29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Bayar Tol, Otomatis Bantu Korban Tsunami

Menelusuri Jalan Tol Termahal di Dunia yang Ada di Jepang (1)

Pemerintah Jepang memberlakukan kenaikan tarif tol hingga lima kali lipat. Padahal tarif sebelumnya dikenal sebagai tarif termahal dunia. Jarak 8 km, tarifnya 1.800 yen atau sekitar Rp180 ribu. Imawan Mashuri, CEO JPMC (Jawa Pos Multimedia Corp), menelusuri jarak 1.600 km di sela tugasnya menemui tv-tv partner di Jepang
selama 9 hari.

INILAH salah satu cara, bahkan diakui sebagai cara paling utama mencari dana untuk recovery musibah tsunami yang melantakkan provinsi Sendai, Fukushima dan Miyagi 11 maret lalu itu. Dari sektor jalan tol, pemerintah butuh 1 triliun yen atau sekitar Rp100 triliun untuk membangun kembali dan memperindah bekas wilayah bencana yang menewaskan 30 ribu jiwa tersebut. Dana sebesar itu hanya ingin diraih dalam 1 tahun.

Itu sebabnya, tidak ada jalan lain, tarif tol dinaikkan, rata-rata lima kali lipat dari tarif sebelumnya. Kalkulasinya memang memungkinkan. Di Jepang, mobil beredar sekitar 80 juta dari 120 juta penduduknya. Tiap keluarga memi liki dua atau tiga mobil. Dari jumlah itu, 85 persen pengguna tol.

Dengan menaikkan tarif tol, bisa disebut, semua masyarakat pasti terlibat untuk membangun kembali negaranya dan menolong saudara-saudaranya yang tertimpa musibah. Singkatnya, dengan membayar tol yang tarifnya naik lima kali lipat, maka secara otomatis turut serta membantu korban tsunami. Tol di Jepang sudah menembus seluruh wilayah.

Dari Nagasaki di pulau Kyushu, menembus pulau terbesar Honshu yang ter dapat kota terpadat Tokyo dan provinsi kembarnya jatim yaitu Hiroshima Kemudian masih bersambung ke pulau Shi koku yang terdapat kota kembarnya Surabaya yaitu Kochi, terus tembus ke pulau-pulau kecilnya. Yang tertua adalah Tol Meishing, berusia 50 tahun.
Membentang dari Kobe, Nagoya sampai menembus Tokyo berjarak 600 km. Semua tol telah dihubungkan dengan jembatan-jembatan indah yang jalannya tersusun berlapis; untuk mobil dan motor besar di bagian atas dan di bawahnya untuk kereta api. Menerobos ratusan terowongan –yang terpanjang terowongan Shimisu untuk kereta api dan terowongan Seika di bawah laut Hokaido, masing-masing panjangnya 20 km.

Jembatan-jembatan yang menyeberangi lautan, semuanya membentang tinggi sehingga bisa dilalui kapal bertonase besar di bawahnya. Tidak ada kapal besar yang harus cari jalur lain akibat adanya jembatan tol seperti Suramadu misalnya. Sarana ini cukup memadai, andal dan pantas dijadikan alternatif penggalian dana.

Menelusuri jalan tol di musim semi menjelang musim panas bulan junijuli seperti ini- cukup menyenangkan. Pemandangan yang membentang di kiri kanan sungguh indah.

Pohon cemara dan pinus yang medominasi belantara, hijau lebat berjajar mengikuti kontur tebing-tebing, kadang dibelah sungai yang bening. Momiji dan sakura yang biasanya berbunga pasca musim salju pada bulan April, ikut menghijau lebat meski tanpa bunga. Gunung-gunung di sepanjang jalan terasa memeluk dari belakang.

Kalau kita sudah sangat bangga memliki tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta-Bandung lengkap denga pemandangannya, serta jembatan Suramadu untuk Surabaya-Madura, rasanya perlu menelusuri jalan tol, terowongan dan jembatannya di Jepang. Supaya tergairahkan untuk membuat yang jauh lebih baik lagi.
Sepanjang 1997 km jalan yang saya lewati, 1600 km di antaranya – tol ini saya ukur dari argo meter Toyota Regius (seperti alphard dengan BBM solar) yang saya pakai sejak saya tiba di Osaka sampai kembali ke Osaka semuanya bertanda jelas, markanya tidak ada yang buram, tidak ada polisi tidur.

