26 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Judul Headline Koran pun Gunakan Kata ‘Bangsat’

Euforia Warga AS Menyambut Kematian Osama bin Laden

Kabar tewasnya buron nomor satu Amerika Serikat (AS), Osama bin Laden, disambut suka cita warga negeri Paman Sam itu. Media massa di sana pun ikut gegap gempita menyambut kematian tersebut. Berikut laporan kontributor koran ini, HARIATNI NOVITASARI dari Missouri.

MINGGU malam (1/5) wilayah Municipal Normandy, St Louis, Midwest di negara bagian Missouri, diguyur hujan. Malam itu, sekitar pukul 23.10 waktu setempat, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Husein Obama memberikan pidato kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC. Pada kesempatan itu Obama menyatakan bahwa buron nomor satu FBI, Osama bin Laden, tewas di tangan militer AS.

Pidato berdurasi kurang dari 10 menit itu sontak membuat suhu dingin musim semi menghangat. Penulis menyaksikan, ratusan warga yang belum tidur spontan berkumpul di titik-titik keramaian dan berpesta merayakan “kemenangan” AS dalam perang melawan terorisme global.

Di sejumlah pusat keramaian seperti alun-alun, bar, dan tem pat kongko yang buka hingga larut malam, warga AS berpesta. Sebagian tampak puas karena penantian mereka yang berlangsung sejak 10 tahun silam akhirnya tercapai. Yel-yel dukungan kepada pemerintahan Obama bergema di jalan-jalan, terutama di ibu kota Washington DC. Reporter televisi pun banyak yang menyiarkan secara live pesta warga yang berlangsung hingga dini hari itu.

Semua saluran televisi di AS memang mengekspose kabar kematian Osama dengan vulgar. Beberapa channel TV nasional di AS seperti NBC ABC News, dan CBS mengulang-ulang scene pidato Obama yang menegaskan kabar sukses operasi perburuan Osama di Pakistan. Scene runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 dan review aksi-aksi teror yang digawangi Osama juga mengisi headline news saluran televisi lokal AS.
Indikasi berakhirnya perang terhadap terorisme global sebenarnya terendus sejak sepekan terakhir. Yang paling mencolok adalah keputusan Department of Homeland Security (DHS) atau Departemen Keamanan Dalam Negeri menghapus ketatnya izin masuk bagi warga negara Timur Tengah dan negara-negara Islam.

AS mencabut aturan National Security Entry-Exit Registration System (NSEERS) atau pendataan izin imigrasi khusus bagi pengunjung nonimigran dari negara Islam. Mereka yang terkena aturan itu, antara lain, warga negara Iran, Iraq, Libya, Sudan, Syria, Pakistan, Arab Saudi, dan Yaman. Saat aturan itu dicabut, publik sempat bertanya-tanya ada apa gerangan. Tapi, dengan kematian Osama, agaknya pertanyaan itu sudah terjawab.

Kesaksian sejumlah teman penulis yang baru saja melakukan perjalanan dengan moda pesawat terbang di AS juga menyebutkan, pemeriksaan di bandara mulai longgar. Dalam arti, security check yang dulu sangat ketat dan pilih-pilih terhadap pemegang paspor asing bernama nuansa Islam sudah berkurang.

Bagi pelajar RI yang berada di AS, ini merupakan hal yang positif. Sebab, kebanyakan mereka terlahir dengan nama Islam dan kerap menjadi subjek pemeriksaan berlapis di bandara. Bahkan, bagi perempuan, ada juga yang sampai melepas jilbab demi menghindari pemeriksaan yang sangat ketat itu.

Dengan kematian Osama, apakah publik AS sudah tak lagi dicekam ketakutan oleh aksi terorisme? Apakah ini berarti tak ada lagi pemeriksaan superketat di bandara-bandara, baik domestik maupun internasional di sana? Yang jelas, kabar tewasnya Osama disambut dengan suka cita, termasuk oleh media massa.

Hampir semua koran di AS menjadikan berita tewasnya Osama sebagai headline, dengan judul provokatif. Kebanyakan menggunakan kata bastard, yang berarti bedebah sebagai kata ganti untuk Osama. Harian Index Journal yang terbit di Greenwood, misalnya, memajang foto Osama hampir penuh di halaman depan. Judul ditulis dengan font besar menyebutkan: Bastard Dead, yang artinya Si Bangsat Telah Tewas.

Philadelphia Daily News juga menggunakan kata sarkasme dalam berita sukses AS menumpas Osama. Yakni, We Got The Bastard, yang artinya Kita Telah Menangkap Si Bangsat. Judul yang tak kalah provokatif digunakan salah satu koran rujukan pembaca di New York, yakni Daily News. Koran itu memasang judul Rot in Hell yang berarti Membusuk di Neraka. Foto Osama dengan jenggot panjangnya dijajar dengan tulisan superbesar.

Bahasa yang lugas juga dikutip New York Post untuk menggambarkan kepuasan warga AS terhadap pembantaian sang mastermind terorisme global. Mereka menggunakan kalimat Got Him: Vengeange at Last! US Nails The Bastard. Judul ini berarti, Tertangkap Sudah: Akhirnya Dendam Terbayar! AS Menangkap si Bangsat.

