26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

56 Imigran Asal Afghanistan Dievakuasi, 1 Tewas

Rela Mati di Australia daripada di Tangan Taliban

CILEGON – Sebanyak 56 imigran asal Afghanistan yang menjadi korban kapal tenggelam di Samudra Hindia dievakuasi ke Pelabuhan Indah Kiat, Merak, kemarin. Para imigran itu dievakuasi tim gabungan dari Polair Polda Banten, Mabes Polri, serta Badan SAR Nasional (Basarnas) dengan kapal Enggano dan Basarnas.

Satu di antara 56 korban itu tewas karena digigit ikan hiu. Setelah berada di Pelabuhan Indah Kiat, sekitar pukul 10.30 sebanyak 45 korban dibawa ke Hotel Ferry dan 11 lainnya dilarikan ke Rumah Sakit Krakatau Medika, Kota Cilegon.

“Dari sebelas korban itu, sepuluh sakit dan satu tewas,” terang Direktur Polair Polda Banten Kombes Budi Hermawan kemarin.
Menurut Budi, tim SAR gabungan masih akan terus mencari para korban yang belum ditemukan. Sebab, berdasar informasi, jumlah penumpang kapal yang tenggelam itu 150 orang.

“Pencarian akan terus kami lakukan terhadap korban lainnya,” ujar Budi.

Sementara itu, salah seorang korban selamat, Rajab Sholihi, mengaku berangkat dari Bogor dan berlayar dengan imigran lainnya menuju Australia, tepatnya Pulau Christmas.

Meski sadar penuh risiko, menurut Rajab, perjalanan menuju Pulau Christmas tidaklah menakutkan. Meninggal di negara tetangga lebih baik daripada di Afghanistan. “Saya lebih baik mati di sini daripada harus mati di tangan Taliban,” katanya.

Korban lainnya, Muhammad Sayid, menceritakan, kapal yang ditumpanginya secara mendadak dihantam ombak besar sampai pecah dan hancur. Akibatnya, para imigran tersebut terombang-ambing di laut tiga hari. “Kejadiannya malam,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Imigrasi Kelas I Kota Cilegon M.T. Satiawan mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan koordinasi dengan International Organization for Migration (IOM) dan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk menindaklanjuti nasib para imigran tersebut.
“Besok IOM dan UNHCR datang ke sini. Kami hanya memfasilitasi mereka saja,” katanya.

Satiawan menambahkan, saat ini seluruh imigran yang mereka tangani 56 orang, 3 perempuan, dan 1 anak laki-laki berumur 12 tahun. Satu di antara mereka tewas digigit ikan hiu. “Untuk korban tewas menunggu keputusan IOM apakah akan dibawa ke negara asalnya atau akan dimakamkan di sini. Tapi, untuk sementara ini, identitas belum kami ketahui,” ujarnya. (mg-darjat/jpnn/c10/ttg)

Rela Mati di Australia daripada di Tangan Taliban

CILEGON – Sebanyak 56 imigran asal Afghanistan yang menjadi korban kapal tenggelam di Samudra Hindia dievakuasi ke Pelabuhan Indah Kiat, Merak, kemarin. Para imigran itu dievakuasi tim gabungan dari Polair Polda Banten, Mabes Polri, serta Badan SAR Nasional (Basarnas) dengan kapal Enggano dan Basarnas.

Satu di antara 56 korban itu tewas karena digigit ikan hiu. Setelah berada di Pelabuhan Indah Kiat, sekitar pukul 10.30 sebanyak 45 korban dibawa ke Hotel Ferry dan 11 lainnya dilarikan ke Rumah Sakit Krakatau Medika, Kota Cilegon.

“Dari sebelas korban itu, sepuluh sakit dan satu tewas,” terang Direktur Polair Polda Banten Kombes Budi Hermawan kemarin.
Menurut Budi, tim SAR gabungan masih akan terus mencari para korban yang belum ditemukan. Sebab, berdasar informasi, jumlah penumpang kapal yang tenggelam itu 150 orang.

“Pencarian akan terus kami lakukan terhadap korban lainnya,” ujar Budi.

Sementara itu, salah seorang korban selamat, Rajab Sholihi, mengaku berangkat dari Bogor dan berlayar dengan imigran lainnya menuju Australia, tepatnya Pulau Christmas.

Meski sadar penuh risiko, menurut Rajab, perjalanan menuju Pulau Christmas tidaklah menakutkan. Meninggal di negara tetangga lebih baik daripada di Afghanistan. “Saya lebih baik mati di sini daripada harus mati di tangan Taliban,” katanya.

Korban lainnya, Muhammad Sayid, menceritakan, kapal yang ditumpanginya secara mendadak dihantam ombak besar sampai pecah dan hancur. Akibatnya, para imigran tersebut terombang-ambing di laut tiga hari. “Kejadiannya malam,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Imigrasi Kelas I Kota Cilegon M.T. Satiawan mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan koordinasi dengan International Organization for Migration (IOM) dan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk menindaklanjuti nasib para imigran tersebut.
“Besok IOM dan UNHCR datang ke sini. Kami hanya memfasilitasi mereka saja,” katanya.

Satiawan menambahkan, saat ini seluruh imigran yang mereka tangani 56 orang, 3 perempuan, dan 1 anak laki-laki berumur 12 tahun. Satu di antara mereka tewas digigit ikan hiu. “Untuk korban tewas menunggu keputusan IOM apakah akan dibawa ke negara asalnya atau akan dimakamkan di sini. Tapi, untuk sementara ini, identitas belum kami ketahui,” ujarnya. (mg-darjat/jpnn/c10/ttg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/