25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Aktivis Perempuan Eva Bande Dapat Grasi

Foto Steven Pontoh/Luwuk Post/JPNN Eva Susanti H Bande, terpidana kasus penyerangan terhadap PT BHP, saat  dibekuk tim gabungan di bawah pimpinan Kajari Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, M Syarifuddin SH MH, Kamis (15/5) lalu di Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY). Nampak Eva saat tiba di bandara Sukuran Aminudin Amir Jumat (16/05) lalu.
Foto Steven Pontoh/Luwuk Post/JPNN
Eva Susanti H Bande, terpidana kasus penyerangan terhadap PT BHP, saat dibekuk tim gabungan di bawah pimpinan Kajari Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, M Syarifuddin SH MH, Kamis (15/5/2010) lalu di Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY). Nampak Eva saat tiba di bandara Sukuran Aminudin Amir Jumat (16/05/2010).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo memberikan kado istimewa pada aktivis petani, Eva Susanti Bande. Bersamaan dengan puncak peringatan Hari Ibu ke-86 di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta, presiden sekaligus mengumumkan pemberian grasi kepada terpidana 4 tahun atas tuduhan penghasutan kepada para petani di Sulawesi Tengah ketika melakukan unjuk rasa pada 2010 lalu tersebut.

Di depan undangan peringatan Hari Ibu yang hadir, presiden menyatakan, grasi diberikan karena Eva Bande dinilai justru telah memperjuangan hak-hak rakyat. “Saya kira hal-hal seperti inilah yang harus terus kita perjuangkan,” tegas Jokowi.

Pada kesempatan itu, dia juga meminta, agar jangan sampai kasus seperti Eva Bande terulang di kemudian hari. Yaitu, ada aktivis perempuan yang memperjuangkan haknya dan hak rakyat malah justru masuk sel. “Jangan ada lagi hal seperti itu,” tandas presiden.”

Eva Bande pertama ditahan pada 15 Mei 2010 lalu. Dia dianggap menjadi penghasut para petani dalam unjuk rasa di Desa Bumi Harapan, Kecamatan Toili Barat, Banggai, Sulwesi Tengah, yang berujung pembakaran aset PT Kurnia Luwuk Sejati. Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit tersebut milik pengusaha lokal bernama Murad Husain.”

Ketika itu, para petani menilai perusahaan telah mencaplok area hutan Suaka Margasatwa Bangkiriang dan mengubahnya menjadi perkebunan sawit. Selain hutan, perusahaan juga menggusur lahan adat milik masyarakat Tau Taa Wana.

Setelah menjalani persidangan, Eva divonis 4 tahun atau lebih tinggi dari tuntutan jaksa, yaitu 3 tahun 6 bulan. Saat masa persidangan masih berlangsung, yang bersangkutan sempat dibebaskan karena habis masa tahanan selama 4 bulan 25 hari.

Eva Bande sempat mengajukan mengajukan banding namun ditolak. Ia kemudian dieksekusi pada 15 Mei 2014 di Jogjakarta setelah sebulan masuk dalam daftar pencarian orang.

Pasca keluar Keputusan Presiden untuk grasi Eva, yang bersangkutan kini bisa kembali menikmati udara bebas. Kemarin, dia juga termasuk yang turut hadir di acara puncak peringatan hari ibu yang dipimpin langsung presiden.

“Grasi ini keajaiban. Baru pertama kali aktivis petani diberikan grasi setelah sekian lama terus dikriminalisasi,” kata Eva.

Puncak peringatan Hari Ibu relatif berlangsung cair. Saat masih berada di atas panggung, presiden sempat meminta perwakilan perempuan naik ke atas panggung. Permintaan itu khusus ditujukan pada satu hingga tiga ibu yang berasal dari kampung.

Tiga wanita paruh kemudian naik. Presiden mengajukan sejumlah pertanyaan pada mereka. Secara umum berkaitan dengan peran dan metode mereka dalam mendidik anak.

