24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Istri yang Dibakar Suami Akhirnya Tewas

Foto: Gatha/PM Foto Winda Patia semasa hidup.
Foto: Gatha/PM
Foto Winda Patia semasa hidup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ajal akhirnya menjemput Winda Patia Darman (26), wanita yang dibakar suaminya Bagus Handoko (28), setelah 9 hari mendapat perawatan di RSU Adam Malik Medan, Senin (19/5) dinihari.

“Winda sudah meninggal, sekarang jenazah dari RSU Adam Malik akan dibawa ke rumah ibunya di Jalan Perumas Mandala, Jalan Kemenyan IV, Kec. Medan Tuntungan,” ujar sepupu Winda, Adi.

Adi yang juga ditemui di rumah duka di Jalan Kemenyan IV, Kec. Medan Tuntungan mengatakan, meninggalnya Winda terbilang mendadak. Pasalnya, malam sebelum kepergianya Winda bersama keluarga besarnya masih sempat bersenda gurau di ruang bedah lantai II, No 5, dimana tempat Winda selama ini dirawat.

“Malamnya saya dan beberapa keluarga sempat bersenda gurau bersama mendiang (Winda),” ujar Adi.

Bahkan, katanya, malam Minggu (19/5), Winda sempat menceritakan kronologis kejadiaan yang menimpa dirinya. Saat itu, Winda berkata kepada kakaknya Yeyen (30). Dalam obrola mereka, Winda mengaku bahwa malam itu mereka tidak ada sedikitpun terlibat cekcok.

Hanya saja, Winda sempat bingung karena suaminya pulang membawa minyak lampu dan tiner. Di situ, dia pun sempat berkata kepada suaminya, “Untuk apa itu, Mas.”

Bagus pun menjawab, “Sudah saying, sudah abang siap kan semuanya.”

Saat itu, pukul 20.00 Wib dia tidur dan pukul 12.00 Wib tiba-tiba bandannya disram tiner dan langsung dibakar oleh suaminya. Terus dia berontak dan berteriak minta tolong kepada warga sekitar. “Di situlah, kami semua keluarga baru mengetahui bahwa kejadiannya seperti itu,” jelas Adi menirukan cerita korban.

Menurutnya, tak lama mereka bercengkarama seraya mendengarkan cerita Winda, Senin (19/5) dinihari pukul 04.00 Wib, tiba-tiba Winda meminta kepada keluarga untuk ke kamar mandi guna membuang air besar. Mendengar itu, keluarga pun langsung memanggil perawat untuk menemaninya ke kamar mandi.

“Ketika buang air besar, adik saya banyak mengeluarkan darah. Sehingga, ia pun harus mendapat bantuan darah sebanyak dua kantung,” katanya.

Masih kata Adi, ketika satu kantung darah selesai ditransfusi oleh tim medis, dilanjutkan kantung kedua, tepatnya sekira pukul 05.00 Wib. Ketika kantung darah kedua itu dimasukan ke dalam tubuh Winda, Tuhan berkata lain. Saat itu, Winda mendadak sesak nafas akibat asap yang terlalu banyak di paru-parunya dan akhirnya meninggal dunia.

“Ngak lama sesak nafas, dia pun tak sadarkan diri. Setelah dicek dokter, nyawa adik saya sudah tak tertolong lagi. Dia sudah meninggalkan kami selama-lamanya,” ungkap Adi.

Mendengar kenyataan itu,jelas saja membuat keluarga besar sangat terpukul. Padahal, beberapa menit sebelum meniggal, ibu Winda, Fatmawati sempat disuruh Winda beristirahat. Mendengar itu, Fatmawati pun memeluk Winda seraya mengatakan perkataan yang sama. Mendapat perlakuan dari sang ibu, di situlah Winda meninggal.

“Saat itu, aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi. Mungkin kalau saat itu aku tidak ditahan keluarga sudah mati juga si pembunuh itu di tanganku ini,” kesalnya.