Geratan “polisi kecil tidur” yang di sini dipakai untuk mengejutkan pengemudi supaya tidak mengantuk, di sana hanya segaris di kiri kanan untuk mengingatkan bahwa mobilnya mulai keluar jalur. Jika mulai keluar jalur, menginjak marka, termasuk laju melebihi atau kurang dari batas kecepatan, peringatan dari trans ponder transducer yang terangkai jadi satu dengan monitor mobil, “berteriak” memperingati.

Memang, semua mobil yang masuk jalan tol, terhubung dengan GPS (Global Positioning System). GPS ini memandu sekaligus memperingati. Juga kelak kalau melanggar, otomatis akan muncul data pelanggarannya. GPS menjadi segala- galanya di Jepang.

Terutama untuk lalu lintas. Mencari alamat, tidak perlu sulit-sulit, apalagi harus turun bertanya. Cukup memasukkan alamat, maka jalur yang mengantar ke alamat tersebut akan muncul di monitor dari titik mobil berada. Kalau lupa alamat, cukup menuliskan nomor telepon.Bisa juga nama kantor, toko, restoran, apa saja, bahkan nama orang, asal lengkap. Sistem monitoring dengan GPS berbasis satelit seperti ini juga diterapkan di banyak bisnis. Bahkan para tahanan di lembaga pemasyarakatan pun menggunakan name plate di bajunya yang dihubungkan ke satelit untuk dimonitor.

Infrastruktur di Jepang dan penataan sistemnya rasanya memang pantas disimak. Semuanya mudah diakses dan dilihat nyata. Jalanan yang terhampar, langsung bisa dikenali. Alamat yang menggunakan angka satu digit, pasti ber ada di jalan negara. Dua digit adalah jalan propinsi dan tiga digit jalan kabupaten.

Pabrik, pertokoan, per kantoran atau rumah-rumah berada pada lokasi dan bloknya masing-masing. Memberi nama untuk apa saja yang berkaitan dengan publik, terutama nama jalan, harus mencerminkan daerahnya atau daerah yang terhubungkan. (bersambung)

Menelusuri Jalan Tol Termahal di Dunia yang Ada di Jepang (1)

Pemerintah Jepang memberlakukan kenaikan tarif tol hingga lima kali lipat. Padahal tarif sebelumnya dikenal sebagai tarif termahal dunia. Jarak 8 km, tarifnya 1.800 yen atau sekitar Rp180 ribu. Imawan Mashuri, CEO JPMC (Jawa Pos Multimedia Corp), menelusuri jarak 1.600 km di sela tugasnya menemui tv-tv partner di Jepang
selama 9 hari.

INILAH salah satu cara, bahkan diakui sebagai cara paling utama mencari dana untuk recovery musibah tsunami yang melantakkan provinsi Sendai, Fukushima dan Miyagi 11 maret lalu itu. Dari sektor jalan tol, pemerintah butuh 1 triliun yen atau sekitar Rp100 triliun untuk membangun kembali dan memperindah bekas wilayah bencana yang menewaskan 30 ribu jiwa tersebut. Dana sebesar itu hanya ingin diraih dalam 1 tahun.

Itu sebabnya, tidak ada jalan lain, tarif tol dinaikkan, rata-rata lima kali lipat dari tarif sebelumnya. Kalkulasinya memang memungkinkan. Di Jepang, mobil beredar sekitar 80 juta dari 120 juta penduduknya. Tiap keluarga memi liki dua atau tiga mobil. Dari jumlah itu, 85 persen pengguna tol.

Dengan menaikkan tarif tol, bisa disebut, semua masyarakat pasti terlibat untuk membangun kembali negaranya dan menolong saudara-saudaranya yang tertimpa musibah. Singkatnya, dengan membayar tol yang tarifnya naik lima kali lipat, maka secara otomatis turut serta membantu korban tsunami. Tol di Jepang sudah menembus seluruh wilayah.