Sementara itu, peringatan hari ibu pada 22 Desember, diperingati gegap gempita di berbagai sektor. Namun ironisnya, Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Ibu Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan anak Kemenkes Anung Sugihantono, salah satu kendala utama lambatnya penurunan AKI dan AKB di Indonesia, adalah rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya saat kehamilan.

“Dari hasil Riskesdas 2010 didapat hanya sekitar 44 persen ibu hamil yang tahu tanda bahaya. Kemudian, penyebab AKI yang paling banyak saat ini adalah saat melahirkan dan nifas, dimana terjadi infeksi, pendarahan, sampai stress. Karena itu, saat ini Kemenkes melakukan kajian tentang stress pasca melahirkan,”papar Anung di kantor Kemenkes, kemarin (22/12).

” Karena itu, Anung memaparkan, Kemenkes bekerjasama dengan beberapa lembaga terkait meluncurkan Kampanye Peduli Kesehatan Ibu pada bulan April 2014 lalu. Dalam kampanye tersebut yang menjadi fokus adalah pendampingan terhadap ibu hamil. Sebab, masih banyak ibu haml yang tidak mengetahui faktor resiko dan bahaya lain yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayinya.

“Kalau hanya mengandalkan tenaga kesehatan saja tidak akan cukup. Banyak ibu hamil yang tidak melakukan konsultasi ke dokter karena berbagai sebab, makanya pendampingan perlu untuk menjaga agar ibu hamil tak kabur dan melalaikan pemeriksaan rutin ke dokter,” paparnya.

Kampanya tersebut dilakukan Kemenkes bersama Yayasan Cinata Anak Bangsa (YCAB), Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan “Merck Sharp and Dohme (MSD). Provinsi Jakarta Barat dan Jakarta Timur ditunjuk sebagai provinsi pertama yang melakukan program. Pendampingan dilakukan oleh sukarelawan yang berasal dari YCAB. 174 Sukarelawan bertugas untuk mendampingi 307 ibu hamil mulai bulan April hingga Desember. Hasilnya, diantaranya jumlah tersebut, ibu meninggal ketika persalinan dan nifas pun mencapai 0 persen. (dyn/ken/jpnn/rbb)

Foto Steven Pontoh/Luwuk Post/JPNN Eva Susanti H Bande, terpidana kasus penyerangan terhadap PT BHP, saat  dibekuk tim gabungan di bawah pimpinan Kajari Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, M Syarifuddin SH MH, Kamis (15/5) lalu di Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY). Nampak Eva saat tiba di bandara Sukuran Aminudin Amir Jumat (16/05) lalu.
Foto Steven Pontoh/Luwuk Post/JPNN
Eva Susanti H Bande, terpidana kasus penyerangan terhadap PT BHP, saat dibekuk tim gabungan di bawah pimpinan Kajari Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, M Syarifuddin SH MH, Kamis (15/5/2010) lalu di Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY). Nampak Eva saat tiba di bandara Sukuran Aminudin Amir Jumat (16/05/2010).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo memberikan kado istimewa pada aktivis petani, Eva Susanti Bande. Bersamaan dengan puncak peringatan Hari Ibu ke-86 di Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta, presiden sekaligus mengumumkan pemberian grasi kepada terpidana 4 tahun atas tuduhan penghasutan kepada para petani di Sulawesi Tengah ketika melakukan unjuk rasa pada 2010 lalu tersebut.

Di depan undangan peringatan Hari Ibu yang hadir, presiden menyatakan, grasi diberikan karena Eva Bande dinilai justru telah memperjuangan hak-hak rakyat. “Saya kira hal-hal seperti inilah yang harus terus kita perjuangkan,” tegas Jokowi.

Pada kesempatan itu, dia juga meminta, agar jangan sampai kasus seperti Eva Bande terulang di kemudian hari. Yaitu, ada aktivis perempuan yang memperjuangkan haknya dan hak rakyat malah justru masuk sel. “Jangan ada lagi hal seperti itu,” tandas presiden.”

