SUMUTPOS.CO – Tidak hanya tampil fashionable dengan busana hijab. Penyanyi dan artis Dewi Sandra ternyata mendalami ilmu agama. Buktinya, di tengah kesibukannya sebagai pekerja seni. Ia masih meluangkan waktu untuk belajar kita suci Alqur’an dan sejarah Islam. ”Saya belajar basic, iqra, tafsir dan mengkaji secara total,” ujar Dewi Sandra di Indonesia Fashion Week (IFW), Jakarta Convention Center (IFW), Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/2).
Diyakini pemain film 99 Cahaya di Langit Eropa itu belajar memang tidak mengenal usia. Selama ia memiliki niatan untuk belajar, kapanpun itu bisa diwujudkan, salah satunya agama.
Bahkan untuk memahami pendidikan tersebut, khususnya kitab suci Alqur’an, ia mendatangkan guru privat untuk mendidiknya membaca satu demi satu huruf Arab tersebut. ”Iya, saya perlu guru untuk belajar itu,” kata Dewi.
Tidak hanya tergantung pada guru privat, perempuan kelahiran Rio de Jeneiro, 3 April 1980 ini pun belajar pada suaminya, Agus Rachman. ”Suami salah satu teman yang ajarin saya. Dia bantu lafaz. Karena guru ngaji saya, temannya mas Agus juga,” papar perempuan yang memiliki nama lengkap Dewi Sandra Killick itu.
Seakan haus akan dunia Islam. Beragam bacaan akan sejarah Islam dan nabi menjadi makanan sehari-harinya. Tidak hanya di rumah, saat menunggu syuting pun ia selalu membawa buku tersebut. ”Sekarang saya hobi baca buku. Saya lebih baca buku tentang sejarah nabi-nabi. Soal perjalanan Islam,” jelas pelantun tembang Tak Ingin Lagi itu.
Dengan semakin banyak memahami akan nilai-nilai Islam baik itu lewat tafsir Alqur’an maupun buku sejarah, mantan suami Gleen Fredly meyakini mendapat pelajaran banyak akan menjadi perempuan muslim seutuhnya, baik itu cara berbusana atau bersikap. ”Hampir 1.400 tahun sejak diturunkan ayat bahwa wanita harus menutup auratnya sampai saat ini, alhamdulillah semakin banyak yang sadar pentingnya berhijab,” katanya.
Sebab, di tengah aktivitasnya sebagai seorang pekerja seni, dia meyakini setiap godaan itu selalu ada. Tidak hanya lingkungan, tapi dari dirinya sendiri. ”Godaan terbesar untuk manusia adalah diri sendiri. Kadang-kadang kita justru lupa menyadari siapa diri kita, apa tujuan kita di muka bumi. Tujuan kita ibadah, kita juga harus melawan kedzaliman karena lingkungan, informasi beda. Ini PR (pekerjaan rumahy) semua manusia. Kita harus keluar dari zona nyaman,” tegasnya.(ash)