30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kebal Dikritik dan Diteror

Lola Amaria
Lola Amaria

SUMUTPOS.CO – Dikenal sebagai sutradara untuk film-film bertema kemanusiaan, Lola Amaria seringkali terpaksa mengkritik pihak-pihak tertentu. Sebab, inspirasi filmya lebih banyak berasal dari fakta dan fenomena yang ada di masyarakat.

Tak heran, seringkali Lola mendapat sindiran, cibiran, bahkan terror usai melempar karyanya di ruang publik. ”Pasti ada tantangan, kayak diancam. Contohnya ya film terakhir saya Negeri Tanpa Telinga. Pas buat itu ada yang menjegal. Pas bikin film tentang TKI, ada LSM yang nyinyir. Saya kan paparkan hal yang nyata biar semua orang yang nggak tahu jadi tahu,” ujarnya saat ditemui di Senayan, Jakarta, kemarin.

Selama berkarir sebagai produser dan sutradara di balik layar, Lola sudah menghasilkan sejumlah film, seperti film Betina (2006), Minggu Pagi di Victoria Park (2010), Sanubari Jakarta (2012), Negeri Tanpa Telinga (2014) dan Novel tanpa huruf R (2003). Dari film-film tersebut banyak mengangkat isu hangat, misalnya tentang TKI, kotornya politik, hingga kritik sosial.

Meski banyak dikritik, bahkan diancam, Lola kebal. ”Saya banyak didukung orang-orang yang sehati sama saya. Saya nggak buat kriminal juga. Mudah-mudahan saya tetap maju dengan tema kemanusiaan, karena tema itu selalu menarik untuk saya,” kata wanita berusia 37 tahun tersebut. (ash)

Lola Amaria
Lola Amaria

SUMUTPOS.CO – Dikenal sebagai sutradara untuk film-film bertema kemanusiaan, Lola Amaria seringkali terpaksa mengkritik pihak-pihak tertentu. Sebab, inspirasi filmya lebih banyak berasal dari fakta dan fenomena yang ada di masyarakat.

Tak heran, seringkali Lola mendapat sindiran, cibiran, bahkan terror usai melempar karyanya di ruang publik. ”Pasti ada tantangan, kayak diancam. Contohnya ya film terakhir saya Negeri Tanpa Telinga. Pas buat itu ada yang menjegal. Pas bikin film tentang TKI, ada LSM yang nyinyir. Saya kan paparkan hal yang nyata biar semua orang yang nggak tahu jadi tahu,” ujarnya saat ditemui di Senayan, Jakarta, kemarin.

Selama berkarir sebagai produser dan sutradara di balik layar, Lola sudah menghasilkan sejumlah film, seperti film Betina (2006), Minggu Pagi di Victoria Park (2010), Sanubari Jakarta (2012), Negeri Tanpa Telinga (2014) dan Novel tanpa huruf R (2003). Dari film-film tersebut banyak mengangkat isu hangat, misalnya tentang TKI, kotornya politik, hingga kritik sosial.

Meski banyak dikritik, bahkan diancam, Lola kebal. ”Saya banyak didukung orang-orang yang sehati sama saya. Saya nggak buat kriminal juga. Mudah-mudahan saya tetap maju dengan tema kemanusiaan, karena tema itu selalu menarik untuk saya,” kata wanita berusia 37 tahun tersebut. (ash)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/