SUMUTPOS.CO – Olga Lydia cukup berpengalaman di dunia akting. Sejak 2005, sedikitnya sudah delapan film layar lebar, dan beberapa judul sinetron serta film televisi dibintanginya. Kemampuan akting perempuan Jakarta, 4 Desember 1976 itu pun ditunjukkan lewat sejumlah video klip.
Kursi sutradara pun sudah pernah dirasakannya. Dia menjadi satu dari lima perempuan yang menggarap film omnibus bertema cinta, Rectoverso, yang dirilis tahun lalu. Kini, alumnus Fakultas Teknik Sipil Universitas Parahyangan Bandung itu mencoba memproduseri film musikal yang menceritakan romantisme keluarga dan sepasang kekasih.
”Ini pertama kalinya sebagai produser. Kalau (menjadi) eksekutif produser sudah dua kali, di Sang Pemimpi (2009) dan Negeri 5 Menara (2012),” ungkapnya ditemui di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, rencana menggarap film musikal yang judulnya masih dirahasiakan itu sudah tercetus sejak tahun lalu. Hanya saja, Olga baru bisa mewujudkannya tahun ini. Itu pun baru akan dimulai di akhir tahun, atau paling cepat pertengahan 2014.
”Rencananya sih sebenarnya dari akhir tahun lalu. Cuma, tahun ini sudah mulai diseriusi, karena sudah dapat script writer, dia yang bikin Ada Apa Dengan Cinta (2002). Syutingnya di akhir tahun,” kata perempuan berdarah Tionghoa itu.
Happy Salma diakui Olga sebagai inspirasinya dalam memproduseri film. Keduanya pernah main bareng dalam 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010), dan sama-sama menyutradarai Rectoverso. Happy Salma memang dikenal sebagai aktris serba bisa. Bukan hanya di depan kamera, istri Tjokorda Bagus itu piawai berlakon di panggung teater.
”Aku senang karena sebagai pemain sudah, sutradara sudah, sebagai eksekutif produser juga sudah. Happy Salma juga pernah jadi produser, kenapa aku nggak coba juga,” tuturnya. Olga menyadari tanggung jawab sebagai produser lebih besar ketimbang sutradara, terlebih pemain.
Namun, justru itu yang membuatnya tertantang. Pemandu program televisi Beyond Marketing Today itu ingin mengembangkan potensi yang dimiliknya. Selama ini, dia banyak belajar dari kru di lokasi syuting. ”Setiap kali aku terlibat dalam produksi, walaupun aku sebagai pemain saja atau sutradara, aku banyak ngobrol dan aku dapat banyak ilmu,” terangnya.
Baginya, menyiapkan skenario menjadi bagian tersulit dalam memproduksi sebuah film. ”Menurut saya, script adalah roh dari sebuah film. Jadi, saya ingin banget menghasilkan script yang baik, yang bagus. Mudah-mudahan bisa segera syuting,” harap perempuan yang hobi membaca itu. (ash)