kunjungan.

Di sana, Sumarti disebut-sebut bekerja sebagai disc jockey (DJ) di sebuah pub. Tak hanya bekerja menjadi DJ, muncul kabar bahwa perempuan asal Jawa tengah itu juga bekerja menjadi PSK. Kasus WNI yang diduga mennjadi PSK di luar negeri bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dalam kasus mutilasi Mayang juga muncul kabar bahwa ia juga merupakan seorang PSK kenamaan di Australia. Terkait dugaan ini sendiri, pihak Kemenlu masih enggan berkomentar. Kemenlu hanya menegaskan bahwa pihaknya telah mencoba menghubungi pihak keluarga korban di Indonesia untuk menyampaikan berita duka ini.

Dalam menangani kasus ini, Pemerintah Indonesia bergerak cepat. Menlu Retno LP Marsudi menyatakan, pihaknya telah mengirimkan tim ke Hong Kong untuk melakukan proses identifikasi kedua korban. “Kita sudah kirim tim ke sana lalu kita akan identifikasi dan ada aplikasi (laporan),”ujar Retno di Kompleks Istana Kepresidenan. Di samping mengirimkan tim, Retno juga telah menginstruksikan KJRI setempat untuk segera berkoordinasi dengan otoritas setempat. Dia pun berjanji akan mengupayakan agar kasus pembunuhan tersebut menjadi prioritas bagi pihak yang berwajib di sana. “Otoritas setempat di sana, sebagai negara memberikan proteksi dan hak-hak hukum warga negara kita, jadi harus kita jaga, harus diperhatikan seoptimal mungkin,” ujarnya. (bbs/deo)

Jesse Lorena, Sumarti Ningsih, dan Rurik Jutting
Jesse Lorena, Sumarti Ningsih, dan Rurik Jutting

HONGKONG, SUMUTPOS.CO – Belum lama pasca kabar mutilasi seorang warga negara Indonesia (WNI), Mayang Prasetyo di Australia. Kini kasus tersebut kembali terjadi pada WNI di Hong Kong.

Sumarti Ningsih (25) ditemukan tewas mengenaskan di sebuah apartemen di Distrik Wan Chai. Warga Cilacap Jawa Tengah yang bekerja sebagai PSK itu dimutilasi oleh Rurik Jutting (29), warga negara Inggris yang bekerja sebagai bankir di kawasan otonomi khusus China. Mirisnya, potongan jenazah korban dimasukkan ke dalam koper. Rurik sendiri ditangkap setelah ia menghubungi polisi. Hingga kini, polisi masih menyelidiki motif pembunuhan sadis itu.

Info yang dihimpun dari berbagai sumber, Rurik dikenal sebagai pria yang suka menggelar pesta seks dengan wanita penghibur. Hal ini terungkap atas penemuan 2.000 foto dan rekaman video di telepon selulernya serta mainan seks dan kokain di apartemennya. Beberapa foto memperlihatkan Rurik sedang bersama sejumlah perempuan asal Asia di apartemennya. Dalam sebuah surat elektronik dari akun Bank of America Merrill Lynch, tempat dia bekerja, Rurik menyebut dirinya seorang psikopat sinting.

Rurik sendiri dilaporkan menelepon polisi Sabtu (1/11) dini hari sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Awalnya polisi tiba di apartemennya di lantai 31 dan menemukan salah satu korban, Jesse Lorina (30), pelacur asal Filipina. Saat ditemukan Jesse masih hidup dalam keadaan leher dan bokongnya tersayat pisau. Tapi tak lama berselang Jesse yang kehabisan darah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Delapan jam kemudian saat polisi memeriksa seluruh apartemen, mereka menemukan sebuah koper berisi dua kaki manusia dan badan Sumiarti.

Menurut polisi, dua tangan dan kakinya diikat dan kepalanya hampir putus. Mayat Sumiarti diperkirakan sudah berada dalam koper selama lima hari. Selain menemukan mainan seks dan kokain, polisi juga menyita pisau sepanjang 25 sentimeter diduga dipakai buat membunuh kedua korban. Koran Hong Kong Ming Pao mengatakan pagi itu polisi juga menemukan pelaku sedang meracau (mabuk) saat mereka tiba. Sementara dari rekaman kamera pengawas di apartemen berlantai 40 itu memperlihatkan pelaku dan salah satu korban baru kembali ke apartemen sabtu dini hari.

