25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

22 Menit: Suguhkan Aksi Polisi Lawan Teror Bom

SUMUTPOS.CO – Film 22 Menit bukan film dokumenter. Namun, film tersebut mampu membuat penonton berdebar mengingat tragedi berdarah 14 Januari 2016 lalu, di Jalan Thamrin, Jakarta.

This is not based on true story tapi ini terinspirasi. Kesulitannya, kami 70 persen merekonstruksi kejadian nyata. Jadi, kami enggak bisa memindahkan lokasi syuting. Akhirnya dalam syuting, tim produksi membuat kemacetan Jakarta, dan dimaki-maki,” tutur Sutradara 22 Menit Eugene Panji, usai screening film di Epiwalk, Kuningan, Senin (16/7).

Dibintangi Ario Bayu, Ade Firman Hakim, Mathias Muchus, Hana Malasan, Ence Bagus, Ajeng Kartika, Taskya Namya, Fanny Fadillah, dan Ardina Rasti, 22 Menit mengisahkan kepanikan warga Jakarta ketika mengadapi ledakan bom di Thamrin.

Film yang juga menjadi bagian dari sosialisasi antiterorisme itu, disutradarai oleh Eugene Panji dan Myrna Paramita Pohan. Berdurasi 75 menit, film yang bekerja sama dengan Polri dalam melakukan riset dan akurasi adegan itu, menyuguhkan drama yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Aktor Ario Bayu didapuk menjadi pemeran utama, yakni Ardi, seorang polisi anggota unit antiterorisme. Ketika ledakan bom terjadi di pusat kota, ia dan rekan-rekannya mempertaruhkan nyawa demi mengamankan situasi.

Dalam 22 menit setelah ledakan di sebuah kafe kawasan Thamrin terjadi, Ardi dan satuan antiterorisme pun berhasil meringkus pelaku. Namun, ledakan bom Thamrin pada akhirnya mengubah hidup banyak orang untuk selamanya.

Film ini menjanjikan adegan aksi mendebarkan, seperti bom meledak, baku tembak di tengah jalan, terjebak dalam lift, hingga aksi berbahaya yang biasa dilakukan polisi terlatih. Rumah produksi Buttonijo Films berkonsultasi dengan jajaran kepolisian agar bisa menggambarkan kondisi seakurat mungkin.

“Beberapa teknik pegang senjata, strategi, dan aspek kepolisisan untuk menetralkan situasi yang mencekam dan kode-kode itu, butuh waktu sebulanan untuk latihan sampai bener-bener tahu,” ungkap Ario.

Kelompok musik Semenjana dan Senar Senja pun didapuk sebagai pengisi soundtrack film itu. Lexy Mere selaku produser, pun berharap 22 Menit dapat menjadi pembelajaran soal antiterorisme di Indonesia. Juga agar selalu waspada dan berani melapor jika ada kegiatan mencurigakan. “Kami berharap film ini bisa jadi pembelajaran soal antiterorisme di Indonesia,” harapnya.

Film 22 Menit rencananya akan tayang di bioskop seluruh Tanah Air mulai 19 Juli 2018. (yln/jpc/saz)

SUMUTPOS.CO – Film 22 Menit bukan film dokumenter. Namun, film tersebut mampu membuat penonton berdebar mengingat tragedi berdarah 14 Januari 2016 lalu, di Jalan Thamrin, Jakarta.

This is not based on true story tapi ini terinspirasi. Kesulitannya, kami 70 persen merekonstruksi kejadian nyata. Jadi, kami enggak bisa memindahkan lokasi syuting. Akhirnya dalam syuting, tim produksi membuat kemacetan Jakarta, dan dimaki-maki,” tutur Sutradara 22 Menit Eugene Panji, usai screening film di Epiwalk, Kuningan, Senin (16/7).

Dibintangi Ario Bayu, Ade Firman Hakim, Mathias Muchus, Hana Malasan, Ence Bagus, Ajeng Kartika, Taskya Namya, Fanny Fadillah, dan Ardina Rasti, 22 Menit mengisahkan kepanikan warga Jakarta ketika mengadapi ledakan bom di Thamrin.

Film yang juga menjadi bagian dari sosialisasi antiterorisme itu, disutradarai oleh Eugene Panji dan Myrna Paramita Pohan. Berdurasi 75 menit, film yang bekerja sama dengan Polri dalam melakukan riset dan akurasi adegan itu, menyuguhkan drama yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Aktor Ario Bayu didapuk menjadi pemeran utama, yakni Ardi, seorang polisi anggota unit antiterorisme. Ketika ledakan bom terjadi di pusat kota, ia dan rekan-rekannya mempertaruhkan nyawa demi mengamankan situasi.

Dalam 22 menit setelah ledakan di sebuah kafe kawasan Thamrin terjadi, Ardi dan satuan antiterorisme pun berhasil meringkus pelaku. Namun, ledakan bom Thamrin pada akhirnya mengubah hidup banyak orang untuk selamanya.

Film ini menjanjikan adegan aksi mendebarkan, seperti bom meledak, baku tembak di tengah jalan, terjebak dalam lift, hingga aksi berbahaya yang biasa dilakukan polisi terlatih. Rumah produksi Buttonijo Films berkonsultasi dengan jajaran kepolisian agar bisa menggambarkan kondisi seakurat mungkin.

“Beberapa teknik pegang senjata, strategi, dan aspek kepolisisan untuk menetralkan situasi yang mencekam dan kode-kode itu, butuh waktu sebulanan untuk latihan sampai bener-bener tahu,” ungkap Ario.

Kelompok musik Semenjana dan Senar Senja pun didapuk sebagai pengisi soundtrack film itu. Lexy Mere selaku produser, pun berharap 22 Menit dapat menjadi pembelajaran soal antiterorisme di Indonesia. Juga agar selalu waspada dan berani melapor jika ada kegiatan mencurigakan. “Kami berharap film ini bisa jadi pembelajaran soal antiterorisme di Indonesia,” harapnya.

Film 22 Menit rencananya akan tayang di bioskop seluruh Tanah Air mulai 19 Juli 2018. (yln/jpc/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/