30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Calhaj Indonesia Datang, 5 Ton Kurma Ludes

Bagi jamaah haji Indonesia, belanja oleh-oleh seperti sebuah keharusan. Mumpung berada di Arab Saudi, tempat-tempat perbelanjaan pun dijelajahi. Salah satu jujukan mereka adalah Kebun Kurma Abdurrahman di Madinah.

PULUHAN bus berjejer rapi di area parkir Kebun Kurma Abdurrahman. Jika dilihat dari tempelan kertas di kaca depan, bus-bus tersebut mengangkut calon jamaah haji (CJH) Indonesia. Siang itu memang waktu ziarah. Selain tempat-tempat bersejarah, salah satu destinasinya adalah kebun kurma tersebut. Nah, saatnya berbelanja.

“Mumpung ada waktu di sela salat Arbain, Mas. Beli oleh-oleh dulu untuk istri di rumah,” ujar Asmuni, CJH dari Jakarta. Dia lalu menghubungi istrinya melalui video call WhatsApp. Terdengar percakapan keduanya. “Yah, beliin kurma almon, ya. Itu tuh, yang bijinya bisa dimakan,” kata sang istri “Oke, Ma. Tapi, masih antre, tuh lihat,” jawab Asmuni. Layar HP-nya lantas diarahkan ke kerumunan orang yang berebut membeli kurma.

Kebun Kurma Abdurrahman berada di kawasan Masjid Quba, sekitar 20 menit perjalanan mobil dari Masjid Nabawi. Luasnya 3 hektare. Lahan perkebunan dikelilingi pagar tembok setinggi 2 meter. Di dalamnya terdapat ribuan pohon kurma. Jarak antarpohon sekitar 8 meter.

Pengunjung hanya bisa masuk sampai depan pagar. Di sana tersedia beberapa gazebo untuk tempat duduk-duduk. Di sekitar gazebo ada lima stan penjual kurma. Bentuk stan tersebut sederhana, mirip dengan lapak pedagang kaki lima (PKL) di Indonesia.

Bedanya, atap lapak terbuat dari daun pohon kurma yang dikeringkan. Ada juga bangunan berukuran sekitar 30 x 30 meter. Di dalamnya terdapat meja-meja dagangan kurma. Mirip dengan bangunan pujasera. Nah, di dalam “pujasera” itulah pengunjung berjubel memborong kurma.

Pengelola kebun memberikan sambutan istimewa kepada CJH Indonesia. Pengunjung yang baru datang langsung disambut Suliman Hashim Hamdan, salah seorang kerabat Abdurrahman. Dia membagi-bagikan air mineral gratis. “Halal, halal, halal..!” serunya sambil membagikan botol air mineral berukuran 330 mililiter. Semula banyak yang mengabaikan tawaran itu. Suliman tak kehilangan akal. Dia lalu mengubah kalimat seruannya. “Gratis, gratis, gratis..!” Barulah jamaah haji Indonesia berebut datang.

Di dalam gedung yang mirip dengan pujasera itu, beberapa karyawan mahir berbahasa Indonesia. Mereka berteriak mempromosikan dagangan. Sekilas seperti suasana pasar tradisional di Indonesia. “Murah, murah, cuci gudang, cuci gudang. Ayo ke sini, Bapak, Ibu,” teriak mereka.

Menurut Rofik, petugas haji yang bermukim di Saudi, harga kurma di sana sebenarnya tidak murah. “Lebih murah beli di Pasar Madinah,” katanya.

Kurma almon, misalnya. Di sana harga per kilogramnya mencapai 40 riyal atau Rp 152 ribu dengan kurs 1 riyal Rp 3.800. Padahal, di pasar harganya hanya sekitar 35 riyal. Bahkan bisa lebih murah jika pembeli pandai menawar. Beberapa jamaah sebenarnya tahu akan hal itu. Namun, mereka tidak peduli.

