SUMUTPOS.CO – Saat terjun ke dunia entertainment, Atiqah Hasiholan dibayangi nama besar ibunya, Ratna Sarumpaet. Tak bisa menyangkal, istri Rio Dewanto itu hanya berusaha membuktikan kemampuannya, terutama akting. Sejauh ini, sudah 14 film yang dibintanginya.
”Saya tidak bisa memungkiri nama besar ibu yang membayang-bayangi langkah saya. Selalu dihubung-hubungkan dengan ibu, saya justru merasa senang. Membawa embel-embel anak Ratna Sarumpaet menjadi kebanggaan tersendiri buat saya,” aku perempuan kelahiran Jakarta, 3 Januari 1982 itu.
Sejak tahun 70-an, Ratna aktif di panggung teater. Hingga kini, aktivis perempuan itu pun masih menekuninya. ”Ibu selalu sharing sama anak-anaknya mengenai apa yang dilakukannya. Bukan hanya karena ingin dimengerti, tapi ibu memberi tahu keadaan yang sebenarnya, sehingga anak-anaknya tahu yang seharusnya diperbuat,” katanya.
Menurutnya, sang ibu merupakan sosok demokratis. Tak pernah sekali pun Atiqah merasa dipaksa ibunya mencintai akting. Rasa itu diakuinya datang sendiri. Begitu ketertarikan menekuni akting muncul, baru lah sang ibu turun tangan. ”Saya bersyukur dikenalkan akting sejak kecil. Ibu yang pertama kali mengajari saya akting,” ungkapnya lalu tersenyum.
”Ibu memberikan kami, anak-anaknya, atmosfer demokrasi yang kental di rumah, dengan membebaskan kami melakukan yang kami cintai,” sambung pemeran Viona dalam film La Tahzan (2013) itu. Atiqah pun mengaku mendapat bantuan ibu untuk menembus industri perfilman Indonesia.
Ibunya yang memberikannya nama dan alamat sutradara dan produser film. Lalu, dia membuat portfolio dan mengirimkannya kepada mereka. ”Dulu saat ingin terjun ke dunia film, saya minta bantuan ibu untuk memberikan nama dan alamat para pelaku industri film. Saya membuat profil diri dalam bentuk DVD dan mengirimkannya ke mereka,” terangnya.
Namun, bukan berarti nama besar sang ibu yang membuat Atiqah sebesar sekarang. Embel-embel anak Ratna Sarumpaet hanya membantunya menarik perhatian orang. Setelah itu, dia harus membuktikan kualitasnya sebagai aktris. ”Nama besar ibu bukan jaminan karir saya. Saya tetap harus memiliki kemampuan dan kualitas,” tegasnya.
Kini, setelah punya tempat di industri perfilman Indonesia, Atiqah semakin sering berdiskusi tentang film dan akting dengan ibunya. Keduanya sudah seperti sahabat, bisa membicarakan apa saja, bukan hanya pekerjaan. Bahkan, keduanya pun tidak jarang saling mengingatkan.
”Saya bisa membicarakan apa saja dengan ibu. Tapi kalau becanda saya sudah kelewatan, ibu pasti memarahi dan mengingatkan saya. Begitu pun sebaliknya, kalau ibu terlalu emosional saat bicara di media, saya mengingatkannya untuk lebih tenang, tidak mudah terpancing,” tuturnya.
Sama-sama mencintai akting, keduanya pun kerap bekerjasama. Misalnya, pertengahan tahun lalu mereka plus Rio Dewanto mengelar pementasan teater Titik Terang Sidang Rakyat Dimulai di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. (ash)