Selanjutnya, tak mau membuat suasana menjadi semakin memanas, keluarga pun langsung membawa jenzah Winda pulang ke rumah ibunya.

“Sampai di rumah duka, pukul 08.00 Wib. Di antar mobil ambulans RSU Haji Adam Malik Medan,” terangnya.

Keluarga enggan mengotopsi jenasah Winda. Selesai dimandikan jenazah Winda disalatkan di Masjid Al Hijrah, tak jauh dari rumah duka. Selanjutnya, jenazah dimakamkan di pemakaman Islam Bakala Medan Tuntungan.

Isak tanggis pun menyelimuti pemakaman Winda. Ibu Winda, seperti tiada henti-hentinya meneteskan air matanya melihat jenazah anaknya dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Ibu Winda, Fatmawati (50) saat ditemui di rumah duka menangis sejadi-jadinya setelah mengetahui anak itu harus meninggalkannya untuk selama-lamanya.

“Laporkan pembunuh itu, tangkap dia, tangkap pak polisi. Tolong tangkap dia sudah membunuh anakku,” ujar Fatmawati histeris sambil memeluk jasad anaknya.

Sebelumnya, Winda sempat berpesan kepada keluarga bahwa dirinya tak ikhlas jika suaminya Bagus Handoko belum masuk penjara. “Kakak sempat berpesan sama kami, dia belum bisa menerima kenyataan jika suaminya Bagus Handoko belum ditangkap polisi,” ujar wanita berjilbab, saat ditemui di rumah duka.

“Inilah amanah dari dia. Dia akan tenang jika suaminya ditangkap polisi,” jelasnya.

Hal senada juga disamapaikan Adi sepupu Winda, dirinya kembali mengatakan bahwa Winda juga berpesan kepadanya agar dirinya sebagai abang sepupunya membuat laporan ke Polsek Delitua agar suaminya bisa mendapat hukuman yang setimpal.

“Dia berkata samaku Lillahita’ala seumur hidup dia tidak akan ikhlas jika suaminya belum ditangkap. Dia harus merasakan apa yang seperti dirasakannya,” ucap Adi mengulang pesan sepupunya itu.

Kanit Reskrim Polsek Delitua, Iptu Martualesi ketika dikonfirmasi mengaku sangat menyayangkan tindakan keluarga korban yang tidak mau mengotopsi jenazah Winda.

“Di depan semua masyarakat sini, saya sudah berusaha meyakinkan agar jenazah diotopsi. Namun keluarga tidak mau, maka jika nanti ada apa-apa jangan salahkan petugas,” ujar Martualesi.

Martualesi menuturkan kedua orangtua Winda segera melaporkanya ke Polsek Delitua. ” Polisi akan menuggu laporan dari orangtua korban. Kasusnya akan kita proses,” pungkasnya.

 

PARU-PARUNYA LUKA

Seorang perawat di RSU Adam Malik Medan mengatakan, penyebab kematiaan Winda karena paru-parunya luka akibat asap yang mengumpal di dalam dadanya.

“Kalau lukanya sudah tidak begitu parah, asap itu yang mengakibatkan meninggal. Paru-parunya luka karena apa itu,” ujar perawat itu.

Dijelaskannya, luka bakar yang diderita Winda hanya 50 persen. Selain itu, luka bakar yang diderita Winda juga telah kering. Makanya, penyabeb meniggalnya Winda bukan gara-gara luka bakarnya.

“Ketika mau membuang air besar yang keluar adalah darah kotor. Sebab, paru-parunya sudah luka,” ungkapnya.

“Di situlah korban drop dan meniggal,” sambungnya.

 

SEHARI MENJELANG ULANG TAHUN

Kepergiaan Winda sehari menjelang hari kelahirannya 20 Mei 1988 (hari ini). Selain itu, korban tewas tepat sebulan usia pernikahannya 19 April 2014.

