31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

SBY Terima Penghargaan Negarawan Dunia

NEW YORK-Di tengah pro kontra penghargaan negarawan dunia atau world statesman award, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBy) memutuskan untuk tetap menerima penghargaan dari yayasan internasional lintas agama Appeal of Conscience Foundation (ACF) di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, kemarin waktu setempat. Atas penghargaan tersebut, SBY sekali lagi menyatakan bahwa penghargaan tersebut tidak ditujukan kepada dirinya secara pribadi. Melainkan kepada seluruh rakyat Indonesia yang telah ikut bekerja keras mendorong dan menciptkan perdamaian di tanah air.

TERIMA PENGHARGAAN: Presiden SBY menerima penghargaan Negarawan Dunia dari AoCF   Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis (30/5) malam waktu setempat.//ABROR RIZKI / RUMGAPRES
TERIMA PENGHARGAAN: Presiden SBY menerima penghargaan Negarawan Dunia dari AoCF di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis (30/5) malam waktu setempat.//ABROR RIZKI / RUMGAPRES

“Semoga kerja keras dan ketetapan hati bangsa Indoneia semakin memperkuat upaya pencapaian impian para pendiri bangsa yaitu terciptanya masyarakat yang harmonis disatukan oleh kedamaian dan kesejahteraan. Kecakapan sebagai negarawan dapat berbentuk kolektif. Dan kolektivitas kecakapan sebagai seorang negarawan di kalangan masyarakat Indonesia secara keseluruhan membuat Indonesia menjadi lebih maju dan sejahtera,” papar SBY dalam sambutannya dalam acara penghargaan tersebut.

SBY menambahkan, seorang negarawan bekerja untuk mencapai apa yang dipercayanya sebagai sebuah kebenaran. Dia menegaskan, hal tersebut tidak didasarkan pada popularitas berbasis pada survei. “Mereka bekerja dengan resiko dan menghadapi tantangan yang ada,” ujarnya.

Meski begitu, SBY mengakui jika proses demokrasi di Indonesia terus menerus diuji. Konflik komunal terkadang masih mudah tersulut. Sensitivitas keagamaan kadangkala menimbulkan perselisihan, dimana kelompok-kelompok masyarakat mengambil tindakan secara sepihak. “Sejatinya, masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan. Kami harus terus memajukan transformasi Indonesia seraya mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut,” ujarnya.

Namun, SBY menekankan, tidak akan mentolerir setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok manapun dengan mengatasnamakan agama. Pemerintah tidak akan membiarkan penodaan tempat-tempat ibadah agama manapun atas alasan apapun. “Kami akan selalu melindungi kaum minoritas dan memastikan tidak ada yang terdiskriminasi. Kami akan memastikan bahwa mereka yang melanggar hak-hak orang lain akan diganjar hukuman yang setimpal,” tegasnya.

SBY menekankan bahwa pemerintah akan melakukan berbagai upaya yang ada  untuk memastikan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan kelompok etnis, serta semua umat beragama, dapat hidup berdampingan dalam kebebasan dan persaudaraan. Karena itu, dia menuturkan, Indonesia akan terus menjadi kekuatan bagi perdamaian dan kemajuan.  “Sebagai bangsa yang ikut andil bagi perdamaian dunia, Indonesia akan terus mengirimkan misi-misi perdamaian ke wilayah-wilayah konflik di seluruh dunia,” ungkap SBY.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar, menurut SBY, Indonesia akan terus melakukan yang terbaik untuk membangun jembatan antara dunia Islam dan Barat.  Sementara sebagai bangsa dengan sejarah toleransi yang panjang, Indonesia akan selalu menyuarakan secara tegas moderasi, yang diyakini merupakan pelawan terbaik ekstremisme. “Sebagai bangsa yang dibangun atas dasar keharmonisan agama, Indonesia akan menjadi yang terdepan dalam kerja sama antar-keyakinan,” tutur SBY.

Sementara itu, Pemimpin Appeal of Conscience Foundation (ACF), Rabbi Arthur Schneier, mengemukakan, penganugerahan penghargaan World Statesman Award 2013 kepada SBY tersebut merupakan pengakuan atas prestasinya dalam upaya internasional untuk memelihara perdamaian bersama dan adalah dorongan untuk meningkatkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama antar agama.

“Kami menganugerahkan World Statesman Award 2013 kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dari negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang dipilih secara langsung, yang diakui atas upayanya mengejar perdamaian dan membantu Indonesia berkembang menjadi masyarakat demokratis, dan melawan ekstrimisme,” kata Rabbi Arthur Schneier.

Pemberian penghargaan Worls Statesman Award 2013 tersebut dihadiri oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, mantan Menlu Amerika Serikat Henry Kissinger, Menlu Marty Natalegawa, Dubes RI di AS Dino Patti Djalal, dan Ketua Komunitas Muslim New York Imam Shamsi Ali.  Sebelum ini  penghargaan serupa telah diberikan ACF kepada PM Kanada Stephen Harper, PM India Manmohan Singh, Presiden Perancis Nicholas Sarkozy, PM Jerman Angela Merkel, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, dan Presiden Mikhail Gorbachev.

