BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Hingga kini bayi yang diculik wanita nyamar sebagai dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung belum juga ditemukan. Lasmaria Boru Manulang (24), ibu bayi, memilih menginap di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bangun. Dia mau pulang ke rumah kalau anaknya sudah kembali dalam pangkuan.
Hal tersebut diungkapkan Toni Manurung (26), suami Lasmaria, saat ditemui di Mapolrestabes Bandung, Kamis (27/3). “Saya tadi tanya, istri saya jawab sebelum anak kembali, mau bertahan di sini (RSHS),” ucap Toni menirukan pernyataan istrinya.
Menurut Toni, dokter RSHS sudah memeriksa kondisi terakhir istrinya tersebut. Hasilnya, Lasmaria sehat dan diizinkan bisa pulang ke rumah. Lasmaria yang semula berada di Ruang Alamanda, saat ini sudah pindah ruangan. “Istri sekarang di ruangan khusus,” kata Toni sambil menambahkan pihak RSHS tidak membebani biaya.
Toni Manurung, ayah kandung bayi yang diculik wanita yang menyamar dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin, berharap besar anak keduanya bisa ditemukan dalam waktu dekat. Ia mengaku belum memikirkan kemungkinan menuntut pihak rumah sakit plat merah itu.
“Saya kepingin anak saya secepatnya ketemu. Belum kepikiran langkah hukum (atas RS Hasan Sadikin) kalau anak saya tak ketemu. Saya masih ingin konsentrasi mencari,” ujar sopir angkutan kota berusia 26 tahun itu di RS Hasan Sadikin. Toni juga tak menetapkan batas waktu pencarian.
Guna melacak identitas pelaku yang berpenampilan mirip dokter saat beraksi, polisi memeriksa data kendaraan yang keluar parkir RSHS sewaktu kejadian, tepatnya Selasa 25 Maret 2014 lalu.
“Kami sudah meminta print out data kendaraan. Terutama kendaaraan yang keluar gedung RSHS saat penculikan terjadi,” ucap Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Mashudi, saat ditemui wartawan, Kamis (27/3).
Polisi menyelisik histori kendaraan yang keluar parkir RSHS pada pukul 19.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Durasi waktu tersebut dibidik lantaran ‘dokter’ penculik seorang bayi perempuan itu beraksi pukul 19.30 WIB, Selasa (25/3) lalu.
Menurut Mashudi, ada dua mobil yang tercatat keluar parkir dalam rentang waktu pukul 19.00 WIB-20.00 WIB. “Satu mobil pelat B (Jakarta), satu lagi pelat D (Bandung). Mobil pelat D itu warga Kiaracondong Bandung. Anggota sempat anggota mendatanginya. Tapi memang orang itu menemui kerabatnya yang sakit,” tuturnya.
“Nah, kalau yang pelat B itu, kami lagi mengejar. Untuk mengetahui siapa pemilik mobilnya, kami berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya,” ujar Mashudi menambahkan.
Selain identitas mobil, sambung dia, pihaknya juga menyelidiki sepeda motor yang meninggalkan RSHS melalui pos pembayaran parkir. “Hasilnya sore ini untuk data print out sepeda motor,” kata Mashudi.
Mashudi mengatakan, ada kecurigaan aksi penculikan tersebut dilakukan secara berkelompok. Artinya, bukan tidak mungkin ada sindikat penculikan bayi yang berkeliaran di Kota Bandung.
“Saya yakin aksinya berkelompok,” kata Mashudi.
Lebih lanjut Mashudi menambahkan, kuat dugaan aksi tersebut dilakukan oleh dua orang lebih. “Pelaku (berpakaian dokter) yang menculik bayi itu tidak sendirian. Sebab itu (penculikan) bisa saja dilakukan dua hingga tiga orang lebih,” tegasnya.
Untuk mempercepat pemecahan kasus tersebut, Mashudi mengaku telah membentuk tim khusus untuk memburu pelaku. Menurutnya, tim khusus tersebut melibatkan tim TI untuk memperjelas identitas penculik yang sempat tertangkap kamera CCTV.
“Hingga kini identitas pelaku belum diketahui. Masih kami telusuri,” tegasnya.
Rencananya polisi siap menyebar sketsa wajah si penculik. “Hari ini sketsa wajah (pelaku) selesai. Nanti akan kita sebarkan sketsa itu kepada masyarakat,” kata Mashudi.
Mashudi menjelaskan, sketsa wajah pelaku itu ciri-cirinya diperoleh dari hasil rekaman kamera CCTV yang terpasang di RSHS dan berdasarkan keterangan saksi. Upaya menyebarkan sketsa wajah ini guna mempermudah mengenali identitas pelaku.