Menurut artikel dalam salah satu harian terbesar di New York itu, yang terjadi sekarang adalah kemenangan besar publik AS. “Kematian Osama melunasi utang nyawa ribuan warga tidak bersalah pada teror 9/11,” kutip salah satu kalimat dalam artikelnya.

Euforia juga tercatat hingga ke situs jejaring sosial. Selama Presiden Obama membacakan pidatonya, tak kurang ada 4 ribu twit per detik yang merespons baik kabar tersebut dan memberikan tanggapan. Council on American-Islamic Relations (CAIR) atau Dewan Hubungan Amerika Islam juga memberikan pernyataan resmi di Washington untuk mengapresiasi capaian Obama tersebut.

Dendam warga AS memang bersumber pada kejadian pada 11 September 2001 ketika Al Qaeda menabrakkan dua pesawat komersial hingga meruntuhkan World Trade Center (WTC) dan menewaskan lebih dari tiga ribu orang. Peringatan kematian Osama juga dirayakan ribuan warga AS yang menggelar doa bersama di Ground Zero (titik nol) bekas lokasi gedung WTC.

Namun, dari pengamatan penulis, tidak hanya optimisme yang digambarkan warga AS kebanyakan. Ada juga yang cenderung skeptis dan menanti fakta agar dibeberkan di media daripada memercayai pidato sang Presiden. Seorang warga Missouri bernama Don de Guire, misalnya. Dia memberikan komentar secara online dalam berita yang dirilis situs berita setempat.

Warga itu meminta pemerintah mengekspose video yang menampilkan jasad Osama disertai fakta tes DNA. “Saya mengapresiasinya, tapi lebih baik melihat langsung jasadnya untuk memuaskan diri saya dan para korban serangan WTC,” tulis pria itu.

Reuters mengutip forum kelompok Islam militan justru memberikan pernyataan sebaliknya seputar berita kematian Osama bin Laden. Menurut dia, tidak mungkin AS bisa menembak mati Osama di Pakistan.

Dalam pernyataan online yang ditulis dalam bahasa Arab itu, mereka menebar ancaman bahwa jika berita itu benar adanya, akan ada balasan yang setimpal bagi AS. “Ya Allah, jadikan berita itu tak benar… terkutuklah Obama. Wahai warga Amerika… masih sah bagi kami untuk memenggal lehermu,” tulis pernyataan itu. (zulham mubarak/c2/kum)

Euforia Warga AS Menyambut Kematian Osama bin Laden

Kabar tewasnya buron nomor satu Amerika Serikat (AS), Osama bin Laden, disambut suka cita warga negeri Paman Sam itu. Media massa di sana pun ikut gegap gempita menyambut kematian tersebut. Berikut laporan kontributor koran ini, HARIATNI NOVITASARI dari Missouri.

MINGGU malam (1/5) wilayah Municipal Normandy, St Louis, Midwest di negara bagian Missouri, diguyur hujan. Malam itu, sekitar pukul 23.10 waktu setempat, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Husein Obama memberikan pidato kenegaraan di Gedung Putih, Washington DC. Pada kesempatan itu Obama menyatakan bahwa buron nomor satu FBI, Osama bin Laden, tewas di tangan militer AS.

Pidato berdurasi kurang dari 10 menit itu sontak membuat suhu dingin musim semi menghangat. Penulis menyaksikan, ratusan warga yang belum tidur spontan berkumpul di titik-titik keramaian dan berpesta merayakan “kemenangan” AS dalam perang melawan terorisme global.

Di sejumlah pusat keramaian seperti alun-alun, bar, dan tem pat kongko yang buka hingga larut malam, warga AS berpesta. Sebagian tampak puas karena penantian mereka yang berlangsung sejak 10 tahun silam akhirnya tercapai. Yel-yel dukungan kepada pemerintahan Obama bergema di jalan-jalan, terutama di ibu kota Washington DC. Reporter televisi pun banyak yang menyiarkan secara live pesta warga yang berlangsung hingga dini hari itu.

Semua saluran televisi di AS memang mengekspose kabar kematian Osama dengan vulgar. Beberapa channel TV nasional di AS seperti NBC ABC News, dan CBS mengulang-ulang scene pidato Obama yang menegaskan kabar sukses operasi perburuan Osama di Pakistan. Scene runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 dan review aksi-aksi teror yang digawangi Osama juga mengisi headline news saluran televisi lokal AS.
Indikasi berakhirnya perang terhadap terorisme global sebenarnya terendus sejak sepekan terakhir. Yang paling mencolok adalah keputusan Department of Homeland Security (DHS) atau Departemen Keamanan Dalam Negeri menghapus ketatnya izin masuk bagi warga negara Timur Tengah dan negara-negara Islam.

