25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Franda Kesampaian Main Film Jadi Xixi, Wajib Belajar Mandarin

Perempuan keturunan Tionghoa yang satu ini sudah lama mendambakan main film. Sekarang sosok cantik bernama Maria Estefania Efranda Stefanus tersebut bisa tersenyum puas. Sebab, namanya telah ada di credit title sebuah judul film.

FRANDA, nama beken perempuan itu, Kamis malam (5/1) begitu ceria saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Dia yang tampil kasual dengan tank top ditutupi kardigan asyik foto-foto dengan beberapa temannya. Sesekali dia berpindah ke backdrop yang dibuat khusus untuk premiere filmnya, yaitu Xia Aimei. Itu memang film pertama Franda sehingga sangat berarti baginya. “Ini pengalaman pertama yang menyenangkan,” katanya.

Franda di film tersebut menjadi tokoh utama. Namanya Xia Aimei, seorang perempuan lugu asal Tiongkok. Dia terjebak dalam human trafficking.

Sampai akhirnya, dia harus menjadi perempuan penghibur di sebuah kelab mewah Jakarta. Karena itu, dia harus banyak berbicara dalam bahasa Mandarin di film tersebut. Padahal, Franda tidak bisa berbahasa Mandarin.

“Saya nggak bisa bahasa Mandarin, kemudian diharuskan untuk ngomong. Tokoh Xixi ini cuma bisa bahasa Mandarin dan bahasa Inggrisnya terbata-bata. Dan, bahasa Inggrisnya itu harus dilafalin kayak orang Tiongkok,” terang alumnus London School itu. Masalah tersebut yang menjadi kesulitannya. Sebab, meski keturunan Tionghoa, Franda tidak menguasai bahasanya. Hanya mamanya yang bisa berbahasa Mandarin.

“Tapi, itu juga nggak jago. Kan nggak dipakai sehari-hari. Cuma, masalahnya, Mama ada di Malang.

Jadi, ya sudah, ngebut belajar bahasa sama pelatih,” lanjutnya.

Memang, dia tidak buta sama sekali. Paling tidak dia pernah mendengarnya. Cuma, yang jadi masalah adalah nada.

“Pelafalannya gampang. Tapi, kalau salah nada, itu bisa salah arti,” ungkap presenter beberapa acara di televisi tersebut. Saat pengambilan gambar, dia sering melakukan kesalahan. Adegan Franda yang banyak menggunakan bahasa Mandarin total empat scene.

Kalau pelatihnya merasa ucapan Franda kurang sempurna, dia diminta mengulang lagi. “Pelatih bahasa benar-benar mendengarkan nada yang saya ucapkan. Begitu salah, ulang. Salah, ulang lagi,” katanya.

Selain itu, karena ini kali pertama main film, dia merasa deg-degan. Lawan mainnya cukup senior. Ada Ferry Salim dan Olga Lydia. “Degdegan sendiri. Apa ya, di sini saya benar-benar ngeraba banget. Akting juga nggak pernah belajar. Semua serbaotodidak. Semua pelajaran soal film saya dapatkan di lokasi syuting,” tuturnya.

Franda memulai karir di dunia hiburan saat mengikuti ajang MTV VJ Hunt 2007. Dia berhasil melaju sampai final. Memang bukan dia pemenangnya. Tetapi, dari situ pintu kesempatan ke dunia hiburan terbuka. Lantas, dia mulai menjadi presenter. Hingga sekarang, dia lebih dikenal sebagai presenter. “Padahal, sebenarnya dari awal masuk dunia hiburan sudah pengin main film,” ujarnya.

Sebetulnya, tawaran akting beberapa kali datang. Cuma, dia memilih yang pas. “Film ini yang saya pilih. Bukan karena ceritanya oriental banget ya, cuma memang menurut saya bagus,” katanya. (jan/c6/ayi)

Franda Senang Bisa Menangis

SEKALI bermain film, ternyata Franda ketagihan. Dia sangat enjoy berakting. Setelah ini, kalau ada tawaran cerita layar lebar yang menurut dia menarik, Franda pasti mau. Yang paling membuatnya terkesan adalah saat mendapat adegan menangis. Ketika berhasil menangis tersedu-sedu, dia puas. “Iya, pas bisa nangis yang benarbenar menangis, itu senangnyaaaaa,” ucapnya.

Selama ini Franda berakting sebatas di klip video. Dia juga belum pernah bermain sinetron atau FTV. “Saya pengen nyobain lagi. Ini kali pertama. Pasti banyak kekurangan. Saya pengen banget memperbaiki kekurangan di film-film selanjutnya,” katanya.

Keluarga pun mendukung niat Franda. Bahkan, saat melakoni syuting, mamanya datang ke Jakarta. Kedatangannya itu merupakan dukungan buat Franda. “Mama datang ke Jakarta. Dia yang tahu kayak apa anaknya kalau kerja.

Syuting mulai jam 10 pagi, pulang jam 4 pagi atau jam 6 pagi,” ceritanya. Belum lagi, saat itu dia memiliki program acara di televisi. Harus bagi-bagi waktu. Karena itu, sampai sekarang Franda belum mau bermain sinetron.

Dia beralasan, syuting bisa mengganggu jadwal presenter yang sudah berjalan. “Programku kan rutin. Kalau main sinetron pasti menyita waktu,” katanya.

Biasa memandu acara, Franda harus sadar kamera. Sementara itu, saat berakting di layar lebar, seharusnya tidak melihat kamera. Tetapi, Franda bisa mengatasinya.

