Reaksi Barat Sikapi Aksi Penyerangan Kedubes Inggris
TEHERAN-Serangan para mahasiswa dan Milisi Basij ke gedung Kedubes dan kompleks diplomatik Inggris di wilayah Qolhak Garden, utara Teheran, Selasa lalu (29/11) sukses membuat Iran makin terisolasi. Paling tidak, aksi penyerangan itu memicu reaksi luas dan beruntun dengan upaya dan tujuan mengisolasi Teheran Bersimpati kepada Inggris, misalnya, Norwegia sempat menonaktifkan kedutaannya di Negeri Persia itu. Negara-negara Uni Eropa (UE) lain memprotes langsung aksi anarkistis sekitar 300 orang tersebut. Protes dilancarkan kepada diplomat Iran di negara masing-masing. Kemarin (3/12) Prancis mengumumkan akan menarik sebagian dari staf diplomatiknya di Teheran. Penarikan itu akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang.
Menurut salah seorang diplomat Prancis, keputusan pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy tersebut menggarisbawahi betapa seriusnya krisis yang berkembang di antara Iran dan Barat. Krisis itu bermula dari rencana penjatuhan sanksi terhadap program nuklir Iran. Keputusan Paris mengurangi perwakilan diplomatiknya di Teheran itu diambil setelah Prancis, Jerman, Belanda, Italia memanggil pulang duta besar (dubes) mereka di Iran untuk konsultasi terkait aksi penyerangan atas Kedubes Inggris. “Lebih dari separo diplomat Prancis, yang berjumlah sekitar 30 orang, bisa ditarik pulang bersama keluarga mereka dan seluruh staf diplomatik,” kata sumber di kalangan dalam pemerintah Prancis kepada Agence France-Presse.
Tetapi, diplomat Prancis belum memberi kepastian soal jumlah. Sekitar 700 anggota komunitas Prancis di Teheran “sebagian besar berstatus warga negara ganda”juga belum menerima instruksi meninggalkan Iran. Sebelumnya, Inggris telah mengevakuasi seluruh staf dan diplomat dari Kedubesnya di Teheran menyusul aksi penyerangan pada Selasa lalu. Inggris juga memerintahkan penutupan Kedubes Iran di London sebagai balasan. Serangan terhadap Kedubes Inggris di Teheran ternyata juga mengundang perhatian Uni Eropa (UE). Kamis waktu setempat (1/12), dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri, para diplomat UE secara khusus membahas insiden perobekan dan pembakaran Union Jack (bendera nasional Inggris). Mereka menganggap serangan terhadap Kedubes Inggris itu sebagai serangan terhadap seluruh negara UE. Karena itu, UE langsung menyikapinya dengan tegas.
“Tayangan televisi menunjukkan bahwa serangan itu telah direncanakan dengan baik oleh rezim (Iran) sebagai provokasi yang jelas akan melahirkan efek jangka panjang bagi hubungan Teheran dan negara-negara Eropa yang sudah buruk,” kata seorang diplomat UE Jumat lalu (2/ 12). Bersamaan dengan itu, Senat Amerika Serikat (AS) pun meloloskan sanksi baru dank eras untuk Iran yang bakal mempengaruhi transaksi Bank Sentral Iran.
Menyusul kecaman keras Dewan Keamanan (DK) PBB terhadap program nuklir Iran, AS dan UE sepakat untuk menjatuhkan sanksi finansial dan ekonomi yang lebih tegas. Laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) beberapa waktu lalu membuat Barat semakin yakin bahwa Iran berniat menciptakan senjata nuklir. Sebab, dalam laporan itu, disertakan berbagai laporan intelijen terkait situs rahasia fasilitas nuklir Iran yang digunakan untuk memproduksi senjata.
“UE sepakat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran, yang meliputi 143 organisasi dan perusahaan serta 37 individu,” terang Maja Kocijancic, jubir Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Catherina Ashton, usai pertemuan tingkat menlu UE. Selain finansial dan ekonomi, negaranegara UE juga akan memperketat kerja sama dalam bidang energi dan transportasi dengan Iran. Namun, UE belum mencapai kata sepakat soal sanksi tambahan pada sektor minyak Iran.
Sejak awal, minyak menjadi incaran utama UE. Sebab, sebagai negara penghasil minyak terbesar kedua OPEC, Iran mendapat pemasukan sebesar 80 persen dari minyak. UE berencana mengembargo minyak Iran di negara-negara anggotanya. Dengan begitu, Iran akan terpaksa kooperatif dalam perundingan nuklir. Sayangnya, dalam pertemuan di Brussels, Belgia, pada Kamis lalu, para diplomat UE gagal bersepakat. Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe mengatakan bahwa Yunani keberatan atas penerapan embargo minyak Iran.
Yunani bergantung pada minyak Iran dan tak sanggup menghentikan transaksi dengan pemerintahan negara itu. “Kami harus mempertimbangkan kepentingan Yunani. Tetapi, jika kebutuhan itu bisa dicukupi oleh negara-negara lain, kami akan tetap mewujudkan sanksi itu,” paparnya.
Selain menjatuhkan sanksi pada sektor ekonomi dan finansial yang berdampak langsung pada Shipping Line dan perusahaan-perusahaan milik Garda Revolusi Iran Corps, UE juga membekukan seluruh aset Negeri Para Mullah itu di Eropa. Khususnya di 27 negara anggota UE. Di samping itu, UE mencekal para pebisnis dan politikus Iran. Mereka yang namanya masuk dalam daftar cekal tidak akan bisa memasuki negara-negara anggota UE. Senat AS pun menyetujui sanksi ekonomi baru dan lebih keras atas Iran. Sebanyak 100 anggota parlemen AS secara bulat menyetujui sanksi itu. Berdasar keputusan tersebut, Bank Sentral Iran diasingkan dan juga diputus transaksinya dengan sistem finansial global. Sanksi itu digagas Senator Robert Menendez dari Partai Demokrat dan Senator Mark Kirk dari Republik. Senat AS juga menyerukan pembekuan aset lembaga finansial yang berbisnis dengan Bank Sentral Iran.
Sanksi atau larangan itu juga berlaku bagi bank sentral non-AS yang selama berbisnis minyak dengan Iran. Dalam perkembangan lain, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menyoroti peran Iran di Syria. Menurut dia, isu nuklir Iran dan kekerasan di Syria berhubungan erat. Dia yakin Iran memberikan banyak dukungan kepada rezim Presiden Bashar al-Assad yang telah mengakibatkan tewasnya 4.000 orang di Syria. “Ada benang merah antara yang terjadi di Iran dan di Syria,” tegasnya. Karena itu, UE pun menjatuhkan sanksi pada 12 individu dan 11 organisasi Iran terkait krisis Syria. Sekjen Liga Arab Nabil Elaraby pun menyambut positif keputusan UE tersebut. Tokoh asal Mesir yang Kamis lalu hadir dalam pertemuan tingkat menlu UE itu mendukung penuh penjatuhan sanksi terhadap Iran terkait pelanggaran HAM yang dilakukan rezim Assad di Syria. (ap/afp/cnn/hep/dwi/jpnn)