“Besok (hari ini) dia berulang tahun. Belum lagi kami memberikan ucapan selamat, dia sudah pergi meningggalakan kami. Cepat kali kau pergi, Nak,” ujar ibu korban, Fatmawati.

Sepupu Winda, Adi menyebut selain hari kelahirannya. Kematiaan Winda juga bertepatan di hari genapanya sebulan hubungan rumah tangga mereka dengan suaminya.

“Tanggal 19 April 2014 mereka menikah, 19 Mei 2014 dia meninggal dunia. Dibunuh di tangan suaminya sendiri secara tragis,” kata Adi.

Dijelaskan Andi, setiap tetes air mata adiknya dan keluarga besarnya. Akan menjadi kebenciaan seumur hidupnya kepada Agus Handoko.

“Kematiaan yang bisa menghapus kebencian ini. Setiap air mata keluargaku. Itu adalah dendamku,” kesalnya.

Ditanya, seperti apa kehidupan rumah tangga Winda dan Bagus, Adi bercerita pernikahan adiknya itu bersama Handoko setelah mereka menjalani hubungan pacaran selama satu tahun. Setelah itu, tepatnya (19/5) mereka sepakat untuk duduk di kursi pelaminan.

“Mereka dulu seperti perangko. Si Bagus kalau ngapel tidak akan pulang kalau tidak disuruh pulang. Tak menyangka bisa kayak gini,” ujarnya.

Ditambahakanya lagi, setelah resepsi pernikahan di rumah orangtua Winda, keduanya memutuskan untuk mengontrak rumah di Jalan Pintu Air IV, Dusun Kwala Bekala, Kompleks Perumahan IDI, Kec. Medan Johor.

“Setelah menikah, kami pun sudah jarang berkomunikasi. Tapi ujung-ujungnya kok kayak gini,” ungkap Adi.

Disinggung, apakah Winda sudah hamil sebelum menikah, Adi hanya menundukan kepalanya dan enggan memberikan komentar.(bar)

Foto: Gatha/PM Foto Winda Patia semasa hidup.
Foto: Gatha/PM
Foto Winda Patia semasa hidup.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ajal akhirnya menjemput Winda Patia Darman (26), wanita yang dibakar suaminya Bagus Handoko (28), setelah 9 hari mendapat perawatan di RSU Adam Malik Medan, Senin (19/5) dinihari.

“Winda sudah meninggal, sekarang jenazah dari RSU Adam Malik akan dibawa ke rumah ibunya di Jalan Perumas Mandala, Jalan Kemenyan IV, Kec. Medan Tuntungan,” ujar sepupu Winda, Adi.

Adi yang juga ditemui di rumah duka di Jalan Kemenyan IV, Kec. Medan Tuntungan mengatakan, meninggalnya Winda terbilang mendadak. Pasalnya, malam sebelum kepergianya Winda bersama keluarga besarnya masih sempat bersenda gurau di ruang bedah lantai II, No 5, dimana tempat Winda selama ini dirawat.

“Malamnya saya dan beberapa keluarga sempat bersenda gurau bersama mendiang (Winda),” ujar Adi.

Bahkan, katanya, malam Minggu (19/5), Winda sempat menceritakan kronologis kejadiaan yang menimpa dirinya. Saat itu, Winda berkata kepada kakaknya Yeyen (30). Dalam obrola mereka, Winda mengaku bahwa malam itu mereka tidak ada sedikitpun terlibat cekcok.

Hanya saja, Winda sempat bingung karena suaminya pulang membawa minyak lampu dan tiner. Di situ, dia pun sempat berkata kepada suaminya, “Untuk apa itu, Mas.”

Bagus pun menjawab, “Sudah saying, sudah abang siap kan semuanya.”

Saat itu, pukul 20.00 Wib dia tidur dan pukul 12.00 Wib tiba-tiba bandannya disram tiner dan langsung dibakar oleh suaminya. Terus dia berontak dan berteriak minta tolong kepada warga sekitar. “Di situlah, kami semua keluarga baru mengetahui bahwa kejadiannya seperti itu,” jelas Adi menirukan cerita korban.

