30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Hidupkan Kembali Sejarah Tragedi 1998

Aktor Lukman Sardi tengah menggarap film berjudul Di Balik 98.
Aktor Lukman Sardi tengah menggarap film berjudul Di Balik 98.

SUMUTPOS.CO – Sebagai aktor film, nama Lukman Sardi tidak bisa diragukan lagu. Berbagai peran watak sukses dilahapnya, hingga membuatnya menjadi aktor papan atas tanah air. Tak ingin hanya berhenti sebagai aktor, Lukman mencoba berkiprah di balik layar.

Setelah film pendek berjudul Sang Penjahit, kini dia tengah menggarap sebuah film sejarah yang berlatar belakang tragedi Mei 1998. Film itu rencananya akan diberi judul Di Balik 98.

Sesuai judulnya, film itu berkisah tentang kejadian pada saat tragedi Mei 1998. Dimulai dari ribuan mahasiswa yang bergerak serentak melakukan demontrasi menuntut runtuhnya rezim Soeharto.

”Januari Insya Allah akan rilis,” ungkap Lukman saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin. Menurutnya, saat ini proses syuting dan editing sudah beres. Tinggal menunggu jadwal tayang di bioskop.

Tidak hanya dari sisi cerita, putra almarhum maestro biola, Idris Sardi itu berusaha menunjukkan kualitas dalam film terbarunya. Salah satunya dengan menggandeng pemain-pemain berbakat. Seperti Agus Kuncoro, Fauzi Baadila, Donny Alamsyah, Chelsea Islan, dan Ririn Ekawati.

Di dalam film itu, dia pun harus menampilkan sosok Soeharto yang memang menjadi bagian penting dalam peristiwa 1998. ”Itu tantangan banget. Karena ngomongin sejarah. Tapi, saya berusaha untuk tidak menimbulkan pro kontra,” katanya.

Untuk menghidupkan sosok Seoharto, pemeran Muhammad Hatta dalam film Soekarno Indonesia Mengugat itu melibatkan pemeran Soeharto dalam film G30S/PKI, Amoroso Katamsi. ”Kebetulan Pak Amoroso umurnya sesuai dengan pak Harto saat itu, dan memang mirip banget,” jelasnya.

Karena termasuk dalam film kolosal, Lukman memastikan akan banyak pemain dalam filmnya itu. Termasuk banyaknya pemain yang akan memerankan tokoh-tokoh tertentu.

Tidak mau sembarangan, pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1971 itu secara khusus melakukan riset terkait sejarah itu selama dua tahun. ”Jadi kalau ditanya, ini berdasarkan riset dan buku yang sudah diperjualbelikan, berarti sudah sah atas nama hukum. Gua nggak mau bikin cerita dan conspiracy theory sendiri. Kami konsultasi dengan ahli sejarah. Begitu juga dengan pelaku sejarah dan korban tragedi itu,” paparnya.

Termasuk melakukan wawancara khusus dengan Tokoh Reformasi Amien Rais. ”Kita lebih fokus kemanusiaannya,” katanya.

Yang pasti, film ini lebih kepada tragedi 98, bukan cerita fakta yang dialami pelaku maupun aktivis mahasiswa yang terlibat kejadian kelam itu. Meski pun ada, itu pun hanya sekedar gimik.

Sebab film ini mempunyai misi agar anak muda saat ini mengetahui sejarah penting di mana Indonesia mengalami perubahan dari rezim orde baru memasuki era reformasi. ”Saya hanya membicarakan tentang sisi kemanuasiaan. Saya mengangkat tema ini karena kejadian belum lama, ya sekitar 16 tahun lalu. Tapi ada generasi yang belum tahu akan kejadian tersebut, biar generasi muda bisa belajar dari kejadian tersebut,” harapnya.

Karena melibatkan institusi pemerintahan, film berdurasi dua jam ini melewati prosedur ketat. Termasuk saat mencari referensi dan perizinan. Beruntungnya satu-demi satu itu dilewatinya dengan mudah. Termasuk menggunakan alat-alat negara seperti tank, panser, milik TNI, dan Gedung MPR/DPR untuk proses syuting. (ash)

Aktor Lukman Sardi tengah menggarap film berjudul Di Balik 98.
Aktor Lukman Sardi tengah menggarap film berjudul Di Balik 98.

