JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Musisi Ahmad Dhani kemarin (24/7) kembali mendatangi Dewan Pers di Jakarta Pusat terkait laporannya terhadap 17 media yang memuat berita cuitan di twitter. Dhani dan delapan media dari 17 media yang dilaporkan telah melakukan mediasi bersama Dewan Pers. Mereka telah menandatangani sebuah kesepakatan. Media-media tersebut akan memuat permintaan maaf dan hak jawab dari Ahmad Dhani.
Semuanya berawal dari screen capture twitter yang tertulis atas nama akun @AHMADDHANIPRAST beredar di internet. Cuitan di screen capture tersebut begini, “Saya akan potong kemaluan saya kalau Jokowi bisa menang dari Prabowo Subianto!! Itu sumpah saya!!,”. Kalimat tersebut ditulis menggunakan huruf capital tertanggal 23 Juni. Setelah pengumuman Presiden-Wakil Presiden terpilih dilakukan 22 Juli kemarin dan menghasilkan Jokowi-JK sebagai pemenangnya, cuitan ini kembali diperbincangkan netizen dan masyarakat.
Mereka mempertanyakan janji dalam cuitan itu dan meminta agar Dhani mempertanggungjawabkan perkataannya. Karena seperti yang sudah diketahui sejak awal Dhani terang-terangan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Berita soal cuitan ini pun ditulis dibanyak media. Mengira bahwa screen capture itu betul-betul berasal dari akun Dhani. Padahal di kronologi timeline akun resminya, cuitan tersebut tidak ada.
Timbul dugaan tweet tersebut telah dihapus. Padahal sebetulnya, itu benar-benar bukan tulisan Dhani. “Saya tidak pernah menulis itu,” tegasnya. Yang beredar di internet adalah hasil rekayasa seseorang yang menggunakan akun atas namanya. Dalam kesempatan bertemu dengan Dewan Pers dan media terlapor, Dhani juga membeberkan perbedaan antara capture akun twitter asli dan palsu.
Dua di antaranya adalah layout cuitan yang seharusnya sejajar dengan nama akun. Jika di capture, seharusnya awal kalimat tweet berada dibawah nama akun. Sedangkan yang beredar, awal kalimat twit tepat berada di bawah avatar. Font tulisan juga berbeda. Lalu retweeted dan favourite di twitter palsu jumlahnya genap. Yakni 1.400 kali retweeted dan 170 favourite.
“Saya melapor karena saya warga negara Indonesia yang baik. Saya ingin punya pers yang baik. Saya tengarai ini modus baru untuk menjatuhkan seseorang dalam pemberitaan,” jelasnya.
Melalui mediasi itu dia berharap media tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. “Mudah-mudahan setelah ini nama baik saya bisa pulih. Nggak pulih juga nggak apa-apa. Yang penting pers bisa arif dan bijaksana,” lanjutnya.
Reaksi twit palsu ini memang sangat besar. Kemarin bahkan ada sekelompok orang yang menamakan diri Relawan Tuna Rungu berdemo di kediamannya di daerah Pondok Indah. Puluhan relawan itu membawa poster yang tulisannya menagih janji seperti yang tertulisan dalam twitter palsu. Namun aksi mereka hanya sebentar saja. Karena mereka dibubarkan oleh petugas kepolisian.
Dhani sendiri menyayangkan aksi itu. Menurutnya ada aksi terorganisir yang memanfaatkan kaum disable. “Saya menyesal tidak ada di rumah. Kalau ada di rumah pasti saya akan cari tahu siapa yang menyuruh,” ucapnya. Dhani sendiri sudah cukup sering bolak balik Dewan Pers. Dia sendiri mengakui hal sepreti ini sudah sering dia alami. “Ini bukan persoalan pribadi saya. Saya sudah biasa begini banyak yang ingin bunuh karakter saya. Tapi saya nggak mati-mati tuh karakternya. Kan ada lirik lagu, what doesn”t kill you makes you stronger,” jawabnya santai.
Yang merasa terganggu justru keluarganya. Adiknya sampai menangis karena dia dibully di social media. Ibunya juga sampai menelepon. “Ibu saya nelepon, nanya bener atau nggak. Jangan-jangan ibu saya juga curiga,” katanya. Beberapa sahabatnya juga ada yang percaya, mengira bahwa itu betulan tulisannya di twitter. “Orang yang kenal saya, pasti tahu. Nggak mungkin kemaluan saya, saya pertaruhkan. Kasihan soalnya nanti banyak yang menangis,” ucapnya lalu tertawa. Setelah lebaran nanti, pemanggilan 9 media tersisa akan dilanjutkan lagi. (jan)