26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hamas Tolak Penyebutan Ikhwanul Muslimin Organisasi Teroris

 Hamas tolak penyebutan Ikhwanul Muslimin organisasi teroris

Hamas tolak penyebutan Ikhwanul Muslimin organisasi teroris

Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyah dua hari lalu menolak penyebutan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris, dengan menyatakan gerakannya tidak akan menghentikan hubungan dengan organisasi di Mesir itu.

“Tidak seorangpun dapat mendorong Hamas untuk menolak ideologinya atau sejarahnya,” kata Haniyah dalam sebuah jumpa pers, seperti dilansir situs Channel NewsAsia, Rabu (1/1). Dia juga menekankan dirinya menolak diskripsi Ikhwanul Muslimin sebagai teroris.

“Kami tidak memperkirakan sebuah negara seperti Mesir, yang merupakan tempat aman bagi perlawanan dan rakyat Palestina, meninggalkan (prinsip-prinsipnya) dan memposisikan Hamas sebagai sebuah organisasi teroris,” ujar dia.

Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, merupakan afiliasi Ikhwanul Muslimin di Palestina. Jaksa dan kepolisian Mesir menuduh Ikhwanul Muslimin memiliki hubungan dengan Hamas dan para militan di Sinai.

Penguasa militer Mesir menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris pada Rabu pekan lalu, satu hari setelah insiden pemboman kantor polisi di sebelah utara Ibu Kota Kairo. Sebuah kelompok terinspirasi Al Qaidah dan tidak diketahui memiliki hubungan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut.

Langkah Mesir itu telah menjatuhkan Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi yang terorganisasi sangat baik di Mesir selama puluhan tahun kediktatoran dan menang dalam rangkaian pemilihan umum setelah penggulingan Husni Mubarak pada 2011.

Muhammad Mursi, salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin, terpilih sebagai presiden dalam pemungutan suara pertama secara demokratis pada 2012.

Militer memaksa Mursi mundur dari kekuasaannya pada 3 Juli tahun lalu, di tengah-tengah unjuk rasa luas yang menuntut pengunduran dirinya. Mursi kini menghadapi tuduhan pembunuh para pengunjuk rasa dan bekerja sama dengan para militan melakukan berbagai serangan.

Dua hari lalu Mesir juga mendesak negara-negara anggota Liga Arab untuk menegakkan sebuah perjanjian kontra terorisme yang akan memblokir pendanaan dan dukungan bagi Ikhwanul Muslimin, setelah Kairo menyatakan organisasi itu sebaagi kelompok teroris.

Kairo juga menginginkan agar anggota Liga Arab menyerahkan orang-orang paling dicari yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin, organisasi di mana mantan Presiden Muhammad Mursi berasal, kembali ke Mesir, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya.

[fas]

 Hamas tolak penyebutan Ikhwanul Muslimin organisasi teroris

Hamas tolak penyebutan Ikhwanul Muslimin organisasi teroris

Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyah dua hari lalu menolak penyebutan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris, dengan menyatakan gerakannya tidak akan menghentikan hubungan dengan organisasi di Mesir itu.

“Tidak seorangpun dapat mendorong Hamas untuk menolak ideologinya atau sejarahnya,” kata Haniyah dalam sebuah jumpa pers, seperti dilansir situs Channel NewsAsia, Rabu (1/1). Dia juga menekankan dirinya menolak diskripsi Ikhwanul Muslimin sebagai teroris.

“Kami tidak memperkirakan sebuah negara seperti Mesir, yang merupakan tempat aman bagi perlawanan dan rakyat Palestina, meninggalkan (prinsip-prinsipnya) dan memposisikan Hamas sebagai sebuah organisasi teroris,” ujar dia.

Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, merupakan afiliasi Ikhwanul Muslimin di Palestina. Jaksa dan kepolisian Mesir menuduh Ikhwanul Muslimin memiliki hubungan dengan Hamas dan para militan di Sinai.

Penguasa militer Mesir menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris pada Rabu pekan lalu, satu hari setelah insiden pemboman kantor polisi di sebelah utara Ibu Kota Kairo. Sebuah kelompok terinspirasi Al Qaidah dan tidak diketahui memiliki hubungan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut.

Langkah Mesir itu telah menjatuhkan Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi yang terorganisasi sangat baik di Mesir selama puluhan tahun kediktatoran dan menang dalam rangkaian pemilihan umum setelah penggulingan Husni Mubarak pada 2011.

Muhammad Mursi, salah satu tokoh Ikhwanul Muslimin, terpilih sebagai presiden dalam pemungutan suara pertama secara demokratis pada 2012.

Militer memaksa Mursi mundur dari kekuasaannya pada 3 Juli tahun lalu, di tengah-tengah unjuk rasa luas yang menuntut pengunduran dirinya. Mursi kini menghadapi tuduhan pembunuh para pengunjuk rasa dan bekerja sama dengan para militan melakukan berbagai serangan.

Dua hari lalu Mesir juga mendesak negara-negara anggota Liga Arab untuk menegakkan sebuah perjanjian kontra terorisme yang akan memblokir pendanaan dan dukungan bagi Ikhwanul Muslimin, setelah Kairo menyatakan organisasi itu sebaagi kelompok teroris.

Kairo juga menginginkan agar anggota Liga Arab menyerahkan orang-orang paling dicari yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin, organisasi di mana mantan Presiden Muhammad Mursi berasal, kembali ke Mesir, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya.

[fas]

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/