Sedang penjaga apartemen mengaku, Rurik pernah punya pacar dan tinggal bareng dengan kekasihnya. Tapi tak lama keduanya malah putus. “Dia terlihat normal. Dia termasuk pendiam dan kalem,” katanya. Sementara rekan kerja pelaku mengaku, Rurik tak masuk kantor sejak sepekan lalu. Dia juga dilaporkan mengundurkan diri dari pekerjaannya beberapa hari sebelum berita pembunuhan itu muncul.

Sementara info dari tetangganya di Inggris, Rurik dikenal sebagai sosok penyendiri. Sebelum dia pindah ke Hong Kong Juli lalu, ia tinggal di sebuah apartemen di London saat bekerja di Bank of America Merrill Lynch. Seorang penjaga apartemen di London mengatakan Rurik adalah sosok pria yang tidak ramah dan kurang suka bicara. “Dia seorang lajang penyendiri. Dia tidak suka menyapa orang lain,” katanya.

Hingga berita ini dilansir, Kementerian Luar Negeri sedang berusaha menghubungi keluarga Sumiarti di Cilacap. Sejauh ini, alamat detail keluarga korban belum bisa diungkap. “Kemlu sedang berusaha memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga korban,” kata juru bicara Kemlu Michael Tene di Jakarta, Senin (3/11). Tene menjelaskan, Konsulat Jenderal RI di Hong Kong baru bisa memastikan kewarganegaraan Sumarti pada kepolisian setempat. Kemlu sekaligus membenarkan bahwa korban melanggar hukum imigrasi Hong Kong. Kendati di sana bekerja di pub, dia datang tanpa visa kerja. “Memang salah satu korban, masuk ke Hong Kong menggunakan visa turis, sedang yang satu lagi kita sedang mengkonfirmasikan,” tandasnya.

Informasi itu cukup mengejutkan, pasalnya dari penelusuran Jawa Pos (grup SUMUTPOS.CO), dari data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), perempuan asal Cilacap itu masih terdaftar sebagai Tenaga kerja Indonesia (TKI) di sana. Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa Sumarti sebelumnya memang berkeja sebagai TKI. Namun, ia melarikan diri dari majikannya dan kembali ke tanah air. Usai pulang, ia kembali lagi ke negara bekas pesemakmuran Inggris itu dengan menggunakan visa kunjungan.

Di sana, Sumarti disebut-sebut bekerja sebagai disc jockey (DJ) di sebuah pub. Tak hanya bekerja menjadi DJ, muncul kabar bahwa perempuan asal Jawa tengah itu juga bekerja menjadi PSK. Kasus WNI yang diduga mennjadi PSK di luar negeri bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dalam kasus mutilasi Mayang juga muncul kabar bahwa ia juga merupakan seorang PSK kenamaan di Australia. Terkait dugaan ini sendiri, pihak Kemenlu masih enggan berkomentar. Kemenlu hanya menegaskan bahwa pihaknya telah mencoba menghubungi pihak keluarga korban di Indonesia untuk menyampaikan berita duka ini.

Dalam menangani kasus ini, Pemerintah Indonesia bergerak cepat. Menlu Retno LP Marsudi menyatakan, pihaknya telah mengirimkan tim ke Hong Kong untuk melakukan proses identifikasi kedua korban. “Kita sudah kirim tim ke sana lalu kita akan identifikasi dan ada aplikasi (laporan),”ujar Retno di Kompleks Istana Kepresidenan. Di samping mengirimkan tim, Retno juga telah menginstruksikan KJRI setempat untuk segera berkoordinasi dengan otoritas setempat. Dia pun berjanji akan mengupayakan agar kasus pembunuhan tersebut menjadi prioritas bagi pihak yang berwajib di sana. “Otoritas setempat di sana, sebagai negara memberikan proteksi dan hak-hak hukum warga negara kita, jadi harus kita jaga, harus diperhatikan seoptimal mungkin,” ujarnya. (bbs/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/