30.6 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Raja Arab Berniat Beli Facebook Rp1,3 Triliun

Facebook sebagai alat pemberontakan terus dikecam, bahkan saking kecewanya Pemerintah Arab Saudi berniat membeli situs jejaring sosial Facebook sebesar dollar US 150 miliar  atau sekitar Rp1.321 triliun.

Niat untuk membeli situs jejaring sosial itu dinyatakan, Raja Abdullah. Pembelian inidilakukan karena kecewa terhadap pemilik Facebook, Mark Zukerberg yang membiarkan revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak terkendali.

Apalagi, kerusuhan yang melanda negara-negara Timur dan Afrika Utara sebagian besar diakibatkan aksi seruan massal melalui Facebook. Munculnya seruan inilah yang menimbulkan amarah dari Raja Abdullah untuk melancarkan niatnya membeli Facebook.

Demikian terungkap setelah Raja Abdullah melakukan pertemuan rahasia dengan pendiri Facebook pada 25 Januari lalu. Ketika itu, Zuckerberg berjanji tidak akan membiarkan ada laman pemberontakan di Facebook.
Namun, setelah ada pembicaraan itu. Kenyataannya Zuckerberg tidak juga menghapus laman pemberontakan, bahkan revolusi yang mengobarkan di Mesir dan Libya. Hal inilah yang membuat Raja Abdullah tak memutuskan membiarkan Facebook tersebut.  Keinginan Raja Abdullah belum berakhir, melainkan ia dinasehati lembaga keuangan Goldman Sachs yang berbasis di New York untuk membeli Facebook dan membersihkan semua akar pemberontakan. Tawaran yang yang diberikan sebesar Rp1.321 Triliun. Ketika itu, Raja diingatkan tidak akan mendapatkan keuntungan.

Bahkan, Raja sudah diperlihatkan neraca keuangan Facebook yang nilainya tidak lebih dari dollar US 1 juta, dan tidak akan memberikan keuntungan. Namun, Raja Abdullah melemparkan laporan keuangan itu ke tong sampah dan memecat penasehatnya, lalu memutuskan untuk mengalihkan mandat bank investasinya kepada Goldman Sachs yang memberi harga Rp1.321 triliun.

Banyak analis keuangan menilai Zuckerberg tidak akan mengambil tawaran itu, dan akan menunggu hingga Raja Abdullah menawarkan dollar US 500 miliar atau setara dengan Rp4.404 triliun. Seorang sumber kerajaan yang tidak mau disebut namanya membantah kabar tersebut. “Kabar itu tidak ada dasarnya,” katanya.
Berdasarkan data statistik terakhir, pengguna Facebook di Arab Saudi sebanyak 2,3 juta atau sekitar 8 persen populasi negeri itu.

Sedangkan di Mesir pengguna Facebook mencapai 3,4 juta, di Libya lebih dari 150 ribu, di Bahrain 220 ribu, di Oman 160 ribu dan di Tunisia mencapai 1,6 juta orang pengguna. (bbs/jpnn)

Facebook sebagai alat pemberontakan terus dikecam, bahkan saking kecewanya Pemerintah Arab Saudi berniat membeli situs jejaring sosial Facebook sebesar dollar US 150 miliar  atau sekitar Rp1.321 triliun.

Niat untuk membeli situs jejaring sosial itu dinyatakan, Raja Abdullah. Pembelian inidilakukan karena kecewa terhadap pemilik Facebook, Mark Zukerberg yang membiarkan revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak terkendali.

Apalagi, kerusuhan yang melanda negara-negara Timur dan Afrika Utara sebagian besar diakibatkan aksi seruan massal melalui Facebook. Munculnya seruan inilah yang menimbulkan amarah dari Raja Abdullah untuk melancarkan niatnya membeli Facebook.

Demikian terungkap setelah Raja Abdullah melakukan pertemuan rahasia dengan pendiri Facebook pada 25 Januari lalu. Ketika itu, Zuckerberg berjanji tidak akan membiarkan ada laman pemberontakan di Facebook.
Namun, setelah ada pembicaraan itu. Kenyataannya Zuckerberg tidak juga menghapus laman pemberontakan, bahkan revolusi yang mengobarkan di Mesir dan Libya. Hal inilah yang membuat Raja Abdullah tak memutuskan membiarkan Facebook tersebut.  Keinginan Raja Abdullah belum berakhir, melainkan ia dinasehati lembaga keuangan Goldman Sachs yang berbasis di New York untuk membeli Facebook dan membersihkan semua akar pemberontakan. Tawaran yang yang diberikan sebesar Rp1.321 Triliun. Ketika itu, Raja diingatkan tidak akan mendapatkan keuntungan.

Bahkan, Raja sudah diperlihatkan neraca keuangan Facebook yang nilainya tidak lebih dari dollar US 1 juta, dan tidak akan memberikan keuntungan. Namun, Raja Abdullah melemparkan laporan keuangan itu ke tong sampah dan memecat penasehatnya, lalu memutuskan untuk mengalihkan mandat bank investasinya kepada Goldman Sachs yang memberi harga Rp1.321 triliun.

Banyak analis keuangan menilai Zuckerberg tidak akan mengambil tawaran itu, dan akan menunggu hingga Raja Abdullah menawarkan dollar US 500 miliar atau setara dengan Rp4.404 triliun. Seorang sumber kerajaan yang tidak mau disebut namanya membantah kabar tersebut. “Kabar itu tidak ada dasarnya,” katanya.
Berdasarkan data statistik terakhir, pengguna Facebook di Arab Saudi sebanyak 2,3 juta atau sekitar 8 persen populasi negeri itu.

Sedangkan di Mesir pengguna Facebook mencapai 3,4 juta, di Libya lebih dari 150 ribu, di Bahrain 220 ribu, di Oman 160 ribu dan di Tunisia mencapai 1,6 juta orang pengguna. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/