26 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Tiga Ledakan Dahsyat Guncang Syria

Sehari setelah Tim  Pemantau PBB Tiba

DAMASKUS- Belum ada tanda-tanda bahwa kekerasan di Syria bakal mereda. Sebaliknya, intensitas dan skala konflik antara oposisi dan pasukan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad justru meningkat.  Dua ledakan bom yang cukup dahsyat mengguncang Kota Idlib, barat daya Syria, kemarin (30/4). Sedikitnya, 20 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Mayoritas korban adalah anggota pasukan keamanan Syria.

Insiden itu justru terjadi hanya sehari setelah kedatangan tim pemantau PBB yang dipimpin Mayjen Robert Mood. Tim tersebut membawa misi untuk memantau gencatan senjata di antara kubu yang bertikai di Syria. Gencatan itu disepakati sesuai dengan proposal damai yang digagas oleh Kofi Anna, utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Syria.

Rami Abdel Rahman, pimpinan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), kelompok aktivis oposisi Syria yang berpusat di Inggris, mengatakan bahwa dua ledakan yang terjadi dalam waktu beruntun itu meluluhlantakkan sejumlah bangunan. “Ledakan itu menarget dua markas aparat keamanan. Yang pertama menghancurkan markas intelijen angkatan udara dan yang lainnya mengenai markas intelijen militer,” katanya.

Tetapi, laporan para aktivis berbeda dengan pernyataan pemerintah Syria dan dikutip oleh stasiun televisi nasional. Televisi Syria melaporkan bahwa korban tewas berjumlah delapan orang, termasuk warga sipil. Puluhan lainnya luka dalam dua ledakan di dua lokasi di Hananu Square, Jalan Carlton, Idlib. Berita televisi tersebut menyatakan bahwa teroris berada di balik serangan bom tersebut.

Tayangan televisi juga menunjukkan ceceran darah di lokasi ledakan. Sekelompok orang yang marah mengutuk serangan tersebut dan menyatakan dukungan mereka atas rezim Assad. “Inikah kebebasan yang mereka inginkan?” teriak seorang pria sambil berdiri di dekat perempuan yang menggendong anak dengan darah mengalir di bagian depan wajahnya.

Salah satu gedung yang menjadi target serangan tersebut luluh lantak. Sejumlah mobil di sekitarnya hancur atau rusak berat akibat kerasnya ledakan.
Sebuah ledakan besar lainnya, yang diperkirakan akibat bom mobil, juga terjadi di kawasan Qudsiya, dekat Kota Damaskus. Namun, belum diketahui jumlah korban dalam insiden tersebut. (afp/rtb/bbc/cnn/cak/dwi/jpnn)

Sehari setelah Tim  Pemantau PBB Tiba

DAMASKUS- Belum ada tanda-tanda bahwa kekerasan di Syria bakal mereda. Sebaliknya, intensitas dan skala konflik antara oposisi dan pasukan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad justru meningkat.  Dua ledakan bom yang cukup dahsyat mengguncang Kota Idlib, barat daya Syria, kemarin (30/4). Sedikitnya, 20 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Mayoritas korban adalah anggota pasukan keamanan Syria.

Insiden itu justru terjadi hanya sehari setelah kedatangan tim pemantau PBB yang dipimpin Mayjen Robert Mood. Tim tersebut membawa misi untuk memantau gencatan senjata di antara kubu yang bertikai di Syria. Gencatan itu disepakati sesuai dengan proposal damai yang digagas oleh Kofi Anna, utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Syria.

Rami Abdel Rahman, pimpinan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), kelompok aktivis oposisi Syria yang berpusat di Inggris, mengatakan bahwa dua ledakan yang terjadi dalam waktu beruntun itu meluluhlantakkan sejumlah bangunan. “Ledakan itu menarget dua markas aparat keamanan. Yang pertama menghancurkan markas intelijen angkatan udara dan yang lainnya mengenai markas intelijen militer,” katanya.

Tetapi, laporan para aktivis berbeda dengan pernyataan pemerintah Syria dan dikutip oleh stasiun televisi nasional. Televisi Syria melaporkan bahwa korban tewas berjumlah delapan orang, termasuk warga sipil. Puluhan lainnya luka dalam dua ledakan di dua lokasi di Hananu Square, Jalan Carlton, Idlib. Berita televisi tersebut menyatakan bahwa teroris berada di balik serangan bom tersebut.

Tayangan televisi juga menunjukkan ceceran darah di lokasi ledakan. Sekelompok orang yang marah mengutuk serangan tersebut dan menyatakan dukungan mereka atas rezim Assad. “Inikah kebebasan yang mereka inginkan?” teriak seorang pria sambil berdiri di dekat perempuan yang menggendong anak dengan darah mengalir di bagian depan wajahnya.

Salah satu gedung yang menjadi target serangan tersebut luluh lantak. Sejumlah mobil di sekitarnya hancur atau rusak berat akibat kerasnya ledakan.
Sebuah ledakan besar lainnya, yang diperkirakan akibat bom mobil, juga terjadi di kawasan Qudsiya, dekat Kota Damaskus. Namun, belum diketahui jumlah korban dalam insiden tersebut. (afp/rtb/bbc/cnn/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/