SUMUTPOS.CO – Banyak pelajaran berharga yang dipetik Acha Septriasa saat membintangi film 99 Cahaya di Langit Eropa. Di antaranya, dia bisa melihat secara langsung peninggalan kebudayaan Islam yang tersebar di Eropa. Salah satu kenangan yang tak terlupakan dirasakan Acha saat mengunjungi dua bangunan yang dulu pernah dijadikan masjid.
Yang pertama adalah The Mezquita, yang sekarang menjadi gereja katedral di Cordoba, dan Hagia Sophia di Turki, yang sekarang menjadi sebuah museum. Acha merasakan hal berbeda saat memasuki dua tempat itu. Di Mezquita dia melihat banyak kaligrafi di langit-langit bangunan yang sudah rontok atau sengaja dirontokkan. Dia merasa tidak terlalu nyaman. Sebaliknya, Acha merasakan hal berbeda di Hagia Sophia. Dia merasa lebih nyaman dan tenang.
Meski Hagia Sophia dulu adalah sebuah gereja, simbol-simbol kristiani sama sekali tidak dihapuskan dari interior bangunan. Salah satunya adalah gambar Bunda Maria dan putranya di salah satu sudut langit-langit. Bahkan, beberapa sengaja diletakkan berdampingan dengan lafaz Allah dan Muhammad.
“Saya melihat bahwa Islam itu penuh kasih sayang. Buktinya ada di Hagia Sophia. Di mana raja yang saat itu berkuasa, meskipun seorang muslim, tidak lantas menyuruh orang untuk menyingkirkan ikon-ikon Kristen di masjid tersebut. Seharusnya semua manusia bisa seperti itu,” tuturnya. (yas/c9/ca)
SUMUTPOS.CO – Banyak pelajaran berharga yang dipetik Acha Septriasa saat membintangi film 99 Cahaya di Langit Eropa. Di antaranya, dia bisa melihat secara langsung peninggalan kebudayaan Islam yang tersebar di Eropa. Salah satu kenangan yang tak terlupakan dirasakan Acha saat mengunjungi dua bangunan yang dulu pernah dijadikan masjid.
Yang pertama adalah The Mezquita, yang sekarang menjadi gereja katedral di Cordoba, dan Hagia Sophia di Turki, yang sekarang menjadi sebuah museum. Acha merasakan hal berbeda saat memasuki dua tempat itu. Di Mezquita dia melihat banyak kaligrafi di langit-langit bangunan yang sudah rontok atau sengaja dirontokkan. Dia merasa tidak terlalu nyaman. Sebaliknya, Acha merasakan hal berbeda di Hagia Sophia. Dia merasa lebih nyaman dan tenang.
Meski Hagia Sophia dulu adalah sebuah gereja, simbol-simbol kristiani sama sekali tidak dihapuskan dari interior bangunan. Salah satunya adalah gambar Bunda Maria dan putranya di salah satu sudut langit-langit. Bahkan, beberapa sengaja diletakkan berdampingan dengan lafaz Allah dan Muhammad.
“Saya melihat bahwa Islam itu penuh kasih sayang. Buktinya ada di Hagia Sophia. Di mana raja yang saat itu berkuasa, meskipun seorang muslim, tidak lantas menyuruh orang untuk menyingkirkan ikon-ikon Kristen di masjid tersebut. Seharusnya semua manusia bisa seperti itu,” tuturnya. (yas/c9/ca)