Menurutnya, tak lama mereka bercengkarama seraya mendengarkan cerita Winda, Senin (19/5) dinihari pukul 04.00 Wib, tiba-tiba Winda meminta kepada keluarga untuk ke kamar mandi guna membuang air besar. Mendengar itu, keluarga pun langsung memanggil perawat untuk menemaninya ke kamar mandi.

“Ketika buang air besar, adik saya banyak mengeluarkan darah. Sehingga, ia pun harus mendapat bantuan darah sebanyak dua kantung,” katanya.

Masih kata Adi, ketika satu kantung darah selesai ditransfusi oleh tim medis, dilanjutkan kantung kedua, tepatnya sekira pukul 05.00 Wib. Ketika kantung darah kedua itu dimasukan ke dalam tubuh Winda, Tuhan berkata lain. Saat itu, Winda mendadak sesak nafas akibat asap yang terlalu banyak di paru-parunya dan akhirnya meninggal dunia.

“Ngak lama sesak nafas, dia pun tak sadarkan diri. Setelah dicek dokter, nyawa adik saya sudah tak tertolong lagi. Dia sudah meninggalkan kami selama-lamanya,” ungkap Adi.

Mendengar kenyataan itu,jelas saja membuat keluarga besar sangat terpukul. Padahal, beberapa menit sebelum meniggal, ibu Winda, Fatmawati sempat disuruh Winda beristirahat. Mendengar itu, Fatmawati pun memeluk Winda seraya mengatakan perkataan yang sama. Mendapat perlakuan dari sang ibu, di situlah Winda meninggal.

“Saat itu, aku sudah tidak berpikir apa-apa lagi. Mungkin kalau saat itu aku tidak ditahan keluarga sudah mati juga si pembunuh itu di tanganku ini,” kesalnya.

Selanjutnya, tak mau membuat suasana menjadi semakin memanas, keluarga pun langsung membawa jenzah Winda pulang ke rumah ibunya.

“Sampai di rumah duka, pukul 08.00 Wib. Di antar mobil ambulans RSU Haji Adam Malik Medan,” terangnya.

Keluarga enggan mengotopsi jenasah Winda. Selesai dimandikan jenazah Winda disalatkan di Masjid Al Hijrah, tak jauh dari rumah duka. Selanjutnya, jenazah dimakamkan di pemakaman Islam Bakala Medan Tuntungan.

Isak tanggis pun menyelimuti pemakaman Winda. Ibu Winda, seperti tiada henti-hentinya meneteskan air matanya melihat jenazah anaknya dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Ibu Winda, Fatmawati (50) saat ditemui di rumah duka menangis sejadi-jadinya setelah mengetahui anak itu harus meninggalkannya untuk selama-lamanya.

“Laporkan pembunuh itu, tangkap dia, tangkap pak polisi. Tolong tangkap dia sudah membunuh anakku,” ujar Fatmawati histeris sambil memeluk jasad anaknya.

Sebelumnya, Winda sempat berpesan kepada keluarga bahwa dirinya tak ikhlas jika suaminya Bagus Handoko belum masuk penjara. “Kakak sempat berpesan sama kami, dia belum bisa menerima kenyataan jika suaminya Bagus Handoko belum ditangkap polisi,” ujar wanita berjilbab, saat ditemui di rumah duka.

“Inilah amanah dari dia. Dia akan tenang jika suaminya ditangkap polisi,” jelasnya.

Hal senada juga disamapaikan Adi sepupu Winda, dirinya kembali mengatakan bahwa Winda juga berpesan kepadanya agar dirinya sebagai abang sepupunya membuat laporan ke Polsek Delitua agar suaminya bisa mendapat hukuman yang setimpal.

