25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Polisi Curigai Putra Kedua Korban

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pelaku dan motif pembunuhan toke lembu M. Syarif hingga kemarin (16/11) masih misteri. Polsek Selesai masih mencari keberadaan Junaidi, putra kedua korban.

Seperti diberitakan sebelumnya, warga sekitar menyebutkan kalau pria berusia 29 tahun tersebut sempat terlihat menemui Syarif pada hari Kamis (13/11), atau dua hari sebelum korban ditemukan tewas di ruang tamu oleh putra bungsunya.

Kapolsek Selesai, AKP Edward Silaban mengatakan, sejauh ini pihaknya masih memeriksa tiga orang saksi-saksi. Untuk memeriksa saksi lainya untuk saat ini belum dilakukan dikarenakan keluarga masih berduka. Pun begitu, mereka juga masih mencari keberadaan Junaidi, yang kini menghilang dan belum diketahui keberadaanya.

“Kita tidak berani menduga-duga terkait kasus ini. Tapi memang gerak gerik dari anak kedua korban masih misteri dan menimbulkan tanda tanya. Makanya kita masih terus mencari keberadaan dari anak korban yang hingga kini misteri,” tegas Edward.

Di rumah duka, keluarga tampak masih berkumpul, termasuk Sudiati (48), istri korban. Hanya saja, Junaidi tidak terlihat di antara mereka.

Saat disinggung tentang keberadaan Junaidi, Sudiati mengaku juga tidak mengetahuinya. “Belum mengetahui kemana dia. Soalnya dia anaknya suka merantau dan nggak tahu mau menghubungi kemana,” ungkapnya.

Sementara itu, warga lainnya menegaskan, Kamis (13/11) lalu Junaidi memang terlihat mengunjungi korban. Namun, warga tidak mengetahui secara pasti tujuan kedatangan tersebut.

“Kami nggak tahu tujuan kedatanganya, karena selama ini dia (Junaidi, red) suka merantau dan jarang pulang. Bahkan, sebelum lebaran, dia sempat menanyakan pekerjaan kepadaku dan kubilang ada teman aku di Pekanbaru,” kenang warga yang rumahnya sekitar 500 meter dari rumah korban.

 

DALAM PROSES CERAI

Terkait kematian suaminya, Sudiati mengaku sama sekali tidak memiliki firasat buruk. Dikatakannya, dia dan Syarif sudah pisah ranjang sejak sebulan terakhir. Mereka bahkan sepakat bercerai dan persidangannya sudah masuk tahap akhir.

“Memang dalam proses cerai kami dan ini sudah sidang terakhir. Tapi, bukannya cerai secara agama. Ternyata, dia sudah meninggal duluan,” kenang Sudianti.

Menurut wanita berkulit putih itu, sejak meninggalkan rumah, dia memilih tinggal bersama keluarganya di Kecamatan Kuala. “Ada sih, niat untuk rujukan dalam persidangan nantinya. Tapi dia keburu sudah dipanggil sang halik,” imbuhnya.

Dikisahkannya, selama hidup bersama, Syarif tergolong suami ringan tangan. Pertengkaran berujung penganiayaan kerap dialami tiap kali korban cemburu. Kecemburuan biasanya dipicu jika dirinya ditegur laki-laki lain, meski tetangga mereka sendiri.

“Almarhum, memang orangnya cemburuan dan ringan tangan. Setiap ada laki-laki yang menegur saya, dia selalu menuduh saya yang tidak-tidak. Dibilangnya lah kalau saya ada main dengan laki-laki lain,” beber Sudianti, sembari menyebutkan kalau itu juga yang membuatnya tidak tahan hidup serumah.

Warga sekitar lingkungan tempat tinggalnya menyebutkan, korban dikenal sebagai orang bertempramen. Bahkan, sebulan lalu korban sempat bertengkar dengan salah seorang keluarganya.

“Sekitar sebulan lalu, korban sempat mengejar seorang keluarganya sembari membawa parang dan bensin. Makanya, sebagian besar keluarganya tidak mau tinggal di rumahnya. Semalam aja, hanya sedikit warga yang melayat,” celoteh beberapa warga.(bam/ras)

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pelaku dan motif pembunuhan toke lembu M. Syarif hingga kemarin (16/11) masih misteri. Polsek Selesai masih mencari keberadaan Junaidi, putra kedua korban.

