WASHINGTON- Dua putra pemimpin Libya, Muammar Kadhafi mengusulkan transisi menuju demokrasi konstitusional yang akan mencakup penyingkiran ayahnya dari kekuasaan Libya. Demikian dilaporkan Harian The New York Times, Minggu (3/4) malam waktu AS.
Harian itu mengutip seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya dan seorang pejabat Libya tentang rencana tersebut, mengatakan transisi akan dipelopori salah satu putra Kadhafi, yaitu Saif al-Islam el- Kadhafi yang merupakan doktor filsafat tamatan London School of Economics (LSE).
Tidak jelas apakah Kolonel Kadhafi (68) telah menyetujui proposal yang dilaporkan didukung anak-anaknya itu, yaitu Saif dan El-Saadi Khadafy.
Tapi, seorang yang dekat dengan kedua putra Kadhafi mengatakan, sang ayah tampaknya bersedia mengikuti pilihan tersebut. Kedua putranya itu ingin bergerak menuju perubahan bagi negara tanpa ayahnya.
Sumber harian tersebut mengatakan, kedua putra Kadhafi telah menghadapi begitu banyak rintangan dengan ayahnya. Jika mereka mendapat lampu hijau dari ayahnya, mereka akan membawa perubahan dengan cepat.
Menurut The Times, gagasan tersebut mungkin mencerminkan perbedaan yang telah lama terjadi di antara para putra Kadhafi. Pada harian itu, Saif dan Saadi telah mengikuti arah ekonomi dan politik gaya Barat, sementara putra Kadhafi lainnya yang sempat diberitakan tewas bulan lalu, yaitu Khamis dan Mutuassim dianggap sebagai garis keras.
Khamis memimpin milisi pro-pemerintah. Adapun Mutuassim yang merupakan seorang penasihat keamanan nasional telah dianggap sebagai saingan Saif dalam persaingan untuk menggantikan posisi ayah mereka.
Menyahuti ini, Muammar Kadhafi telah menunjukkan isyarat ingin segera mengakhiri konflik dengan kelompok pemberontak di Libya.
Seorang pejabat diutus Kadhafi untuk melobi sejumlah negara Eropa agar Koalisi Internasional mendukung upaya mengakhiri konflik Libya dengan tidak lagi menggempur pasukan Kadhafi.
Menurut stasiun berita Al Jazeera, isyarat itu terungkap dalam pertemuan antara para pejabat Yunani dengan tamunya dari Libya, Abdel Ati al-Obeidi, Minggu (3/4). Al-Obeidi merupakan pejabat sementara Menteri Luar Negeri Libya, menggantikan Moussa Koussa, yang pekan lalu kabur ke Inggris setelah membelot dari rezim Kadhafi.
Al-Obeidi berkata kepada Perdana Menteri Yunani, George Papandreou, bahwa Kadhafi tengah berupaya mencari cara mengatasi konflik. “Tampaknya pemerintah Libya sedang mengupayakan suatu solusi,” kata Menteri Luar Negeri Yunani, Dimitris Droutsas, setelah menyambut kedatangan Al-Obeidi.
Tidak disebutkan apakah ada solusi yang ditawarkan Yunani kepada Libya. Namun, Yunani berkomitmen atas solusi politik dan diplomatik dalam mengatasi krisis di Libya. Sebagian rakyat di negara itu tengah memberontak, dengan menuntut Kadhafi turun dari kekuasaan setelah memerintah sejak 1969. (bbs/jpnn)