“Untung, saya mudah beradaptasi. Jadi lancar-lancar saja,” ucapnya. (jan/c7/ayi/ jpnn)

Perempuan keturunan Tionghoa yang satu ini sudah lama mendambakan main film. Sekarang sosok cantik bernama Maria Estefania Efranda Stefanus tersebut bisa tersenyum puas. Sebab, namanya telah ada di credit title sebuah judul film.

FRANDA, nama beken perempuan itu, Kamis malam (5/1) begitu ceria saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Dia yang tampil kasual dengan tank top ditutupi kardigan asyik foto-foto dengan beberapa temannya. Sesekali dia berpindah ke backdrop yang dibuat khusus untuk premiere filmnya, yaitu Xia Aimei. Itu memang film pertama Franda sehingga sangat berarti baginya. “Ini pengalaman pertama yang menyenangkan,” katanya.

Franda di film tersebut menjadi tokoh utama. Namanya Xia Aimei, seorang perempuan lugu asal Tiongkok. Dia terjebak dalam human trafficking.

Sampai akhirnya, dia harus menjadi perempuan penghibur di sebuah kelab mewah Jakarta. Karena itu, dia harus banyak berbicara dalam bahasa Mandarin di film tersebut. Padahal, Franda tidak bisa berbahasa Mandarin.

“Saya nggak bisa bahasa Mandarin, kemudian diharuskan untuk ngomong. Tokoh Xixi ini cuma bisa bahasa Mandarin dan bahasa Inggrisnya terbata-bata. Dan, bahasa Inggrisnya itu harus dilafalin kayak orang Tiongkok,” terang alumnus London School itu. Masalah tersebut yang menjadi kesulitannya. Sebab, meski keturunan Tionghoa, Franda tidak menguasai bahasanya. Hanya mamanya yang bisa berbahasa Mandarin.

“Tapi, itu juga nggak jago. Kan nggak dipakai sehari-hari. Cuma, masalahnya, Mama ada di Malang.

Jadi, ya sudah, ngebut belajar bahasa sama pelatih,” lanjutnya.

Memang, dia tidak buta sama sekali. Paling tidak dia pernah mendengarnya. Cuma, yang jadi masalah adalah nada.

“Pelafalannya gampang. Tapi, kalau salah nada, itu bisa salah arti,” ungkap presenter beberapa acara di televisi tersebut. Saat pengambilan gambar, dia sering melakukan kesalahan. Adegan Franda yang banyak menggunakan bahasa Mandarin total empat scene.

Kalau pelatihnya merasa ucapan Franda kurang sempurna, dia diminta mengulang lagi. “Pelatih bahasa benar-benar mendengarkan nada yang saya ucapkan. Begitu salah, ulang. Salah, ulang lagi,” katanya.

Selain itu, karena ini kali pertama main film, dia merasa deg-degan. Lawan mainnya cukup senior. Ada Ferry Salim dan Olga Lydia. “Degdegan sendiri. Apa ya, di sini saya benar-benar ngeraba banget. Akting juga nggak pernah belajar. Semua serbaotodidak. Semua pelajaran soal film saya dapatkan di lokasi syuting,” tuturnya.

Franda memulai karir di dunia hiburan saat mengikuti ajang MTV VJ Hunt 2007. Dia berhasil melaju sampai final. Memang bukan dia pemenangnya. Tetapi, dari situ pintu kesempatan ke dunia hiburan terbuka. Lantas, dia mulai menjadi presenter. Hingga sekarang, dia lebih dikenal sebagai presenter. “Padahal, sebenarnya dari awal masuk dunia hiburan sudah pengin main film,” ujarnya.

Sebetulnya, tawaran akting beberapa kali datang. Cuma, dia memilih yang pas. “Film ini yang saya pilih. Bukan karena ceritanya oriental banget ya, cuma memang menurut saya bagus,” katanya. (jan/c6/ayi)

Franda Senang Bisa Menangis

SEKALI bermain film, ternyata Franda ketagihan. Dia sangat enjoy berakting. Setelah ini, kalau ada tawaran cerita layar lebar yang menurut dia menarik, Franda pasti mau. Yang paling membuatnya terkesan adalah saat mendapat adegan menangis. Ketika berhasil menangis tersedu-sedu, dia puas. “Iya, pas bisa nangis yang benarbenar menangis, itu senangnyaaaaa,” ucapnya.

Selama ini Franda berakting sebatas di klip video. Dia juga belum pernah bermain sinetron atau FTV. “Saya pengen nyobain lagi. Ini kali pertama. Pasti banyak kekurangan. Saya pengen banget memperbaiki kekurangan di film-film selanjutnya,” katanya.

Keluarga pun mendukung niat Franda. Bahkan, saat melakoni syuting, mamanya datang ke Jakarta. Kedatangannya itu merupakan dukungan buat Franda. “Mama datang ke Jakarta. Dia yang tahu kayak apa anaknya kalau kerja.

Syuting mulai jam 10 pagi, pulang jam 4 pagi atau jam 6 pagi,” ceritanya. Belum lagi, saat itu dia memiliki program acara di televisi. Harus bagi-bagi waktu. Karena itu, sampai sekarang Franda belum mau bermain sinetron.

Dia beralasan, syuting bisa mengganggu jadwal presenter yang sudah berjalan. “Programku kan rutin. Kalau main sinetron pasti menyita waktu,” katanya.

Biasa memandu acara, Franda harus sadar kamera. Sementara itu, saat berakting di layar lebar, seharusnya tidak melihat kamera. Tetapi, Franda bisa mengatasinya.

“Untung, saya mudah beradaptasi. Jadi lancar-lancar saja,” ucapnya. (jan/c7/ayi/ jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/