Seperti diberitakan sebelumnya, warga sekitar menyebutkan kalau pria berusia 29 tahun tersebut sempat terlihat menemui Syarif pada hari Kamis (13/11), atau dua hari sebelum korban ditemukan tewas di ruang tamu oleh putra bungsunya.

Kapolsek Selesai, AKP Edward Silaban mengatakan, sejauh ini pihaknya masih memeriksa tiga orang saksi-saksi. Untuk memeriksa saksi lainya untuk saat ini belum dilakukan dikarenakan keluarga masih berduka. Pun begitu, mereka juga masih mencari keberadaan Junaidi, yang kini menghilang dan belum diketahui keberadaanya.

“Kita tidak berani menduga-duga terkait kasus ini. Tapi memang gerak gerik dari anak kedua korban masih misteri dan menimbulkan tanda tanya. Makanya kita masih terus mencari keberadaan dari anak korban yang hingga kini misteri,” tegas Edward.

Di rumah duka, keluarga tampak masih berkumpul, termasuk Sudiati (48), istri korban. Hanya saja, Junaidi tidak terlihat di antara mereka.

Saat disinggung tentang keberadaan Junaidi, Sudiati mengaku juga tidak mengetahuinya. “Belum mengetahui kemana dia. Soalnya dia anaknya suka merantau dan nggak tahu mau menghubungi kemana,” ungkapnya.

Sementara itu, warga lainnya menegaskan, Kamis (13/11) lalu Junaidi memang terlihat mengunjungi korban. Namun, warga tidak mengetahui secara pasti tujuan kedatangan tersebut.

“Kami nggak tahu tujuan kedatanganya, karena selama ini dia (Junaidi, red) suka merantau dan jarang pulang. Bahkan, sebelum lebaran, dia sempat menanyakan pekerjaan kepadaku dan kubilang ada teman aku di Pekanbaru,” kenang warga yang rumahnya sekitar 500 meter dari rumah korban.

 

DALAM PROSES CERAI

Terkait kematian suaminya, Sudiati mengaku sama sekali tidak memiliki firasat buruk. Dikatakannya, dia dan Syarif sudah pisah ranjang sejak sebulan terakhir. Mereka bahkan sepakat bercerai dan persidangannya sudah masuk tahap akhir.

“Memang dalam proses cerai kami dan ini sudah sidang terakhir. Tapi, bukannya cerai secara agama. Ternyata, dia sudah meninggal duluan,” kenang Sudianti.

Menurut wanita berkulit putih itu, sejak meninggalkan rumah, dia memilih tinggal bersama keluarganya di Kecamatan Kuala. “Ada sih, niat untuk rujukan dalam persidangan nantinya. Tapi dia keburu sudah dipanggil sang halik,” imbuhnya.

Dikisahkannya, selama hidup bersama, Syarif tergolong suami ringan tangan. Pertengkaran berujung penganiayaan kerap dialami tiap kali korban cemburu. Kecemburuan biasanya dipicu jika dirinya ditegur laki-laki lain, meski tetangga mereka sendiri.

“Almarhum, memang orangnya cemburuan dan ringan tangan. Setiap ada laki-laki yang menegur saya, dia selalu menuduh saya yang tidak-tidak. Dibilangnya lah kalau saya ada main dengan laki-laki lain,” beber Sudianti, sembari menyebutkan kalau itu juga yang membuatnya tidak tahan hidup serumah.

Warga sekitar lingkungan tempat tinggalnya menyebutkan, korban dikenal sebagai orang bertempramen. Bahkan, sebulan lalu korban sempat bertengkar dengan salah seorang keluarganya.

“Sekitar sebulan lalu, korban sempat mengejar seorang keluarganya sembari membawa parang dan bensin. Makanya, sebagian besar keluarganya tidak mau tinggal di rumahnya. Semalam aja, hanya sedikit warga yang melayat,” celoteh beberapa warga.(bam/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/