BAMAKO, SUMUTPOS.CO -Berkisar 53 tentara dan seorang warga sipil tewas dalam sebuah serangan di pos militer di utara Mali. Serangan tersebut merupakan salah satu yang paling mematikan yang terjadi di negara Afrika Barat itu dalam beberapa tahun terakhir.
“Orang-orang tak dikenal bersenjata berat menyerang sekira siang hari. Serangan dimulai dengan tembakan peluru. Kemudian mereka mundur ke Niger, “kata juru bicara pemerintah Yaya Sangare kepada Reuters pada Sabtu, 2 November.
Pihak berwenang pertama kali melaporkan serangan di Indelimane, wilayah Menaka itu, pada Jumat, tetapi memberikan angka kematian sementara yang lebih rendah.
Sangare mengatakan bahwa jumlah korban tewas masih bersifat sementara di saat mayat-mayat menjalani identifikasi, dan bahwa tentara sedang melakukan operasi tempur di darat dengan dukungan dari pasukan internasional, termasuk pasukan Prancis dari operasi Barkhane, dan pasukan penjaga perdamaian Amerika Serikat (AS).
“Bala bantuan yang dikirim menemukan 54 mayat termasuk satu warga sipil, 10 selamat, dan menemukan kerusakan materi yang cukup besar,” kata Sangare di Twitter sebelumnya Sabtu.
ISIS melalui sayap beritanya, Amaq mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun tidak memberikan bukti. Kelompok teroris itu telah mem-posting puluhan klaim tanggung jawab atas serangan di beberapa negara sejak pasukan khusus AS membunuh pemimpinnya, Abu Bakar al-Baghdadi akhir pekan lalu.
Serangan itu menyusul serangan jihadis pada akhir September yang menggarisbawahi meningkatnya jangkauan dan kecanggihan kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di wilayah Afrika Barat. Dari kubu mereka di Mali, kelompok-kelompok dengan jaringan Al Qaeda dan Negara Islam telah mampu menyebar ke seluruh kawasan Sahel, mengancam bagian-bagian Niger dan Burkina Faso.
Pada 30 September, 38 tentara Mali terbunuh dalam serangan terkoordinasi pada dua pangkalan militer di Mali tengah, yang telah terlepas dari kendali pemerintah meskipun ada tentara Prancis dan pasukan internasional lainnya di sana. (bbs/azw)