FILM televisi (FTV) produksi dua negara, Indonesia dan Jepang, bertajuk
Aishiteru mengantarkan Prisia Nasution beradu akting dengan aktor Negeri Sakura, Minami Keisuke. Perannya sebagai mahasiswi yang bekerja paruh waktu di sebuah stasiun televisi. ”Saya sebagai Mediana. Dia kuliah ambil jurusan politik bilateral Indonesia-Jepang. Dia sambil magang sebagai jurnalis,” ujarnya di Gedung Film, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, kemarin.
Pengalaman membintangi sederet judul film layar lebar dan FTV tentu membuat Pia- sapaan akrabnya- tidak kesulitan mengimbangi akting Minami. Hanya saja, dia nyaris mengundurkan diri karena sebagian dialognya dalam bahasa Jepang. ”Pertama kali dikasih script, (dialog) bahasa Jepangnya banyak banget. Sempat pengen mundur, tetapi saya yakin saya bisa,” katanya.
Perempuan 29 tahun itu mengurungkan niatnya karena cerita yang diangkat menarik. Bukan cerita cinta, Aishiteru yang dalam bahasa Indonesia berarti saya cinta kamu, mengungkap fakta sejarah terkait hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang. Beberapa orang Jepang yang menjadi pahlawan bagi Indonesia pun ikut dihadirkan. Sebagian dari mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. ”Ada sejarahnya juga, itu salah satu pertimbangannya (menerima tawaran tersebut). Ya, balik lagi ke tahun 45, dan di sini esensinya sangat tinggi,” tuturnya. Pia menjelaskan, Aishiteru menceritakan tentang perjuangan Satosa (Minami Keisuke), jurnalis Japan Broadcast System yang mengunjungi Indonesia dalam rangka meliput perayaan ke-55 hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang.
Selain bertugas meliput, Satosa berniat mencari keberadaan kakeknya yang bernama Tamotsou Matsumo, wartawan perang yang menghilang setelah dikirim ke Indonesia pada Perang Dunia II. ”Kedua tokoh dengan latar belakang berbeda ini sama-sama mencari keberadaan Tamotsou,” terang Pia. Belakangan, diketahui Tamotsu mengganti namanya menjadi Suwiryo.
”Sebenarnya (peran dan cerita film) yang saya ambil itu beda-beda. Kalau main di film televisi kan ada beberapa yang saya harus dalami, salah satunya bahasa daerah kayak Bali atau Jawa. Nah, di sini nggak hanya bahasa, saya dapat wawasan budaya baru,” ungkapnya.
Pengambilan gambar film yang pengerjaan soundtrack-nya ditangani Fadly ‘Padi’ dan band Kotak itu bukan hanya di Indonesia, tetapi juga Jepang. Sayangnya, Phia tidak kebagian scene di Negeri Matahari Terbit itu. ”Di Jepang saya nggak ikut, porsinya juga nggak terlalu banyak,” katanya.
Rencananya, FTV itu diputar serentak di Indonesia dan Jepang, 22 Desember mendatang.
Selain berdialog dalam bahasa Jepang, Pia mengaku sempat kesulitan berkomunikasi dengan Minami. Dia baru menemukan chemistry dengan lawan mainnya itu setelah beberapa hari syuting. ”Awalnya berat, bahasa Inggrisnya dia nggak lancar. Tetapi ternyata dia enak banget, open banget,” ucapnya.
Minami pun mengakui sulitnya beradaptasi karena kendala bahasa. Ini merupakan kali pertama dia terlibat FTV produksi Indonesia. ”Ini pengalaman pertama main di Indonesia. Luar biasa bermain bersama Prisia, dia pintar berbahasa Jepang. Chemistry-nya nyambung sekali setelah (menghabiskan waktu) bersama-sama,” ungkap Minami. (ash)