BANGKOK- Amarah warga Thailand terus memuncak akibat rumah mereka terus-menerus terendam air selama 3 bulan. Amarah itu akhirnya berbuah terjadinya bentrokan dengan aparat kepolisian. Munculnya bentrokan itu membuat pemerintah negara gajah putih itu makin pusing.
Bentrokan itu terjadi antara warga yang tinggal di luar pintu air Kanal Sam Wa. Selasa (1/11) menggunakan palu untuk membobol pintu air tersebut. Namun, aksi itu mendapatkan perlawananan dari pihak kepolisian dan memicu bentrokan antara warga dengan polisi.
Warga terpaksa melakukan hal tersebut karena mereka ingin meringankan bebannya akibat banjir. Hingga kini, tinggi air di wilayah utara Bangkok dikabarkan mencapai setinggi dada orang dewasa padahal di saat bersama Bangkok sendiri sudah mulai mengering.
Bentrok fisik sempat terjadi antara warga dengan polisi, namun tidak ada korban. Akhirnya Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengizinkan pintu air dibuka satu meter. Namun pejabat lokal menyatakan bahwa pembukaan itu bisa memindahkan air ke kanal ke tempat lain yang selama ini masih aman jadi ikut kebanjiran, termasuk sebuah kawasan industri besar.
“Kami sebenarnya keberatan, namun pemerintah sudah memerintahkan Pemerintah Metropolitan Bangkok membuka pintu, jadi banjir akan datang,” kata juru bicara pemerintah Bangkok, Jate Sopitpongstorn.
Dia memaparkan banjir akan mencapai kawasan industri Bang Chan, selanjutnya akan dilihat konsekuensinya. Sedangkan konflik antara pemerintah Bangkok dengan pemerintah pusat menunjukkan perpecahan politik yang selama ini marak di Thailand.
Menurut Deputi Gubernur Bangkok, pembukaan pintu air itu harus diawasi dengan ketat. Pintu air yang dibuka ini dapat memberikan ancaman baru bagi sekira 19 distrik di Bangkok yang sebelumnya direndam air.
Seperti diketahui, 19 distrik tersebut saat ini sudah dianggap 80 persen bebas dari air. Tetapi dengan dibukanya pintu air, dikhawatirkan dapat melepaskan air dari kanal utama dan dapat mem bawa air masuk ke tengah kota.
Wilayah pemukiman di utara Bangkok serta warga yang tinggal di sebelah barat Sungai Chao Phraya memang menjadi daerah terparah yang dilanda banjir. Air tampak terus meluap dari sungai dan mengarah wilayah bersejarah di Bangkok. Tetapi, tembok pelindung banjir yang sebelumnya dibangun untuk mencegah gelombang tinggi laut masuk ke dalam Bangkok, seperti menunjukan pengaruhnya.
Sejumlah air sempat masuk ke dalam Istana Kerajaan. Tetapi prajurit Thailand dan relawan berhasil mempompa air tersebut keluar dari wilayah istana.
Kabinet hingga kini terus berjuang menyusun rencana pemulihan dengan biaya yang diperkirakan mencapai senilai triliunan rupiah. Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Kittirat Na Ranong menyatakan pemerintah bakal butuh pinjaman ratusan miliar baht untuk pemulihan sekaligus untuk mencegah agar kondisi serupa tidak terulang di masa mendatang.
“Semua investor dan perwakilan negara asing yang bicara dengan saya tak ada yang bertanya sekarang banjirnya setinggi apa, namun apa yang akan dilakukan Thailand untuk mencegah hal ini terulang,” katanya. (bbs/jpnn)