NEW YORK-Di tengah pro kontra penghargaan negarawan dunia atau world statesman award, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBy) memutuskan untuk tetap menerima penghargaan dari yayasan internasional lintas agama Appeal of Conscience Foundation (ACF) di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, kemarin waktu setempat. Atas penghargaan tersebut, SBY sekali lagi menyatakan bahwa penghargaan tersebut tidak ditujukan kepada dirinya secara pribadi. Melainkan kepada seluruh rakyat Indonesia yang telah ikut bekerja keras mendorong dan menciptkan perdamaian di tanah air.

TERIMA PENGHARGAAN: Presiden SBY menerima penghargaan Negarawan Dunia dari AoCF   Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis (30/5) malam waktu setempat.//ABROR RIZKI / RUMGAPRES
TERIMA PENGHARGAAN: Presiden SBY menerima penghargaan Negarawan Dunia dari AoCF di Garden Foyer, Hotel The Pierre, New York, Amerika Serikat, Kamis (30/5) malam waktu setempat.//ABROR RIZKI / RUMGAPRES

“Semoga kerja keras dan ketetapan hati bangsa Indoneia semakin memperkuat upaya pencapaian impian para pendiri bangsa yaitu terciptanya masyarakat yang harmonis disatukan oleh kedamaian dan kesejahteraan. Kecakapan sebagai negarawan dapat berbentuk kolektif. Dan kolektivitas kecakapan sebagai seorang negarawan di kalangan masyarakat Indonesia secara keseluruhan membuat Indonesia menjadi lebih maju dan sejahtera,” papar SBY dalam sambutannya dalam acara penghargaan tersebut.

SBY menambahkan, seorang negarawan bekerja untuk mencapai apa yang dipercayanya sebagai sebuah kebenaran. Dia menegaskan, hal tersebut tidak didasarkan pada popularitas berbasis pada survei. “Mereka bekerja dengan resiko dan menghadapi tantangan yang ada,” ujarnya.

Meski begitu, SBY mengakui jika proses demokrasi di Indonesia terus menerus diuji. Konflik komunal terkadang masih mudah tersulut. Sensitivitas keagamaan kadangkala menimbulkan perselisihan, dimana kelompok-kelompok masyarakat mengambil tindakan secara sepihak. “Sejatinya, masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan. Kami harus terus memajukan transformasi Indonesia seraya mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut,” ujarnya.

Namun, SBY menekankan, tidak akan mentolerir setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok manapun dengan mengatasnamakan agama. Pemerintah tidak akan membiarkan penodaan tempat-tempat ibadah agama manapun atas alasan apapun. “Kami akan selalu melindungi kaum minoritas dan memastikan tidak ada yang terdiskriminasi. Kami akan memastikan bahwa mereka yang melanggar hak-hak orang lain akan diganjar hukuman yang setimpal,” tegasnya.

SBY menekankan bahwa pemerintah akan melakukan berbagai upaya yang ada  untuk memastikan bangsa Indonesia yang terdiri atas ratusan kelompok etnis, serta semua umat beragama, dapat hidup berdampingan dalam kebebasan dan persaudaraan. Karena itu, dia menuturkan, Indonesia akan terus menjadi kekuatan bagi perdamaian dan kemajuan.  “Sebagai bangsa yang ikut andil bagi perdamaian dunia, Indonesia akan terus mengirimkan misi-misi perdamaian ke wilayah-wilayah konflik di seluruh dunia,” ungkap SBY.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar, menurut SBY, Indonesia akan terus melakukan yang terbaik untuk membangun jembatan antara dunia Islam dan Barat.  Sementara sebagai bangsa dengan sejarah toleransi yang panjang, Indonesia akan selalu menyuarakan secara tegas moderasi, yang diyakini merupakan pelawan terbaik ekstremisme. “Sebagai bangsa yang dibangun atas dasar keharmonisan agama, Indonesia akan menjadi yang terdepan dalam kerja sama antar-keyakinan,” tutur SBY.

Sementara itu, Pemimpin Appeal of Conscience Foundation (ACF), Rabbi Arthur Schneier, mengemukakan, penganugerahan penghargaan World Statesman Award 2013 kepada SBY tersebut merupakan pengakuan atas prestasinya dalam upaya internasional untuk memelihara perdamaian bersama dan adalah dorongan untuk meningkatkan hak asasi manusia, kebebasan beragama, dan kerja sama antar agama.

“Kami menganugerahkan World Statesman Award 2013 kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dari negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang dipilih secara langsung, yang diakui atas upayanya mengejar perdamaian dan membantu Indonesia berkembang menjadi masyarakat demokratis, dan melawan ekstrimisme,” kata Rabbi Arthur Schneier.

Pemberian penghargaan Worls Statesman Award 2013 tersebut dihadiri oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, mantan Menlu Amerika Serikat Henry Kissinger, Menlu Marty Natalegawa, Dubes RI di AS Dino Patti Djalal, dan Ketua Komunitas Muslim New York Imam Shamsi Ali.  Sebelum ini  penghargaan serupa telah diberikan ACF kepada PM Kanada Stephen Harper, PM India Manmohan Singh, Presiden Perancis Nicholas Sarkozy, PM Jerman Angela Merkel, Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, dan Presiden Mikhail Gorbachev.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/