AS mencabut aturan National Security Entry-Exit Registration System (NSEERS) atau pendataan izin imigrasi khusus bagi pengunjung nonimigran dari negara Islam. Mereka yang terkena aturan itu, antara lain, warga negara Iran, Iraq, Libya, Sudan, Syria, Pakistan, Arab Saudi, dan Yaman. Saat aturan itu dicabut, publik sempat bertanya-tanya ada apa gerangan. Tapi, dengan kematian Osama, agaknya pertanyaan itu sudah terjawab.

Kesaksian sejumlah teman penulis yang baru saja melakukan perjalanan dengan moda pesawat terbang di AS juga menyebutkan, pemeriksaan di bandara mulai longgar. Dalam arti, security check yang dulu sangat ketat dan pilih-pilih terhadap pemegang paspor asing bernama nuansa Islam sudah berkurang.

Bagi pelajar RI yang berada di AS, ini merupakan hal yang positif. Sebab, kebanyakan mereka terlahir dengan nama Islam dan kerap menjadi subjek pemeriksaan berlapis di bandara. Bahkan, bagi perempuan, ada juga yang sampai melepas jilbab demi menghindari pemeriksaan yang sangat ketat itu.

Dengan kematian Osama, apakah publik AS sudah tak lagi dicekam ketakutan oleh aksi terorisme? Apakah ini berarti tak ada lagi pemeriksaan superketat di bandara-bandara, baik domestik maupun internasional di sana? Yang jelas, kabar tewasnya Osama disambut dengan suka cita, termasuk oleh media massa.

Hampir semua koran di AS menjadikan berita tewasnya Osama sebagai headline, dengan judul provokatif. Kebanyakan menggunakan kata bastard, yang berarti bedebah sebagai kata ganti untuk Osama. Harian Index Journal yang terbit di Greenwood, misalnya, memajang foto Osama hampir penuh di halaman depan. Judul ditulis dengan font besar menyebutkan: Bastard Dead, yang artinya Si Bangsat Telah Tewas.

Philadelphia Daily News juga menggunakan kata sarkasme dalam berita sukses AS menumpas Osama. Yakni, We Got The Bastard, yang artinya Kita Telah Menangkap Si Bangsat. Judul yang tak kalah provokatif digunakan salah satu koran rujukan pembaca di New York, yakni Daily News. Koran itu memasang judul Rot in Hell yang berarti Membusuk di Neraka. Foto Osama dengan jenggot panjangnya dijajar dengan tulisan superbesar.

Bahasa yang lugas juga dikutip New York Post untuk menggambarkan kepuasan warga AS terhadap pembantaian sang mastermind terorisme global. Mereka menggunakan kalimat Got Him: Vengeange at Last! US Nails The Bastard. Judul ini berarti, Tertangkap Sudah: Akhirnya Dendam Terbayar! AS Menangkap si Bangsat.

Menurut artikel dalam salah satu harian terbesar di New York itu, yang terjadi sekarang adalah kemenangan besar publik AS. “Kematian Osama melunasi utang nyawa ribuan warga tidak bersalah pada teror 9/11,” kutip salah satu kalimat dalam artikelnya.

Euforia juga tercatat hingga ke situs jejaring sosial. Selama Presiden Obama membacakan pidatonya, tak kurang ada 4 ribu twit per detik yang merespons baik kabar tersebut dan memberikan tanggapan. Council on American-Islamic Relations (CAIR) atau Dewan Hubungan Amerika Islam juga memberikan pernyataan resmi di Washington untuk mengapresiasi capaian Obama tersebut.

Dendam warga AS memang bersumber pada kejadian pada 11 September 2001 ketika Al Qaeda menabrakkan dua pesawat komersial hingga meruntuhkan World Trade Center (WTC) dan menewaskan lebih dari tiga ribu orang. Peringatan kematian Osama juga dirayakan ribuan warga AS yang menggelar doa bersama di Ground Zero (titik nol) bekas lokasi gedung WTC.

Namun, dari pengamatan penulis, tidak hanya optimisme yang digambarkan warga AS kebanyakan. Ada juga yang cenderung skeptis dan menanti fakta agar dibeberkan di media daripada memercayai pidato sang Presiden. Seorang warga Missouri bernama Don de Guire, misalnya. Dia memberikan komentar secara online dalam berita yang dirilis situs berita setempat.

Warga itu meminta pemerintah mengekspose video yang menampilkan jasad Osama disertai fakta tes DNA. “Saya mengapresiasinya, tapi lebih baik melihat langsung jasadnya untuk memuaskan diri saya dan para korban serangan WTC,” tulis pria itu.

Reuters mengutip forum kelompok Islam militan justru memberikan pernyataan sebaliknya seputar berita kematian Osama bin Laden. Menurut dia, tidak mungkin AS bisa menembak mati Osama di Pakistan.

Dalam pernyataan online yang ditulis dalam bahasa Arab itu, mereka menebar ancaman bahwa jika berita itu benar adanya, akan ada balasan yang setimpal bagi AS. “Ya Allah, jadikan berita itu tak benar… terkutuklah Obama. Wahai warga Amerika… masih sah bagi kami untuk memenggal lehermu,” tulis pernyataan itu. (zulham mubarak/c2/kum)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/