NATO Jatuhkan Belasan Bom di Libya
TRIPOLI – Pakta Pertahanan Atlantik (NATO) terus menggempur ibu kota Libya, Tripoli, Kamis (2/6) waktu setempat atau Rabu (1/6) WIB. Belasan serangan udara NATO lebih dari satu pekan terus terjadi hingga kini, demikian kata seorang koresponden AFP.
Dia menyebutkan, sebanyak enam ledakan terjadi sekitar pukul 00.35 waktu setempat (05.35 WIB) dan diikuti beberapa ledakan lagi beberapa menit kemudian. Pesawat tempur NATO melancarkan serangan Senin larut malam dan Selasa dinihari terhadap Tripoli, pinggiran kota Tajura dan Al-Jaffra, 600 kilometer di sebelah selatannya.
Pada Selasa, juru bicara pemerintah Mussa Ibrahim mengatakan serangan udara NATO terhadap Libya telah menewaskan 718 warga sipil dan melukai 4.067 orang lagi sejak serangan dilancarkan pada 19 Maret sampai 26 Mei.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO, Jenderal Anders Fogh Rasmussen, pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB) mengatakan bahwa kepergian pemimpin Libya, Muamar Kadhafi, dari kekuasaan hanya masalah waktu dan masyarakat internasional harus siap menerima era pasca-Kadhafi.
“Masalahnya bukan apakah Kadhafi akan pergi, tapi kapan. Itu dapat terjadi dalam waktu dekat. Itu dapat terjadi besok,” kata pemimpin NATO itu pada forum yang dituanrumahi Carnegie Europe di Brussel.
Upaya penengahan internasional mengenai Libya tak membuat kemajuan sementara NATO meningkatkan serangan udaranya terhadap pasukan Kadhafi.
Rasmussen mengatakan, persekutuan Barat tersebut telah memutuskan untuk memperpanjang misinya di Libya selama 90 hari lagi dan akan meningkatkan tekanan militer selama diperlukan guna melicinkan jalan bagi penyelesaian politik.
Pemimpin NATO itu mengatakan dia tak melihat peran besar bagi aliansi 28 negara tersebut setelah NATO menyelesaikan operasinya, yang mendapat mandat PBB.
“Tapi, segera setelah Kadhafi pergi, masyarakat internasional harus membantu rakyat Libya memastikan peralihan menuju demokrasi secara damai dan teratur. Dan pemerintah tersebut harus mulai merencanakan dan menyiapkan hari itu,” katanya.
Selain itu, Rasmussen mengatakan, NATO sangat layak untuk membantu Libya memperbarui sektor militernya.
“Kami siap berbagi keahlian serta pengalaman kolektif kami, juga untuk keuntungan Libya. Saya dapat membayangkan pemberian bantuan dalam membangun kementerian pertahanan baru di Libya, kepala staf gabungan dan lembaga keamanan nasional,” katanya. (bbs/jpnn)