SUMUTPOS.CO – Sebagai aktor film, nama Lukman Sardi tidak bisa diragukan lagu. Berbagai peran watak sukses dilahapnya, hingga membuatnya menjadi aktor papan atas tanah air. Tak ingin hanya berhenti sebagai aktor, Lukman mencoba berkiprah di balik layar.

Setelah film pendek berjudul Sang Penjahit, kini dia tengah menggarap sebuah film sejarah yang berlatar belakang tragedi Mei 1998. Film itu rencananya akan diberi judul Di Balik 98.

Sesuai judulnya, film itu berkisah tentang kejadian pada saat tragedi Mei 1998. Dimulai dari ribuan mahasiswa yang bergerak serentak melakukan demontrasi menuntut runtuhnya rezim Soeharto.

”Januari Insya Allah akan rilis,” ungkap Lukman saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin. Menurutnya, saat ini proses syuting dan editing sudah beres. Tinggal menunggu jadwal tayang di bioskop.

Tidak hanya dari sisi cerita, putra almarhum maestro biola, Idris Sardi itu berusaha menunjukkan kualitas dalam film terbarunya. Salah satunya dengan menggandeng pemain-pemain berbakat. Seperti Agus Kuncoro, Fauzi Baadila, Donny Alamsyah, Chelsea Islan, dan Ririn Ekawati.

Di dalam film itu, dia pun harus menampilkan sosok Soeharto yang memang menjadi bagian penting dalam peristiwa 1998. ”Itu tantangan banget. Karena ngomongin sejarah. Tapi, saya berusaha untuk tidak menimbulkan pro kontra,” katanya.

Untuk menghidupkan sosok Seoharto, pemeran Muhammad Hatta dalam film Soekarno Indonesia Mengugat itu melibatkan pemeran Soeharto dalam film G30S/PKI, Amoroso Katamsi. ”Kebetulan Pak Amoroso umurnya sesuai dengan pak Harto saat itu, dan memang mirip banget,” jelasnya.

Karena termasuk dalam film kolosal, Lukman memastikan akan banyak pemain dalam filmnya itu. Termasuk banyaknya pemain yang akan memerankan tokoh-tokoh tertentu.

Tidak mau sembarangan, pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1971 itu secara khusus melakukan riset terkait sejarah itu selama dua tahun. ”Jadi kalau ditanya, ini berdasarkan riset dan buku yang sudah diperjualbelikan, berarti sudah sah atas nama hukum. Gua nggak mau bikin cerita dan conspiracy theory sendiri. Kami konsultasi dengan ahli sejarah. Begitu juga dengan pelaku sejarah dan korban tragedi itu,” paparnya.

Termasuk melakukan wawancara khusus dengan Tokoh Reformasi Amien Rais. ”Kita lebih fokus kemanusiaannya,” katanya.

Yang pasti, film ini lebih kepada tragedi 98, bukan cerita fakta yang dialami pelaku maupun aktivis mahasiswa yang terlibat kejadian kelam itu. Meski pun ada, itu pun hanya sekedar gimik.

Sebab film ini mempunyai misi agar anak muda saat ini mengetahui sejarah penting di mana Indonesia mengalami perubahan dari rezim orde baru memasuki era reformasi. ”Saya hanya membicarakan tentang sisi kemanuasiaan. Saya mengangkat tema ini karena kejadian belum lama, ya sekitar 16 tahun lalu. Tapi ada generasi yang belum tahu akan kejadian tersebut, biar generasi muda bisa belajar dari kejadian tersebut,” harapnya.

Karena melibatkan institusi pemerintahan, film berdurasi dua jam ini melewati prosedur ketat. Termasuk saat mencari referensi dan perizinan. Beruntungnya satu-demi satu itu dilewatinya dengan mudah. Termasuk menggunakan alat-alat negara seperti tank, panser, milik TNI, dan Gedung MPR/DPR untuk proses syuting. (ash)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/