Hasil penyelidikan sementara, belum ada titik terang soal pelaku dan keberadaan bayi. Namun begitu, Mashudi berupaya mengerahkan tim khusus untuk mengusut tuntas kasus penculikan ini.
“Tim sedang bekerja menyelidiki. Doakan pelaku segera ditangkap dan bayi bisa kembali ke orang tuanya,” ujar Mashudi.
Direktur Utama RS Hasan Sadikin Bandung, Bayu Wahyudi mengatakan, sejak diculik kesehatan si bayi kini terancam. “Bayi bisa mengalami hipotermi akibat suhu dingin lingkungan yang bisa menyebabkan kematian. Bayi bisa infeksi akibat terkontaminasi udara. Sakit karena asupan gizi minim. Tak ada ASI dan diberi susu yang tak sesuai,” ujar Bayu.
Sekadar mengiungatkan, bayi perempuan yang baru lahir di ruangan Alamanda Kelas III atau ruangan 17 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, anak kedua pasangan Toni Manurung-Lasmaria Manulang diculik Selasa (25/3) malam. Penculiknya seorang perempuan berseragam layaknya dokter.
Saat itu pelaku menawarkan jasa menjaga si bayi. Mengira pelaku ini dokter, orang tuanya mempercayakan si bayi kepada pelaku, sementara dia (Toni) membantu istrinya ke kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, mereka mendapati bayi dan pelaku sudah menghilang.
KASUS KEDUA
Kasus penculikan bayi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) bukan kali pertama. Kejadian serupa pernah terjadi puluhan tahun silam.
“Waktu 30 tahun lalu atau (tahun) 84 pernah terjadi,” ucap Direktur Utama RSHS Bandung Bayu Wahyudi, saat konferensi pers di RSHS, Jalan Pasteur, Rabu (26/3).
Ditanya bagaimana nasib bayi yang diculik 30 tahun lalu itu, manajemen RSHS era kini mengaku belum memantau lagi. “Saya waktu itu belum di sini (RSHS),” kata Bayu singkat.
Untuk mencegah peristiwa yang sama terulang lagi, Bayu menyatakan sistem pengawasan akan diupdate lagi. “Kami harapkan kejadian (penculikan bayi) ini tidak terulang lagi. Maka itu sistem pengawasan yang ada saat ini harus selalu diuapdate,” kata Bayu.
Ia menyebutkan sistem internal sekuriti di RSHS sudah sesuai prosedur. Pihaknya melibatkan sejumlah satpam dan memasang kamera CCTV. “Direksi dan seluruh staf RSHS sangat menyesalkan kejadian ini terjadi di tengah-tengah pengamanan yang sudah ketat,” tutur Bayu.
Direktur Umum dan Operasional RSHS Bandung Edi Sampurno. mengungkapkan hal senada. “Sekuriti perlu dievaluasi,” ucap Edi di tempat sama.
Kejadian serupa pernah terjadi pada tanggal 15 September 2012 di RSUD Banjar, Kabupaten Ciamis. Bayi yang diculik berumur enam hari, anak dari Oom Komariah dan Andang Rustandi, warga Cibentang, Kota Banjar. Saat itu, bayi diculik oleh pelaku yang menggunakan baju perawat dan mengambil bayi usai disusui ibunya. Si penculik mengambil bayi dengan alasan melakukan pemeriksaan HB.
Tiga hari kemudian, jajaran Kepolisan Resor Kota Banjar berhasil mengungkap kasus penculikan bayi tersebut. Pelaku diketahui sepasang suami-istri yakni Dede Wati (28), dan Yosy Arifin (33), warga Dusun Karangsari RT09/03, Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Keduanya ditangkap di Dusun Bubutaran RT09/03, Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis.
Masih di hari yang sama pada 15 September 2012, penculikan bayi juga terjadi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Zachroh di Bekasi Jawa Barat. Bayi laki-laki pertama bernama Cello Aditya dari pasangan Sifa Masyatul Khoirot dan Jaja Nurdiansyah diculik oleh seseorang yang mengaku sebagai suster rumah sakit.
Pada akhir September 2012 Polres Bekasi menemukan seorang bayi laki-laki di dalam kardus di Cikarang Utara. Pasangan Jaja-Syfah dipercaya untuk merawat bayi tersebut dan diyakini sebagai anaknya. Namun hasil tes DNA menunjukkan bayi yang polisi namai Muhammad Jalil itu bukan bukan anak kandung Jaja-Syfah. (net/bbs)