Dari Nagasaki di pulau Kyushu, menembus pulau terbesar Honshu yang ter dapat kota terpadat Tokyo dan provinsi kembarnya jatim yaitu Hiroshima Kemudian masih bersambung ke pulau Shi koku yang terdapat kota kembarnya Surabaya yaitu Kochi, terus tembus ke pulau-pulau kecilnya. Yang tertua adalah Tol Meishing, berusia 50 tahun.
Membentang dari Kobe, Nagoya sampai menembus Tokyo berjarak 600 km. Semua tol telah dihubungkan dengan jembatan-jembatan indah yang jalannya tersusun berlapis; untuk mobil dan motor besar di bagian atas dan di bawahnya untuk kereta api. Menerobos ratusan terowongan –yang terpanjang terowongan Shimisu untuk kereta api dan terowongan Seika di bawah laut Hokaido, masing-masing panjangnya 20 km.

Jembatan-jembatan yang menyeberangi lautan, semuanya membentang tinggi sehingga bisa dilalui kapal bertonase besar di bawahnya. Tidak ada kapal besar yang harus cari jalur lain akibat adanya jembatan tol seperti Suramadu misalnya. Sarana ini cukup memadai, andal dan pantas dijadikan alternatif penggalian dana.

Menelusuri jalan tol di musim semi menjelang musim panas bulan junijuli seperti ini- cukup menyenangkan. Pemandangan yang membentang di kiri kanan sungguh indah.

Pohon cemara dan pinus yang medominasi belantara, hijau lebat berjajar mengikuti kontur tebing-tebing, kadang dibelah sungai yang bening. Momiji dan sakura yang biasanya berbunga pasca musim salju pada bulan April, ikut menghijau lebat meski tanpa bunga. Gunung-gunung di sepanjang jalan terasa memeluk dari belakang.

Kalau kita sudah sangat bangga memliki tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta-Bandung lengkap denga pemandangannya, serta jembatan Suramadu untuk Surabaya-Madura, rasanya perlu menelusuri jalan tol, terowongan dan jembatannya di Jepang. Supaya tergairahkan untuk membuat yang jauh lebih baik lagi.
Sepanjang 1997 km jalan yang saya lewati, 1600 km di antaranya – tol ini saya ukur dari argo meter Toyota Regius (seperti alphard dengan BBM solar) yang saya pakai sejak saya tiba di Osaka sampai kembali ke Osaka semuanya bertanda jelas, markanya tidak ada yang buram, tidak ada polisi tidur.

Geratan “polisi kecil tidur” yang di sini dipakai untuk mengejutkan pengemudi supaya tidak mengantuk, di sana hanya segaris di kiri kanan untuk mengingatkan bahwa mobilnya mulai keluar jalur. Jika mulai keluar jalur, menginjak marka, termasuk laju melebihi atau kurang dari batas kecepatan, peringatan dari trans ponder transducer yang terangkai jadi satu dengan monitor mobil, “berteriak” memperingati.

Memang, semua mobil yang masuk jalan tol, terhubung dengan GPS (Global Positioning System). GPS ini memandu sekaligus memperingati. Juga kelak kalau melanggar, otomatis akan muncul data pelanggarannya. GPS menjadi segala- galanya di Jepang.

Terutama untuk lalu lintas. Mencari alamat, tidak perlu sulit-sulit, apalagi harus turun bertanya. Cukup memasukkan alamat, maka jalur yang mengantar ke alamat tersebut akan muncul di monitor dari titik mobil berada. Kalau lupa alamat, cukup menuliskan nomor telepon.Bisa juga nama kantor, toko, restoran, apa saja, bahkan nama orang, asal lengkap. Sistem monitoring dengan GPS berbasis satelit seperti ini juga diterapkan di banyak bisnis. Bahkan para tahanan di lembaga pemasyarakatan pun menggunakan name plate di bajunya yang dihubungkan ke satelit untuk dimonitor.

Infrastruktur di Jepang dan penataan sistemnya rasanya memang pantas disimak. Semuanya mudah diakses dan dilihat nyata. Jalanan yang terhampar, langsung bisa dikenali. Alamat yang menggunakan angka satu digit, pasti ber ada di jalan negara. Dua digit adalah jalan propinsi dan tiga digit jalan kabupaten.

Pabrik, pertokoan, per kantoran atau rumah-rumah berada pada lokasi dan bloknya masing-masing. Memberi nama untuk apa saja yang berkaitan dengan publik, terutama nama jalan, harus mencerminkan daerahnya atau daerah yang terhubungkan. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/