“Dia berkata samaku Lillahita’ala seumur hidup dia tidak akan ikhlas jika suaminya belum ditangkap. Dia harus merasakan apa yang seperti dirasakannya,” ucap Adi mengulang pesan sepupunya itu.

Kanit Reskrim Polsek Delitua, Iptu Martualesi ketika dikonfirmasi mengaku sangat menyayangkan tindakan keluarga korban yang tidak mau mengotopsi jenazah Winda.

“Di depan semua masyarakat sini, saya sudah berusaha meyakinkan agar jenazah diotopsi. Namun keluarga tidak mau, maka jika nanti ada apa-apa jangan salahkan petugas,” ujar Martualesi.

Martualesi menuturkan kedua orangtua Winda segera melaporkanya ke Polsek Delitua. ” Polisi akan menuggu laporan dari orangtua korban. Kasusnya akan kita proses,” pungkasnya.

 

PARU-PARUNYA LUKA

Seorang perawat di RSU Adam Malik Medan mengatakan, penyebab kematiaan Winda karena paru-parunya luka akibat asap yang mengumpal di dalam dadanya.

“Kalau lukanya sudah tidak begitu parah, asap itu yang mengakibatkan meninggal. Paru-parunya luka karena apa itu,” ujar perawat itu.

Dijelaskannya, luka bakar yang diderita Winda hanya 50 persen. Selain itu, luka bakar yang diderita Winda juga telah kering. Makanya, penyabeb meniggalnya Winda bukan gara-gara luka bakarnya.

“Ketika mau membuang air besar yang keluar adalah darah kotor. Sebab, paru-parunya sudah luka,” ungkapnya.

“Di situlah korban drop dan meniggal,” sambungnya.

 

SEHARI MENJELANG ULANG TAHUN

Kepergiaan Winda sehari menjelang hari kelahirannya 20 Mei 1988 (hari ini). Selain itu, korban tewas tepat sebulan usia pernikahannya 19 April 2014.

“Besok (hari ini) dia berulang tahun. Belum lagi kami memberikan ucapan selamat, dia sudah pergi meningggalakan kami. Cepat kali kau pergi, Nak,” ujar ibu korban, Fatmawati.

Sepupu Winda, Adi menyebut selain hari kelahirannya. Kematiaan Winda juga bertepatan di hari genapanya sebulan hubungan rumah tangga mereka dengan suaminya.

“Tanggal 19 April 2014 mereka menikah, 19 Mei 2014 dia meninggal dunia. Dibunuh di tangan suaminya sendiri secara tragis,” kata Adi.

Dijelaskan Andi, setiap tetes air mata adiknya dan keluarga besarnya. Akan menjadi kebenciaan seumur hidupnya kepada Agus Handoko.

“Kematiaan yang bisa menghapus kebencian ini. Setiap air mata keluargaku. Itu adalah dendamku,” kesalnya.

Ditanya, seperti apa kehidupan rumah tangga Winda dan Bagus, Adi bercerita pernikahan adiknya itu bersama Handoko setelah mereka menjalani hubungan pacaran selama satu tahun. Setelah itu, tepatnya (19/5) mereka sepakat untuk duduk di kursi pelaminan.

“Mereka dulu seperti perangko. Si Bagus kalau ngapel tidak akan pulang kalau tidak disuruh pulang. Tak menyangka bisa kayak gini,” ujarnya.

Ditambahakanya lagi, setelah resepsi pernikahan di rumah orangtua Winda, keduanya memutuskan untuk mengontrak rumah di Jalan Pintu Air IV, Dusun Kwala Bekala, Kompleks Perumahan IDI, Kec. Medan Johor.

“Setelah menikah, kami pun sudah jarang berkomunikasi. Tapi ujung-ujungnya kok kayak gini,” ungkap Adi.

Disinggung, apakah Winda sudah hamil sebelum menikah, Adi hanya menundukan kepalanya dan enggan memberikan komentar.(bar)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/