Sabai Morscheck
Gadis cantik berkulit putih itu mengangguk setuju ketika guru kesenian meminta dia hadir untuk casting yang diadakan sebuah Production House di sekolah mereka, Mahatma Gandhi School, Bali. Si gadis yang bernama Sabai Morscheck tersebut sebenarnya tak terlalu tertarik mengikuti casting.
Apalagi pesertanya, yang juga teman-teman sekolahnya, begitu banyak. Sabai merasa tidak yakin bisa lolos. Ternyata perkiraannya meleset. Di antara puluhan peserta casting, justru Sabai yang terpilih.
“Sama pihak PH, aku disuruh ke Jakarta untuk syuting sinetron. Karena kesempatan sudah di tangan, ya udah dicoba saja,” ujar dara kelahiran Padang, 22 tahun silam, tersebut.
Debut sinetronnya berjudul Sweet Seventeen tayang pada 2004. Sinema layar gelas tersebut menjadi awal perjalanan karirnya di bidang entertainment. Awal yang boleh jadi kurang mengenakkan. Sebab, Sabai yang saat itu masih kelas 2 SMA harus cuti dua bulan untuk syuting kejar tayang. Ketika akhirnya masuk sekolah, Sabai harus menjalani sendiri karena teman-teman lain sudah liburan. “Aku ujian sendiri,” kenang gadis yang wajahnya sering disebut mirip Luna Maya tersebut lantas tertawa.
Dunia hiburan memang menggiurkan. Itu pula yang membuat gadis berdarah Jerman tersebut berniat terjun di sana. Terlebih lagi, keluarga memberikan dukungan besar. Tamat SMA, Sabai memutuskan pindah ke Jakarta untuk memudahkan mobilitasnya di entertainment. Tetapi, dia membuat satu standar. Boleh bekerja di bidang hiburan, namun sekolah tetap harus menjadi prioritas utama.
Pada akhirnya Sabai memang tidak terlalu ngoyo. Mulai 2004 sampai 2011, Sabai baru terlibat lima produksi film. Jika dibandingkan dengan teman-teman satu angkatannya, judul sinetron dan FTV yang dibintanginya juga masih kalah banyak. “Aku hanya mau ambil pekerjaan saat jeda kuliah saja. Di waktu selain itu, aku nggak mau,” tegas alumnus Universitas Pelita Harapan tersebut.
Sabai pernah merasakan pengalaman berat gara-gara mengombinasikan kuliah dan syuting film Sang Dewi. Pemilik rambut panjang itu menyatakan mati-matian menjalankan dua kewajiban tersebut secara bersamaan. Sebab, waktu syuting dan kuliah saling berkejar-kejaran.
Pulang syuting dini hari, dia hanya sempat beristirahat sebentar dan langsung lanjut kuliah keesokannya. Pada waktu jeda syuting, Sabai tak bisa rehat karena harus mengerjakan tugas kuliah. Ke kampus, dia hanya menyerahkan tugas, setelah itu harus balik lagi ke lokasi syuting. “Saat itu tugas lagi banyak-banyaknya. Aku sampai nggak tidur tiga hari,” ujarnya.
Sekarang Sabai sudah tenang. Akhir tahun lalu, dia sudah mengenakan toga dan merayakan kelulusan dari jurusan desain grafis serta menyandang gelar sarjana seni. Kedisiplinannya dalam menjalankan skala prioritas membuatnya lulus tepat pada tahun keempat.
Sekarang adalah tahun kebangkitan karir keartisan Sabai. Dia sudah bersiap fokus ke ranah hiburan. Seperti kata pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Setelah lulus, justru banyak pekerjaan yang datang. Terutama tawaran membintangi FTV. Salah satunya FTV Insting Nathalie yang tayang Senin (25/7) di RCTI. Mandat sebagai host sebuah acara musik juga dipercayakan kepadanya.
Meski tahun ini sudah ditetapkannya sebagai tahun untuk bekerja, rupanya Sabai tak terlalu memaksa diri sendiri. Tak ada target berapa judul film yang harus diambilnya atau target banyaknya sinetron dan FTV yang harus dibintanginya. “Aku nyantai aja sih. Yang penting, semua pekerjaan dijalankan dengan hati,” tutupnya. (ign/c7/ayi)