25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Misterius, Penyebab Kematian Pembantu

Foto: radar bandung/jpnn MAYAT: Beberapa petugas mengangkat kantung jenazah yang berisi mayat anggota keluarga Letkol Rudi Martiandi di Bandung.
Foto: radar bandung/jpnn
MAYAT: Beberapa petugas mengangkat kantung jenazah yang berisi mayat anggota keluarga Letkol Rudi Martiandi di Bandung.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Polisi belum mengungkapkan titik terang misteri tewasnya dua anak perwira di rumah kompleks tentara di Bandung, Jawa Barat. Aparat setempat masih menunggu hasil pemeriksaan darah di Laboratorium Forensik Mabes Polri.

Wakapolda Jabar Brigjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengatakan, penyelidik saat ini masih mengusut kasus dugaan pembunuhan tersebut. “Dugaan kami memang terjadi pembunuhan,” ujarnya di Bandung Senin (23/6).

Rycko menyatakan, penyelidikan memerlukan waktu. “Secara ilmiah, ini untuk mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi di dalam. Seperti memeriksa TKP, sidik jari, puntung rokok, dan linggis yang ada darahnya. Nantinya akan menjadi satu kesimpulan siapa yang bertanggung jawab secara pidana mengenai kejadian ini,” katanya.

Seperti diwartakan, R. Mahesa Praja Pratama, 17, R. Aura, 13, putra dan putri Kasiop Korem 074/Kwarastratama, Surakarta, Jawa Tengah Letkol Inf R. Rudi Martiandi D., ditemukan tewas pada Minggu (22/6) dengan tubuh penuh bekas penganiayaan di rumah kompleks militer Jalan Gudang Utara Nomor 18, Kota Bandung. Sebelum pindah tugas ke Solo, Rudi bertugas di Bandung.

Radar Bandung (Jawa Pos Group) melaporkan, Praja dan Aura tinggal di Bandung bersama Acim, pembantu rumah tangga. Pria itu juga ditemukan tewas dengan tali di leher.

Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Mashudi mengatakan, hasil laboratorium baru diketahui dalam dua hingga tiga hari mendatang. Ada dugaan Acim tewas bunuh diri karena sama sekali tidak ada bekas penganiayaan kecuali tali yang menjerat di leher. Namun, Mashudi enggan berspekulasi terhadap penyebab kematian pembantu rumah tangga yang oleh Praja dan Aura dipanggil om tersebut.

“Kalau kami bertindak berdasarkan asas praduga tak bersalah meski gambarannya seperti itu. Itu nanti dokter yang menentukan apa dia bunuh diri atau mati digantung,” katanya.

Novi, 16, teman Praja, sempat berkumpul bersama Praja dan teman-teman lain semasa SD. “Kita habis reunian kecil-kecilan gitu. Kita keliling dan cari makan saja. Aku ikut jemput Praja ke rumahnya. Aku sempat masuk, sempat lihat Aura (adik Praja) dan Om Acim. Kita pulang jam 21.30-an,” kata Novi sambil tersedu-sedu.

Nisa, 16, juga teman SD Praja, mengatakan, setelah pulang ke rumah masing-masing sekitar pukul 21.30, dalam percakapan di media sosial Line, Praja mengungkapkan keinginannya untuk kembali bermain bersama teman-temannya. “Katanya kangen, pengin kumpul lagi. Dia kasih stiker Line yang kesel gitu. Terus, dia menghilang. Kita kira ya udah tidur. Tapi, jam 02.51, Praja muncul lagi. Tapi cuma kasih stiker layang-layang terbang gitu,” katanya. (bal/JPNN/c1/sof)

Foto: radar bandung/jpnn MAYAT: Beberapa petugas mengangkat kantung jenazah yang berisi mayat anggota keluarga Letkol Rudi Martiandi di Bandung.
Foto: radar bandung/jpnn
MAYAT: Beberapa petugas mengangkat kantung jenazah yang berisi mayat anggota keluarga Letkol Rudi Martiandi di Bandung.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Polisi belum mengungkapkan titik terang misteri tewasnya dua anak perwira di rumah kompleks tentara di Bandung, Jawa Barat. Aparat setempat masih menunggu hasil pemeriksaan darah di Laboratorium Forensik Mabes Polri.

Wakapolda Jabar Brigjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengatakan, penyelidik saat ini masih mengusut kasus dugaan pembunuhan tersebut. “Dugaan kami memang terjadi pembunuhan,” ujarnya di Bandung Senin (23/6).

Rycko menyatakan, penyelidikan memerlukan waktu. “Secara ilmiah, ini untuk mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi di dalam. Seperti memeriksa TKP, sidik jari, puntung rokok, dan linggis yang ada darahnya. Nantinya akan menjadi satu kesimpulan siapa yang bertanggung jawab secara pidana mengenai kejadian ini,” katanya.

Seperti diwartakan, R. Mahesa Praja Pratama, 17, R. Aura, 13, putra dan putri Kasiop Korem 074/Kwarastratama, Surakarta, Jawa Tengah Letkol Inf R. Rudi Martiandi D., ditemukan tewas pada Minggu (22/6) dengan tubuh penuh bekas penganiayaan di rumah kompleks militer Jalan Gudang Utara Nomor 18, Kota Bandung. Sebelum pindah tugas ke Solo, Rudi bertugas di Bandung.

Radar Bandung (Jawa Pos Group) melaporkan, Praja dan Aura tinggal di Bandung bersama Acim, pembantu rumah tangga. Pria itu juga ditemukan tewas dengan tali di leher.

Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Mashudi mengatakan, hasil laboratorium baru diketahui dalam dua hingga tiga hari mendatang. Ada dugaan Acim tewas bunuh diri karena sama sekali tidak ada bekas penganiayaan kecuali tali yang menjerat di leher. Namun, Mashudi enggan berspekulasi terhadap penyebab kematian pembantu rumah tangga yang oleh Praja dan Aura dipanggil om tersebut.

“Kalau kami bertindak berdasarkan asas praduga tak bersalah meski gambarannya seperti itu. Itu nanti dokter yang menentukan apa dia bunuh diri atau mati digantung,” katanya.

Novi, 16, teman Praja, sempat berkumpul bersama Praja dan teman-teman lain semasa SD. “Kita habis reunian kecil-kecilan gitu. Kita keliling dan cari makan saja. Aku ikut jemput Praja ke rumahnya. Aku sempat masuk, sempat lihat Aura (adik Praja) dan Om Acim. Kita pulang jam 21.30-an,” kata Novi sambil tersedu-sedu.

Nisa, 16, juga teman SD Praja, mengatakan, setelah pulang ke rumah masing-masing sekitar pukul 21.30, dalam percakapan di media sosial Line, Praja mengungkapkan keinginannya untuk kembali bermain bersama teman-temannya. “Katanya kangen, pengin kumpul lagi. Dia kasih stiker Line yang kesel gitu. Terus, dia menghilang. Kita kira ya udah tidur. Tapi, jam 02.51, Praja muncul lagi. Tapi cuma kasih stiker layang-layang terbang gitu,” katanya. (bal/JPNN/c1/sof)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/