Eva Bande pertama ditahan pada 15 Mei 2010 lalu. Dia dianggap menjadi penghasut para petani dalam unjuk rasa di Desa Bumi Harapan, Kecamatan Toili Barat, Banggai, Sulwesi Tengah, yang berujung pembakaran aset PT Kurnia Luwuk Sejati. Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit tersebut milik pengusaha lokal bernama Murad Husain.”

Ketika itu, para petani menilai perusahaan telah mencaplok area hutan Suaka Margasatwa Bangkiriang dan mengubahnya menjadi perkebunan sawit. Selain hutan, perusahaan juga menggusur lahan adat milik masyarakat Tau Taa Wana.

Setelah menjalani persidangan, Eva divonis 4 tahun atau lebih tinggi dari tuntutan jaksa, yaitu 3 tahun 6 bulan. Saat masa persidangan masih berlangsung, yang bersangkutan sempat dibebaskan karena habis masa tahanan selama 4 bulan 25 hari.

Eva Bande sempat mengajukan mengajukan banding namun ditolak. Ia kemudian dieksekusi pada 15 Mei 2014 di Jogjakarta setelah sebulan masuk dalam daftar pencarian orang.

Pasca keluar Keputusan Presiden untuk grasi Eva, yang bersangkutan kini bisa kembali menikmati udara bebas. Kemarin, dia juga termasuk yang turut hadir di acara puncak peringatan hari ibu yang dipimpin langsung presiden.

“Grasi ini keajaiban. Baru pertama kali aktivis petani diberikan grasi setelah sekian lama terus dikriminalisasi,” kata Eva.

Puncak peringatan Hari Ibu relatif berlangsung cair. Saat masih berada di atas panggung, presiden sempat meminta perwakilan perempuan naik ke atas panggung. Permintaan itu khusus ditujukan pada satu hingga tiga ibu yang berasal dari kampung.

Tiga wanita paruh kemudian naik. Presiden mengajukan sejumlah pertanyaan pada mereka. Secara umum berkaitan dengan peran dan metode mereka dalam mendidik anak.

Sementara itu, peringatan hari ibu pada 22 Desember, diperingati gegap gempita di berbagai sektor. Namun ironisnya, Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Ibu Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dan AKB mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan anak Kemenkes Anung Sugihantono, salah satu kendala utama lambatnya penurunan AKI dan AKB di Indonesia, adalah rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya saat kehamilan.

“Dari hasil Riskesdas 2010 didapat hanya sekitar 44 persen ibu hamil yang tahu tanda bahaya. Kemudian, penyebab AKI yang paling banyak saat ini adalah saat melahirkan dan nifas, dimana terjadi infeksi, pendarahan, sampai stress. Karena itu, saat ini Kemenkes melakukan kajian tentang stress pasca melahirkan,”papar Anung di kantor Kemenkes, kemarin (22/12).

” Karena itu, Anung memaparkan, Kemenkes bekerjasama dengan beberapa lembaga terkait meluncurkan Kampanye Peduli Kesehatan Ibu pada bulan April 2014 lalu. Dalam kampanye tersebut yang menjadi fokus adalah pendampingan terhadap ibu hamil. Sebab, masih banyak ibu haml yang tidak mengetahui faktor resiko dan bahaya lain yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayinya.

“Kalau hanya mengandalkan tenaga kesehatan saja tidak akan cukup. Banyak ibu hamil yang tidak melakukan konsultasi ke dokter karena berbagai sebab, makanya pendampingan perlu untuk menjaga agar ibu hamil tak kabur dan melalaikan pemeriksaan rutin ke dokter,” paparnya.

Kampanya tersebut dilakukan Kemenkes bersama Yayasan Cinata Anak Bangsa (YCAB), Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan “Merck Sharp and Dohme (MSD). Provinsi Jakarta Barat dan Jakarta Timur ditunjuk sebagai provinsi pertama yang melakukan program. Pendampingan dilakukan oleh sukarelawan yang berasal dari YCAB. 174 Sukarelawan bertugas untuk mendampingi 307 ibu hamil mulai bulan April hingga Desember. Hasilnya, diantaranya jumlah tersebut, ibu meninggal ketika persalinan dan nifas pun mencapai 0 persen. (dyn/ken/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/