Yang penting bisa membeli kurma langsung dari kebunnya di Arab Saudi. “Kayaknya lebih murah di Tanah Abang. Tapi, nggak papa deh, mumpung lagi di Saudi,” kata Siti Munawaroh, CJH dari embarkasi Jakarta.

Setiap rombongan bus haji diberi waktu 30 menit untuk berbelanja. Ada pemandangan menarik setiap bus yang mengangkut CJH datang. Biasanya, CJH yang turun dari bus hanya menenteng dompet. Namun, saat tiba waktu kembali ke bus, semua terlihat membawa dua atau tiga kresek besar yang berisi kurma. Bus pun menjadi lebih sesak.

Kebun kurma itu juga melayani pengiriman ke luar negeri. Pembeli yang ingin memaketkan belanjaan ke Indonesia bisa langsung diproses di sana. Namun, layanan itu khusus untuk pembelian dalam jumlah besar.

Abdurrahman, sang pemilik kebun, mengatakan bahwa kebun kurma tersebut merupakan usaha turun-temurun keluarganya. “Kebun ini ada sejak 110 tahun lalu. Saya punya 20-an kebun di tempat lain,” ujar Abdurrahman dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Rofik.

Panen kebun kurmanya setahun sekali, setiap mendekati musim haji. Menurut dia, kebunnya memiliki 30-an jenis kurma. Di antara semua jenis tersebut, jamaah haji Indonesia paling senang memborong kurma ajwa. Karena itu, dia senang melayani jamaah asal Indonesia. Dalam sehari bisa sampai 5 ton kurma di kebunnya yang diborong jamaah Indonesia.

Untuk memudahkan pembelian, Abdurrahman merekrut beberapa mutarjim (penerjemah) asal Indonesia. Mereka bertugas melayani jamaah yang ingin berbelanja kurma. “Kami juga membagikan air minum gratis kepada jamaah asal Indonesia. Gratis, gratis,” katanya. (*/c11/ari/jpc)

Bagi jamaah haji Indonesia, belanja oleh-oleh seperti sebuah keharusan. Mumpung berada di Arab Saudi, tempat-tempat perbelanjaan pun dijelajahi. Salah satu jujukan mereka adalah Kebun Kurma Abdurrahman di Madinah.

PULUHAN bus berjejer rapi di area parkir Kebun Kurma Abdurrahman. Jika dilihat dari tempelan kertas di kaca depan, bus-bus tersebut mengangkut calon jamaah haji (CJH) Indonesia. Siang itu memang waktu ziarah. Selain tempat-tempat bersejarah, salah satu destinasinya adalah kebun kurma tersebut. Nah, saatnya berbelanja.

“Mumpung ada waktu di sela salat Arbain, Mas. Beli oleh-oleh dulu untuk istri di rumah,” ujar Asmuni, CJH dari Jakarta. Dia lalu menghubungi istrinya melalui video call WhatsApp. Terdengar percakapan keduanya. “Yah, beliin kurma almon, ya. Itu tuh, yang bijinya bisa dimakan,” kata sang istri “Oke, Ma. Tapi, masih antre, tuh lihat,” jawab Asmuni. Layar HP-nya lantas diarahkan ke kerumunan orang yang berebut membeli kurma.

Kebun Kurma Abdurrahman berada di kawasan Masjid Quba, sekitar 20 menit perjalanan mobil dari Masjid Nabawi. Luasnya 3 hektare. Lahan perkebunan dikelilingi pagar tembok setinggi 2 meter. Di dalamnya terdapat ribuan pohon kurma. Jarak antarpohon sekitar 8 meter.

Pengunjung hanya bisa masuk sampai depan pagar. Di sana tersedia beberapa gazebo untuk tempat duduk-duduk. Di sekitar gazebo ada lima stan penjual kurma. Bentuk stan tersebut sederhana, mirip dengan lapak pedagang kaki lima (PKL) di Indonesia.

Bedanya, atap lapak terbuat dari daun pohon kurma yang dikeringkan. Ada juga bangunan berukuran sekitar 30 x 30 meter. Di dalamnya terdapat meja-meja dagangan kurma. Mirip dengan bangunan pujasera. Nah, di dalam “pujasera” itulah pengunjung berjubel memborong kurma.

Pengelola kebun memberikan sambutan istimewa kepada CJH Indonesia. Pengunjung yang baru datang langsung disambut Suliman Hashim Hamdan, salah seorang kerabat Abdurrahman. Dia membagi-bagikan air mineral gratis. “Halal, halal, halal..!” serunya sambil membagikan botol air mineral berukuran 330 mililiter. Semula banyak yang mengabaikan tawaran itu. Suliman tak kehilangan akal. Dia lalu mengubah kalimat seruannya. “Gratis, gratis, gratis..!” Barulah jamaah haji Indonesia berebut datang.

Di dalam gedung yang mirip dengan pujasera itu, beberapa karyawan mahir berbahasa Indonesia. Mereka berteriak mempromosikan dagangan. Sekilas seperti suasana pasar tradisional di Indonesia. “Murah, murah, cuci gudang, cuci gudang. Ayo ke sini, Bapak, Ibu,” teriak mereka.

Menurut Rofik, petugas haji yang bermukim di Saudi, harga kurma di sana sebenarnya tidak murah. “Lebih murah beli di Pasar Madinah,” katanya.

Kurma almon, misalnya. Di sana harga per kilogramnya mencapai 40 riyal atau Rp 152 ribu dengan kurs 1 riyal Rp 3.800. Padahal, di pasar harganya hanya sekitar 35 riyal. Bahkan bisa lebih murah jika pembeli pandai menawar. Beberapa jamaah sebenarnya tahu akan hal itu. Namun, mereka tidak peduli.

Yang penting bisa membeli kurma langsung dari kebunnya di Arab Saudi. “Kayaknya lebih murah di Tanah Abang. Tapi, nggak papa deh, mumpung lagi di Saudi,” kata Siti Munawaroh, CJH dari embarkasi Jakarta.

Setiap rombongan bus haji diberi waktu 30 menit untuk berbelanja. Ada pemandangan menarik setiap bus yang mengangkut CJH datang. Biasanya, CJH yang turun dari bus hanya menenteng dompet. Namun, saat tiba waktu kembali ke bus, semua terlihat membawa dua atau tiga kresek besar yang berisi kurma. Bus pun menjadi lebih sesak.

Kebun kurma itu juga melayani pengiriman ke luar negeri. Pembeli yang ingin memaketkan belanjaan ke Indonesia bisa langsung diproses di sana. Namun, layanan itu khusus untuk pembelian dalam jumlah besar.

Abdurrahman, sang pemilik kebun, mengatakan bahwa kebun kurma tersebut merupakan usaha turun-temurun keluarganya. “Kebun ini ada sejak 110 tahun lalu. Saya punya 20-an kebun di tempat lain,” ujar Abdurrahman dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Rofik.

Panen kebun kurmanya setahun sekali, setiap mendekati musim haji. Menurut dia, kebunnya memiliki 30-an jenis kurma. Di antara semua jenis tersebut, jamaah haji Indonesia paling senang memborong kurma ajwa. Karena itu, dia senang melayani jamaah asal Indonesia. Dalam sehari bisa sampai 5 ton kurma di kebunnya yang diborong jamaah Indonesia.

Untuk memudahkan pembelian, Abdurrahman merekrut beberapa mutarjim (penerjemah) asal Indonesia. Mereka bertugas melayani jamaah yang ingin berbelanja kurma. “Kami juga membagikan air minum gratis kepada jamaah asal Indonesia. Gratis, gratis,” katanya. (*/c11/ari/jpc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/